Jangan lupa vote dan komen yaaa!
Happy reading uww***
Semakin larut pasar malam semakin ramai. Terlihat dari pengunjung yang semakin bertambah. Untuk menaiki permainan pun harus mengantre panjang. Sehingga Gavan dan Zidni memilih untuk berkeliling saja.
"Cup, cup kenapa sayang kamu nangis?" Zidni menghampiri seorang anak kecil perempuan. Kira-kira usianya enam tahun. Dia sedang duduk dibangku sendirian sambil.menangis sesegukan.
"Ini," anak kecil itu menunjukan mainanya yang rusak.
Zidni mengambil mainan itu berniat untuk memperbaikinya. Namun apa lah keahlian Zidni selain merusak barang. Bukannya berbentuk seperti semula mainan itu malah terbelah menjadi dua ditangan Zidni.
"HUAAA MAMA MAINAN AKU..." gadis kecil menangis kencang menarik perhatian para pengunjung pasar malam.
Zidni jadi kelabakan. "Aduh cantik jangan nangis, nanti orang lain kira aku mau culik kamu." Zidni menepuk-nepuk bahu gadis kecil itu. Bukannya berhenti nangisnya terdengar semakin kencang.
"Gavan," Zidni menoleh pada Gavan dengan tatapan meminta tolong. Cowok itu sedari tadi hanya diam memperhatikan akhirnya mendekat pada anak kecil lalu berjongkok didepannya.
"Cup, jangan nangis. Kakak beli yang baru mau?" tanya Gavan sambil mengelus bahu. Anak kecil itu tiba-tiba saja berhenti menangis membuat Zidni menatapnya takjub.
"Ayo ikut Kakak." Gavan mengajak mereka pada kedai penjual mainan. "Mau yang mana?"
Gadis kecil itu memperhatikan setiap mainan. "Mau yang itu." Dia menunjuk salah satu kotak barbie yang digantung menggunakan tali plastik.
Gavan menggendongnya membuat gadis kecil itu dengan mudah mengambil mainan yang ia mau. Gavan menurunkannya kembali didekat Zidni. Tidak ingin lama-lama setelah membayar mereka kembali ke tempat tadi. Baik Zidni maupun Gavan tidak tahu siapa orang tua anak ini.
"Kamu sama siapa kesini?" tanya Gavan penuh kelembutan. Membuat Zidni tanpa sadar bergumam protes karena kalau berbicara dengannya Gavan tidak selembut itu.
"Mama," jawabnya sambil sibuk memainkan barbie baru miliknya. Mata bulat itu menatap Gavan yang berjongkok dihadapannya. "Makasih Om."
"Ppfft. Om?" Zidni menutup mulutnya menahan tawa mendengar panggilan anak kecil itu untuk Gavan. Rasanya perutnya dikelitik membuat ia kegelian. Jika saja tidak takut tatapan tajam Gavan mungkin sekarang Zidni sudah tertawa ngakak.
"Iya sama-sama." Gavan mengelus surai gadis kecil ini. Tak lama terdengar gaduh suara paruh baya yang mendekat pada mereka. "Rena, Mama cari kamu kemana-mana."
Gadis kecil bernama Rena itu langsung memeluk Ibunya yang memberikan raut khawatir padanya. "Maaf--"
"Iya gak papa sayang. Mama yang salah karena lengah jagain kamu." Anak dan ibu masih memeluk. Membuat Zidni menatap mereka penuh keharuan.
"Ini siapa Ren?" tanya Ibu Rena menyadari keberadaan Gavan dan Zidni. Rena melepas pelukan lalu menunjukan boneka barbie pada ibunya. "Mainan aku rusak. Om ini beliin aku barbie baru."
"Terimakasih karena sudah membelikan anak saya mainan baru juga karena sudah menjaga anak saya." Ibu Rena menunduk sebentar.
"Sama-sama Bu," jawab Zidni tersenyum lebar. "Anak Ibu lucuk, boleh sekali-kali saya pinjam?" Zidni menyengir.
Gavan menyenggol bahu Zidni dan menatapnya tajam memberi peringatan. "Hehe saya bercanda." Ibu Rena yang awalnya tegang tersenyum tipis memaklumi tingkah Zidni.
KAMU SEDANG MEMBACA
OCCASION
Fiksi Remaja[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Bagi Zidni, Gavan itu sebuah teka-teki yang penuh dengan misteri. Rubik membingungkan yang tidak punya titik temu untuk diselesaikan. Seperti menyatukan kepingan puzzle yang runyam. Sedangkan bagi Gavan, Zidni i...