26. Selesai

31 5 0
                                    

Aelin, perempuan berusia setengah abad itu membalikkan badan menyadari kehadiran putranya. Sudah lama sejak ia melihat wajah Gavan terakhir kali membuatnya terhenyak sebentar menyadari bahwa ia sudah melewatkan banyak waktu pertumbuhan Gavan.

"Mom," panggil Gavan dengan suara beratnya.

"Come to me, Orion."  Aelin melebarkan kedua tangannya.

Melebur sudah rasa rindu yang terpendam selama ini. Mereka saling mendekap berbagi kehangatan juga ketenangan. Perasaan Gavan luluh lantah sepenuhnya.

"Kamu sudah besar, sayang. Kamu tumbuh dengan sangat baik." Aelin menangkup wajah Gavan. Memandang lekat setiap bagian dari wajah anaknya.

"What are you trying to do here, Mom?"
dibalik rasa senang yang Gavan rasakan saat ini, ada banyak hal yang berkecamuk di dalam pikirannya.

Mengetahui Aelin datang tentu saja bukan berita bagus untuknya. Karena Aelin hanya akan datang jika sesuatu yang penting terjadi dan itu pasti menyangkut dirinya.

"To stop you." Tidak ada nada bantahan di sana. Gavan tahu betul watak Aelin. Wanita itu sama kerasnya dengan dirinya.

"What are you saying?" Gavan bingung.

"Jangan anggap Mommy mu ini bodoh, Orion. Mommy tahu betul apa yang sedang kamu rencanakan. Untuk itu Mommy datang ke sini memastikan rencana yang sedang kamu jalankan batal."

"Don't you dare."

Atmosfer di dalam ruangan itu berubah  ketika lelaki yang masih belasan tahun itu menggeram pelan. Membawa aura yang begitu pahit membuat ruangan semakin terasa menyesakkan. Peran batin keduanya baru saja di mulai. Membawa perasaan hangat tadi menjadi kian menajam.

"Mereka berbahaya. Mereka bukan tandingan kita, Orion. Melawan mereka sama saja memberi nyawa mu secara cuma-cuma. Mommy tidak akan rela jika kamu habis ditangan mereka. Untuk kali ini saja, listen to me, Orion." Tegas namun Gavan tahu ada lirih penuh putus asa dari ucapan Aelin.

"Orion sudah terlalu banyak mengikuti kemauan Mommy. Tidak untuk ini. Tidak perduli seberbahaya apapun mereka, Orion tidak akan pernah mundur. Mommy, mereka hanya kumpulan pecundang yang memanfaatkan harta haram. Orion tidak takut meskipun rencana ini akan mendatangkan kematian Orion datang lebih cepat. Anggap saja nyawa Orion sebagai tumbal kebebasan kita." Tidak ada keraguan sama sekali dari kalimatnya. Gavan pastikan tidak akan gentar kali ini.

"OWEN!" suara Aelin lantang terdengar. Tatapannya menghardik Gavan yang tidak goyah sama sekali di hadapannya.

Gavan berdecih mendengar nama itu. Nama masa kecilnya yang tidak pernah ia dengar lagi sejak lima belas tahun lamanya. Jika situasinya masih sama seperti dulu, mungkin mendengar nama itu di sebutkan senyuman Gavan akan melebar dengan hati penuh bunga. Tapi tidak untuk sekarang, mendengarnya lagi setelah sekian lama malah membangkitkan api marah yang selama ini berusaha ia telan dalam-dalam. Api marah yang ia sembunyikan di dalam sudut paling gelap, kelam, terpencil di dalam dirinya.

"Jika kamu masih tetap melanjutkan rencana bodoh mu. Mommy tidak akan segan-segan menyeret Zidni di dalam permasalahan ini." Aelin mengancam. Hal itu membuat Gavan semakin meledak. Gertakan kuat terdengar dengan mata menajam seperti bisa menembus siapa saja yang berani menatapnya. Dia tidak pernah suka jika seseorang yang penting di hidupnya dalam bahaya. Entah ini karena ulah orang lain atau ibunya sendiri.

"Then, try me."  Tantang Gavan dengan nada rendah. Rahangnya mengeras dan matanya menatap nyalang.

•••

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OCCASION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang