***
"... Sa, i'm so so sorry. Gue Cuman berniat ngajak temen aja karena canggung kalo sendirian banget. Ngga nyangka kalo temen kerja gue.... mantannya bu Yara."
"its okay... temenin aja itu temen lu, agak-agaknya dia syok berat." saran Mahesa. Halim keluar dari ruangan khusus mempelai, terlihat murid-murid Yara menatap Mahesa dengan wajah khawatir.
"em... murid-murid nya bu Yara kah?" tanya Mahesa, semuanya mengangguk. "bu Yara butuh istirahat sebentar, nanti beliau keluar lagi kalo kondisi udah kondusif ya... em.... makasih banyak tadi udah bantuin kami."
Ruangan ditutup, Mahesa menatap punggung Yara yang membungkuk. Kedua tangannya menopang dahi dan terdengar suara nafas yang diatur.
".... mau diselesein aja pestanya?" Mahesa membungkuk di samping Yara, perempuan itu menatapnya.
"perut saya masih kenceng dari tadi." Ungkap Yara, Mahesa mendekatkan tangan untuk membelai perut Yara dengan lembut. "kok... bisa gini ya. Kamu ngasih undangannya gimana deh?"
Mahesa mendongak setelah mencium perut Yara –berharap sang janin berhenti membuat perut Ibunya tegang. "Yara tau kan kalo Halim sahabat aku dari jaman sekolah? Ya.... aku pasti ngundang dia tapi ternyata dia bawa temen... ya mantannya Yara itu."
Yara mendengus. "terus Khalil gimana sekarang?"
"diamankan di depan venue." Mahesa menjawab dan alisnya berkerut. "Yara masih khawatir sama dia?"
"bukan gitu." Yara merasa hawa perdebatan akan terjadi. "kamu ngga liat tadi? Dia nangis-nangis meluk saya sampe tarik-tarikan sama WO dan murid-murid saya kan."
"Yara waktu itu bilangnya gimana sama Khalil?" Mahesa berdiri seraya berkacak pinggang. "kenapa dia seakan-akan... merasa belom putus sama Yara?"
"saya udah mutusin dia ya!" sentak Yara. "dia aja yang keras kepala masih berusaha jemput saya di sekolah."
"oh.... masih dijemput ternyata." Tanggap Mahesa sarkas. "kenapa Yara ngga bilang kalo udah jadi istri orang?" tanya Mahesa lagi, "... ada apa sama sentakan tadi? Aku siapa Yara emang?"
Yara menunduk, ia sadar bahwa dirinya emosi karena merasa disalahkan. "Mahesa imam saya, maaf.... tapi anak-anak bantuin saya karena Khalil waktu itu maksa saya. Kalo ngga percaya kamu tanya aja sama mereka."
Mahesa menatap Yara yang sudut wajahnya mulai berlinang air mata, laki-laki itu menyambar tisu sebelum air mata tumpah di pipi sang istri. "aku percaya sama Yara." Ucapnya seraya mencium kening Yara, getaran energi hangat nan lembut menjalar di dahi perempuan itu.
"aku ngga mau Yara dirawat lagi." Ucap Mahesa mengisyaratkan bahwa ia tak ingin marah dan beremosi negatif. "... si kakak udah tenang?"
Yara mengangguk dan tiba-tiba terdengar suara notifikasi ponsel yang bertubi-tubi dari ponsel Mahesa, ".... kenapa hape mu ribut banget deh?"
Laki-laki itu mengeluarkan ponsel dari saku celana dan sontak melotot. Ia menunjukkan satu konten pada Yara.
VIRAL! DITINGGAL NIKAH, PEMUDA INI MENANGIS MEMELUK MANTAN
***
Seminggu kemudian...
".... perlu ngga sih ketemu dia lagi buat jelasin semua ini?" tanya Yara suatu hari saat mereka berkunjung ke rumah Ayah, Chandra juga turut hadir. "gimana menurut kamu?"
Mahesa mengendikkan bahu, "jujur aku bener-bener ngga tau kalo perkara yang itu.. takutnya membahayakan Yara aja."
"iya tuh, kan Khalil orangnya suka maksain diri." Timpal Chandra.
"untung kamu ngga nikah sama dia, dek." Tiba-tiba Ayah berkomentar. "laki-laki macem apa itu, kok ngga ada kharisma nya? Mana pake nangis segala."
"emang kenapa kalo cowo nangis? Kalo sedih ya lumrah." Balas Yara dengan tatapan tidak suka.
"kenapa kamu malah belain dia??" suara Ayah meninggi.
"Ayah ngga bisa judgemental kayak gitu ke laki-laki, ngga Cuma Khalil." Balas Yara. "dia udah cukup sedih ngga jodoh sama Yara, kami kenal ngga Cuma hitungan bulan.... tapi tujuh tahun."
"apalah guna tujuh tahun kalo ketemu Ayah aja ngga ada keberanian." Celetuk Ayah seraya memakai kacamata dan membuka buku jurnal rutinitas miliknya. "jelas-jelas Mahesa yang unggul lah, ketemu kamu sehari langsung ngelamar. Itu yang namanya laki-laki."
Yara mendengus, ia menatap Mahesa kemudian mengulum senyum. "Ayah ngga tau aja kalo dia udah ngincer Yara dari lima tahun yang lalu."
Tulisan tangan di jurnal Ayah seketika berhenti. "maksudnya gimana??"
"loh... Ayah belom tau ya?" Ibu hadir di tengah perbincangan setelah mengeluarkan kue dari oven nya. "Mahesa itu.... muridnya Yara di SMA Z loh."
"lah? Beneran??" Ayah melepas kacamata dan menatap Mahesa tak percaya, laki-laki itu mengangguk dengan tawa malu. "waduh waduh.... ada informasi yang saya missed nih ternyata, mengejutkan banget kamu Mahesa... gendeng."
Seraya nyengir, Mahesa merespon. "mumpung lagi kumpul lengkap nih... saya juga ada yang mau disampaikan ke keluarga."
Semua mata tertuju pada Mahesa begitu juga Yara, "... kalo saya hamil kan udah pada tau?" tanya perempuan itu.
"bukan itu." Jawab Mahesa. "saya minta doa restunya dari Ayah.. Ibu dan mas Chandra supaya sidang tesis saya lancar dan bisa jadi referensi untuk ambil bagian perdinasan di luar negeri."
Yara tertegun, jika Mahesa mendapat dinas luar negeri... otomatis ia tidak bisa melanjutkan karirnya di SMA Z untuk mendampingi sang suami.
***
Bentar lagi COMPLETE nih readerss
Who's excited??
KAMU SEDANG MEMBACA
FREQUENCY • SKZ Seungmin ✔️
Hayran Kurgu"Tak peduli sedramatis apapun seseorang pernah hadir di hidupmu, kalau tidak satu frekuensi ya tidak akan berjodoh" -Habibie- ☆ MAMACIS, 2023 ☆ Local Fanfiction with Stray Kids as Visual Inspired by ASMALIBRASI, song of SOEGI BORNEAN #2 seungminskz ...