21. Ruang Kesenian

19 2 0
                                    

SMA Z...

"YAHHHH GA SAMA BU YARA??"

Keluh kesah menguar di ruang-ruang kelas lantaran hari ini adalah hari sidak BDS, siswa-siswa yang dikumpulkan karena berambut melebihi kerah baju sangat banyak –entahlah mungkin mereka sengaja agar bisa dipotong rambutnya oleh sang guru cantik nan misterius alias Yara- tapi kenyataannya Yara tidak masuk.

"tumben." Gumam Jusuf di meja kelasnya, "bu Yara jarang sakit tapi hari ini sampe ngga masuk."

"selamet lu Sy, ngga di eksekusi bu Yara." celetuk Calvin dengan senyum jahil.

"KAGA SELAMET GUE, guru BDS yang lain motongnya asal-asalan!" keluh Adsy seraya matanya beredar mencari seseorang yang kira-kira bisa memberi informasi, "Pak, Bu Yara kenapa kok ngga masuk??"

Sembari keramaian masih menguar, Jusuf pun menyadari bahwa Haris tidak ada di bangkunya padahal biasanya mereka pergi ke kantin untuk jajan bersama. "ih jangan-jangan dia pergi duluan, nyebelin... gue susul aja deh."

Langkah kaki Jusuf menapaki lorong yang ramai menuju kantin, seraya berjalan Jusuf menyadari ada sesosok manusia di ruang Kesenian yang biasanya sepi. Seraya melongok Jusuf termagu melihat Haris yang menghadap ke sebuah kanvas kosong.

"Oi, di sini lo ternyata." Sapa Jusuf yang sedikit mengejutkan Haris. "gue kira lo udah ke kantin duluan."

"haha engga lah, belom jam istirahat masih jam sidak kan." Balas Haris, Jusuf mendekat untuk mengetahui apa yang sedang sang teman lakukan.

"mau gambar apa?"

"ngga tau juga, lagi pengen gambar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ngga tau juga, lagi pengen gambar.... Bunga aja kali ya." Haris menoleh ke Jusuf. "bunga yang mirip sama elo?"

"yang mirip sama gue?" Jusuf tertegun seraya Haris mengguratkan pensil ke kanvas, emang ada?

"nanti kalo udah kelar gue kirim lukisannya ke alamat lo." Haris tersenyum menatap kanvas. "anggep aja hadiah karena lo selama ini udah jadi temen yang baik buat gue."

.

Yara...

Yara!

Yara membuka matanya lamat-lamat, suasana kamar terasa berbeda dan ia melihat ada sesuatu menjepit jari telunjuknya. Di sebelahnya terlihat Mahesa yang sedang berkutat dengan laptop dan bereaksi ketika perempuan itu meregangkan tubuh sedikit.

"Yara." panggil Mahesa seraya diraihnya tangan Yara. "ya Allah.... Makasih banyak."

"Rumah Sakit?" Yara menyadari sepenuhnya dimana ia berada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rumah Sakit?" Yara menyadari sepenuhnya dimana ia berada. "saya kenapa?"

"tadi malem tiba-tiba Yara jatuh pas mau pegang tanganku." Jawab Mahesa. "nafas Yara sempet berhenti dan denyut nadi melemah."

Perempuan itu memegang kepalanya berusaha mengingat, "ah.... Iya, pas saya megang tangan kamu itu kayak disengat listrik bertegangan tinggi. Mungkin... karena Mahesa marah besar."

Wajah Mahesa pias, ia teringat bahwa istrinya punya syaraf super sensitive di tangan dan tidak mengetahui bahwa energi negative yang ia sentuh bisa membuatnya bagai tersambar listrik. "aku... ngga tahu."

"ngga apa-apa." Balas Yara. "aku pun ngga tau kalo energi negative sebesar itu bisa bikin saya ngga sadarkan diri, kemarin itu pertama kalinya."

Mahesa menelusur jemari Yara dan menggenggamnya, "maaf... aku ngga akan marah-marah lagi."

"ehehehe jangan minta maaf." Ucap Yara seraya energi hangat terhubung diantara keduanya.

"nafas kamu ilang tadi malem, Yara." alis Mahesa berkerut dengan mata yang berkaca-kaca. "Yara hampir kehilangan nyawa gara-gara aku, gimana aku ngga minta maaf??"

"sssh...." Yara menekan lembut lengan Mahesa memberinya sedikit ketenangan. "saya yang harus minta maaf karena bikin kamu salah paham."

Lamat-lamat suara sesengguk muncul dari bibir Mahesa; laki-laki itu menangis teringat betapa takutnya ia kehilangan Yara tadi malam. Segala upaya ia lakukan hingga ambulans datang dari memberi CPR sampai nafas buatan.

Yara termagu, Mahesa yang selama ini tenang akhirnya menunjukkan kecemburuan yang fatal. Alih-alih menyuruhnya berhenti menangis, Yara memeluk Mahesa untuk memberikan energi yang menenangkan.

"eh katanya hari ini mau ke kampus?" Yara tiba-tiba teringat.

"udah aku email datanya ke dosen." Balas Mahesa. "aku izin ngga masuk hari ini."

"loh....?" Tanggap Yara. "Berarti mereka tau kalo kamu--"

"engga lah, aku bilang gaenak badan." Jawab Mahesa yang masih bergelung dalam pelukan.

***

100 visitors! Thank you so much! ❤️
Dont forget to vote and comment~

FREQUENCY • SKZ Seungmin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang