07

552 75 4
                                    


Kita kembali ke beberapa waktu sebelumnya. Setelah mencoba hampir seluruh wahana di area utara, Hyungseok kini berhadapan dengan final bosnya. Dirinya yang agak lelah karena terus diseret oleh Haneul dan Yui sekarang hanya melongo di antara antrian yang paling terakhir.

Perhatiannya sekarang tertuju pada sebuah wahana di depan sana yang berbentuk lingkaran. Seketika bergidik ngeri begitu wahana tersebut mulai berputar dengan abnormal. Lalu memekik kaget begitu beberapa orang di sana terlempar ke sana kemari seperti ikan yang butuh air.

Tubuhnya reflek mendekat ke arah Jay yang kebetulan mengantri di sampingnya. "Seriusan kita menaiki permainan itu?" Kedua tangannya memeluk erat lengan Jay.

Jay yang melamun sedari tadi langsung tersentak lantaran kaget Hyungseok memeluk lengannya. Wajah putihnya yang sudah merah karena kepanasan semakin merah bak kepiting rebus. Wajahnya reflek ia tutup dengan satu tangannya yang lain.

"Kamu takut naik itu? Hah, dasar cupu." Zin yang mendengar gumaman Hyungseok menimpali dengan remeh.

Hyungseok mendelik tidak terima. "Ya!! Apa kamu gak punya mata? Lihat!—" ucapnya menunjuk wahana yang dimaksud. "—Orang gila mana yang mau main permainan kayak simulasi ikan sekarat kayak itu!!?"

"Ikan sekarat. Haha, lucu sekali." Celetuk Daniel merasa lucu dengan ucapan Hyungseok sambil melihat orang-orang yang memainkan permainan tersebut yang kepayahan. Lalu tertawa terbahak-bahak saat ada yang terlempar karena tak sengaja perutnya tertendang.

Mijin pun juga menyaksikannya namun dengan reaksi ngilu. Sementara Haneul dan Yui, keduanya malah asyik membuat konten di ponsel masing-masing.

"Benar juga, sih..." Ucap Zin setelah melihat situasi kacau di sana. "Jadi, kamu gak mau naik itu?"

"Gak mau..."

"Tapi kita udah terlanjur ngantri. Dan juga udah paling depan." Timpal Mijin melihat ke depan di mana mereka sudah dekat petugas yang mengawasi wahana ini, kemudian melihat kebelakang di mana puluhan antrian terlihat cukup panjang.

"Oh, bukankah itu Vasko?" Mijin menyadari kehadiran pemuda berotot jurusan arsitektur yang dekat dengan Hyungseok. Menepuk pelan bahu Hyungseok lalu menunjuk antrian di belakang yang hanya berselisih tiga. "Hyungseok, bukankah itu Vasko?"

Penasaran, Hyungseok pun melihat kebelakang dan benar. Vasko ada di sana bersama Bumjae seperti biasanya. Terlihat sedang mengobrol dengan beberapa orang yang tidak ia kenal. "Vasko sama siapa?" Hyungseok tahu bahwa mereka bukan dari Burn knuckles atau pun murid dari bangunan 1.

'Apa kenalannya?'

"Vasko!" Sahutan Hyungseok berhasil terdengar oleh Vasko dan lainnya.

Pemuda berotot itu langsung berubah ceria saat menyadari Hyungseok memanggil namanya. Ia lambaikan tangan dengan semangat dan berseri. "Hyungseok!" Balasnya kencang tidak peduli jika teriakannya tersebut membuat orang-orang mendelik tajam padanya.

"Itu si manis??" Pemuda berseragam hitam ikut antusias saat mendengar nama Hyungseok ditambah dengan seruan dari si manisnya barusan.

"Bukan." Vasko menjawab malas Gimyung yang menyenggol-nyenggol tubuhnya dengan sengaja.

"Ish, udah jelas, kok, itu suara si manis." Gimyung pun dengan cekatan menggeser posisi berdirinya dengan Vasko agar bisa leluasa melihat Hyungseok.

Dan saat dirinya berhasil menemukan sosok tersebut yang masih melambaikan tangannya ke arahnya, sontak jantungnya berhenti berdetak saking terkejutnya ia melihat senyuman manis si manis di depannya.

'Sialan, gak kuat aku tuh! Manis banget!'

Reflek meremat kencang dadanya yang mendadak berdegup kencang setelah berhenti beberapa saat.

𝐖𝐚𝐫𝐧𝐚 𝐝𝐢 𝐌𝐚𝐭𝐚𝐦𝐮 [𝐇𝐲𝐮𝐧𝐠𝐬𝐞𝐨𝐤]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang