21. Cemburu

102 12 2
                                    

Kalo ada typo, tolong kasih tau, ya!
Part ini panjang, kalian udah siap?
Jangan lupa tinggalkan jejak.

Okedeh, happy reading🗿

***

Senyuman Zidni merekah saat retinanya menangkap sosok cowok bertubuh tegap sedang bermain voly dilapangan Mentari. Zidni memang berniat mendatangi Gavan ke kelasnya namun ternyata cowok itu sedang berolahraga.

Zidni duduk dipinggir lapangan. Ditangannya sudah ada satu botol air mineral dingin yang sengaja ia bawa untuk diberikan pada Gavan. Senyum Zidni semakin mengembang melihat Gavan yang dengan lincahnya memukul bola hingga terlempar dan berhasil mencetak point. Cowok itu terlihat sangat jago. Tubuhnya yang proposional membuatnya semakin mudah bermain voly.

"Van, ada cewek lo." Teriak Vega pada Gavan. Membuat mereka berhenti main voly lalu menoleh pada pinggir lapangan. Zidni menyengir lalu menggerakkan tangannya pada Gavan.

"Istirahat dulu," kata Gavan pada teman-temannya.

"Mata gue langsung melek nih kalo gini. Bidadari, baru turun dari langit ya?" goda Vega mengambil tempat disamping Zidni.

Rigel menggeplak kepala Vega dengan teganya. "Bisa aja lo kulit kacang."

"Gue manusia Gel, bukan kulit kacang!" sahut Vega tidak terima. Rigel tidak membalas. Dia mengambil air mineral miliknya lalu menenggaknya hingga tersisa setengah.

"Mantep banget cewek pak bos. Makin hari makin bening aja. Bahagia banget ya, bu bos?" celoteh Izar yang duduk didepan Zidni. Nilam mengikuti Izar dengan duduk disamping cowok itu.

"Bahagia banget, Zar!" balas Zidni tersenyum senang.

"Lihat Lam, kalo senyum gitu rasanya mau jadi pelakor gue!" seru Izar yang mendapatkan toyoran kepala dari Nilam. "Sebelum berhasil jadi pelakor, udah dilempar duluan lo sama Gavan."

"Gavan lagi ngobrol apa sih? Kok lama banget," ucap Zidni memperhatikan Gavan yang sedang mengobrol dengan seseorang yang entah siapa, Zidni tidak kenal.

"Paling masalah tanding voly. Sebentar lagi kan kita mau ngadain turnamen," jawab Izar yang sempat menoleh pada Gavan.

"Kapan? Gue boleh nonton gak?" tanya Zidni antusias.

"Izin dulu sama Gavan." Itu datang dari Rigel. Ternyata cowok itu mendengarkan pembicaraan mereka.

"Pasti Gavan kasih izin. Semangat dia langsung meroket kalo lo dateng. Gue juga kalo ditemenin pasti semangat banget. Sayangnya gak ada yang mau," curhat Vega.

Nilam melempar sepatu miliknya pada Vega hingga mengenai dengkul cowok itu. "Belajar bersyukur, bisa gak lo?"

Vega melirik Nilam dengan tatapan membunuh namun melihat wajah Nilam yang datar-- lebih menyeramkan darinya membuat nyalinya ciut. "Iya bersyukur banget gue. Alhamdulillah gak ada yang nemenin. Aduh, menyenangkan sekali." Kata Vega dengan suara yang dibuat-buat senang.

Izar terbahak melihat wajah malang Vega yang kena semprot Nilam. "Makanya lo kalo ngomong diasah dulu. Udah tau Nilam lagi sensi. Jadi kena omel kan lo!"

"Diem lo, Zar! Gue sumpel pake baju keringatan gue mampus lo!"

Izar memandang Vega jijik. "Najis!"

"Ditemenin Berlin mau Veg?" Zidni sebenarnya bukan bertanya melainkan ledekan untuk Vega dan melihat reaksi cowok itu.

"Enggalah, bisa-bisa nanti gue kena tonjok pacarnya," ucap Vega membuat Zidni menatapnya dengan tatapan jahil.

OCCASION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang