Setelah menjalani perawatan selama 1 minggu aku sudah bisa pulang, dengan keadaan kaki ku masih belum stabil aku mesti kembali ke rumah sakit untuk kontrol. Untuk jalan aku di bantu tongkat dan sudah dua hari ini aku di rumah aku merasa tidak terganggu dengan tongkat tersebut.
"Umma, saka mau keluar ya umma mau ke belakang sebentar boleh" saka mulai duduk di sebelah ku, saat ini aku dan kak hafiz sedang duduk di ruang keluarga setelah sarapan tadi kami sibuk dengan kegiatan masing-masing.
"Mau apa nak? Boleh tapi janji gak main air kolam lagi ya?" Aku memperingati saka karena kemarin-kemarin saka sering memainkan air kolam, aku tidak masalah kalau bajunya basah yang aku takutkan saka jatuh atau nanti bakalan flu.
"Mau petik buah sama om arya, tadi om arya bilang ada buah di belakang" saka ini pecinta segala buah tetapi buah strawberry menjadi buah utama.
"Boleh, tapi di bantu aja sama om arya ya jangan saka ambil sendiri" aku mulai mengijinkan saka untuk bermain di luar aku tau anak itu butuh kegiatan yang membuat dia beraktivitas dengan baik.
"Terima kasih umma, abi saka pamit ya assalamualaikum" anak tersebut mulai berlari kearah belakang.
"Udah selesai belum, saya mau ngobrol" sekarang giliran kak hafiz yang mulai mengajak ku mengobrol.
"Udah mau ngobrol apa kak" aku mulai menyimpan tablet dan mulai memperhatikan kak hafiz.
"Saya mau pulang dulu ke pesantren, di pesantren ada kegiatan dan sedikit kendala, kamu mau ikut ke sana dan kontrol di sana atau mau di sini? Tapi saka pasti mau ikut dengan saya" ah aku tau kak hafiz ini sudah mau 2 minggu di sini bahkan dia sering mengisi kajian secara online.
"Terserah kak hafiz aja aku ngikut, ya paling gitu kalau gak ikut saka pasti ngamuk. Kalau pun mau ke pesantren yaudah kita ke sana aja tapi nunggu surat rujuk paling" aku sih terserah kak hafiz saja toh masa libur ku juga jadi lebih panjang di sini.
"Kalau gitu, kita ke pesantren dulu kalau udah beres kalau mau ke sini lagi ya kita ke sini lagi, saya masih ragu ninggalin kamu saya tau di sini kamu punya banyak pekerja tetapi saya masih tetap tidak yakin" aku tau kak hafiz ini dari pagi sampai malak memang betul-betul mengurus ku.
"Iya boleh gitu aja aku ikut aja, saka juga belum masuk sekolah jadi masih bebas paling nanti aku bawa mba sisi"
"Iya kita berangkat sudah keluar rujukan saja, boleh bawa aja" aku akan menyetujui apa pun pendapat kak Hafiz selagi itu baik menurutku.
"Hua abiiii" aku mendengar suara saka yang menangis di belakang. Aku melihat kak hafiz mulai berlari ke arah saka yang masih berada di luar.
"Kenapa itu bi ko nangis" aku mulai bertanya kepada kak hafiz ketika melihat keduanya sudah berjalan kearah ku.
"Di gigit semut merah sama mangganya ke belah jadi 2" kak hafiz mulai membawa saka duduk bersama ku di kursi.
"Masya Allah nak, sini umma liat yang digigit semutnya" aku mulai melihat tangan dan kaki saka.
"Duduk dulu sama umma, abi mau ambil obat nya" kak hafiz ingin menaruh saka namun anak tersebut tidak mau.
"Sebentar nak, sini sama umma" aku mulai mengambil saka namun anak tersebut tidak mau.
"Gak mau sama umma, umma gak bisa gendong. Kalau gendong umma nanti kakinya sakit abi" saka masih tidak mau dekat dengan ku dia takut menyenggol bekas operasi ku, bahkan saat tidur saja dia harus menjauhkan kakinya.
"Ya udah ikut sama abi saja kalau begitu" saka mulai ikut dengan abinya untuk mengambil salep ke tempat p3k.
"Baca doa dulu nak, baru Abi obati" saka mulai membaca doa dan mulai meminta untuk sembuh setelah itu baru di obati oleh kak hafiz.
KAMU SEDANG MEMBACA
KA.HA (Kania & Hafiz)
General FictionAku Kania Bahira Hari-hari ku penuh dengan warna abu-abu dan Hitam. jika kalian menanyakan kamu suka apa Kania aku suka hitam dan minuman favorit ku Americano. Namun, semua hal itu berubah setelah aku bertemu dengan 2 sosok yang menjadi kan hidupku...