⚠Part ini terdapat beberapa kata umpatan!
Aku udah ngasi warning ini diblurb, emang banyak umpatan2 durjana yang bakal keluar, jadi dinext chapter aku gaperlu ngeperingatin lagi karena menurutku ini udah cukup buat ngasih tau. Oghey?
Sebelum baca, pastikan kamu udah klik bintang dipojok kiri bawah, ya! Jangan lupa juga untuk komen disetiap paragraf.
Happy reading!🔥
***
"Tidak ada satu orang pun yang akan aku biarkan, setelah mencelakaimu. Tidak sebelum mereka tau, bahwa mereka sudah salah mengganggu milikku."
-Pertanda, Orion.
***
BMW E93 3351 berwarna black metalic terparkir pada sebuah toko mainan yang berada disamping jalan raya. Berpakaian casual, ripped jeans hitam dipadukan kaus hitam polos yang dilengkapi dengan bomber jacket berwarna senada. Tidak lupa dengan snekers yang menutupi kakinya. Dia masuk ke dalam toko, penampilannya simple namun menarik mampu membuatnya menjadi pusat perhatian. Mulai dari penjaga toko sampai ibu-ibu yang sedang berbelanja untuk perlengkapan anaknya.
"Ada yang bisa saya bantu, Kak?" tanya malu-malu seorang penjaga toko.
"Tolong bawakan saya baju anak perempuan berusia lima tahun. Cari yang paling bagus." Kata cowok itu terdengar datar. Penjaga toko itu mengangguk lantas pergi memenuhi permintaan pelanggannya.
Tak butuh waktu lama, ia sudah disodorkan lima baju berwarna berbeda. Baju itu terlihat bagus. Ditambah bentuknya yang mungil, terlihat semakin menggemaskan.
"Ini lima baju yang menjadi rekomendasi toko kami. Kualitasnya bagus, membuat harganya lebih mahal dari pakaian anak kecil biasanya." Penjaga toko itu menunduk setelah menyelesaikan ucapannya.
"Saya beli semua." Sebenarnya lelaki ini sedikit tersindir dengan ucapan penjaga toko tadi. Jika hanya untuk membeli baju seperti ini tidak akan membuatnya langsung jatuh miskin. Harganya bahkan tidak ada apa-apanya dengan kekayaan milik keluarganya.
"Terima kasih sudah berbelanja di toko kami." Penjaga kasir tersenyum sambil memberikan belanjaan. Cowok itu tidak menghiraukan, ia berjalan cepat keluar toko.
Baru saja ingin membuka pintu mobil, ponsel yang berada disaku celananya bergetar. Menggeser icon hijau lalu menempelkan ponsel pipih itu pada telinga kanannya.
"Cewek lo dalam bahaya, Van!"
"Gimana bisa?" Gavan menggeram. Ia sampai mencengkram pintu mobil hingga membuat lengannya memerah.
"Kejadiannya panjang. Cepet lo dateng ke Jalan Kenanga no. 05!"
Gavan langsung mematikan sambungan telfon, masuk ke dalam mobil dan mengendarai mobilnya menuju alamat yang tadi Izar beritahu. Pegangan tangannya menguat pada stir mobil. Pikirannya kalut sekarang. Membayangkan wajah ketakutan Zidni membuatnya semakin menggeram marah. Sungguh, Gavan tidak akan membiarkan satu orang pun yang menyakiti Zidni lolos. Tidak, sebelum Gavan mematahkan kaki atau tangannya.
Tanpa pikir panjang Gavan keluar mobil dengan tergesa-gesa. Didepannya kini terlihat Zidni duduk dibangku kayu usang dengan mulut yang sudah dibekap. Renden-- seseorang yang berada disamping Zidni, tersenyum sinis melihat sosok Gavan.
"Lama gak bertemu, Orion." Renden terkekeh pelan.
"Gue berdiri disini atas nama Gavan. Bukan Orion." Gavan menatap Renden nyalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
OCCASION
Teen Fiction[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Bagi Zidni, Gavan itu sebuah teka-teki yang penuh dengan misteri. Rubik membingungkan yang tidak punya titik temu untuk diselesaikan. Seperti menyatukan kepingan puzzle yang runyam. Sedangkan bagi Gavan, Zidni i...