3

60K 5.1K 110
                                    

Typo banyak.

Kini kedua teman Laskar, Arka juga Raka sedang berada di rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini kedua teman Laskar, Arka juga Raka sedang berada di rumahnya. Padahal Laskar capek ingin segera tidur tapi kedua teman²nya itu datang.

"Ih anjing homo!" Umpat Arka sembari memandang jijik layar hpnya. Raka ikutan memandangnya.

"Jir kayak gak ada cewek bohay aja si cok." Sahut Raka. Laskar terdiam, teringat, sebelum orangtuanya meninggal, orangtuanya sempat renggang akibat ada gosip jika sang Ayah berselingkuh dengan sekretarisnya sendiri yg berjenis kelamin laki² juga. Entah itu benar atau tidak tapi gara² itu orangtuanya bertengkar hebat, Laskar membenci hal itu, bahkan ia pernah dikatai anak seorang gay oleh tetangganya sendiri.

Laskar menghembuskan nafas panjang.
"Kalian gak pulang?" Ujar Laskar yg mengusir halus temannya itu.

"Males Kar, nginep aja lah kita." Ujar Arka sambil memakan pilus. Laskar mendengkus.

"Gue capek mau tidur." Ujar Laskar.

"Yauda sana tidur." Balas Raka.

"Gimana gue mau tidur kalau kalian berisik kedengeran sampe kamar gue gobloq." Gertak Laskar yg membuat Raka menukikkan alisnya.

"Bisakan lo pake earphone?" Ujar Raka yg terkesan cuek. Laskar berdecak, mau kedua temannya ini apa sebenarnya. Dengan kesal ia melangkahkan kakinya menuju kamar.

Laskar tidak langsung tidur, ia menatap atap kamarnya. Helaan nafas terdengar berkali².

"Laskar capek ma, pa. Fisik Laskar capek, batin pun juga." Ingin rasanya Laskar mengakhiri hidupnya tapi ia berpikir 'gue masih pengen ngerasain sex dan punya anak' jadi di tunda dulu ketemu malaikat mautnya. Ia mengambil dompetnya guna melihat sisa uang yg ia punya. Hanya terdapat selembar uang berwarna biru.

"Ya tuhan, gak cukup buat beli beras ini mah. Masa gue harus ambil duit tabungan lagi? Duit tabungan juga cuma 4 juta itupun belum bayar spp gue nya, belum hutang belum juga bensin anjir." Gerutunya sembari mengacak rambut frustasi.

"Kudu ambil lembur ini gue, biar ada tambahan gaji. Kalau gak gitu gue cari aja pekerjaan sampingan, asal halal dan menghasilkan duit sabi weh lah." Ujarnya, Laskar pun mencoba tetap tersenyum ikhlas menghadapinya, dirinya memang bekerja di cafe mewah tapi hanya sebatas pelayan yg gajinya tidak seberapa, pusing memikirkan hal itu ia pun memilih untuk memejamkan mata dan tidur.

Ke esokan harinya Laskar sudah bersiap dengan seragam sekolahnya, dia menuruni tangga dan mendapati ruang tamunya sangat berantakan. Ia menarik nafas dan menghembuskannya perlahan, teramat jengah dengan kelakuan teman²nya yg suka seenaknya itu. Apa mungkin hanya Laskar saja yg menganggap mereka teman, sedangkan kedua temannya menganggap Laskar babu mereka ?

Laskar menuju kamar tamu ternyata tidak mendapati teman²nya, mungkin mereka pulang dini hari tadi. Laskar pun dengan telaten membereskan ruang tamunya dan untung saja masih jam 6. Keburu lah untuk berangkat sekolah, 15 menit sudah Laskar membereskan, kemudian ia memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu. Dibukanya tudung saji hanya ada sisa lauk kemarin yaitu tempe goreng dan sambal, tidak apa begitu saja sudah sangat enak bagi Laskar apalagi di tambah pete tapi sayang duitnya tidak cukup untuk membeli pete.

Laskar memakan sarapan di meja makan yg besar sendirian, matanya menatap kursi² kosong di sebelahnya, kunyahan pada mulutnya pun memelan. Ia teringat kenangan dulu saat kedua orangtuanya masih ada dan sebelum kejadian keduanya bertengkar, saat makan selalu saja di selingi cerita. Tidak mau berlarut dalam kesedihan, Laskar segera menghabiskan makananya dan berangkat sekolah.

Saat di perjalanan, Laskar mendapati seseorang berseragam sama dengannya memakai motor sport, ia pun melajukan motornya bersejajar dengan orang tersebut.

"Woy Alek kang es batu tumben make motor bro." Ujarnya dengan sedikit berteriak. Alex, pemuda yg menaiki motor sport tersebut sontak menoleh ke samping. Lalu matanya fokus ke arah jalan lagi dan melajukan motornya sedikit lebih kencang meninggalkan Laskar dan tidak menanggapi pertanyaannya.

"Meh cogan di cuekin lagi anjir. Nasib cogan ya gini nih." Ujar Laskar yg kemudian melajukan motornya menyusul Alex.

Alex sendiri diam² melihat kaca spion nya, Alex melihat bagaimana pemilik motor scoopy itu mengendarai motor sembari menyapa pedagang kaki lima di pinggir jalan. Alex menggeleng gelengkan kepalanya.

"Dasar aneh." Gumamnya.

Keduanya pun sampai di parkiran bersamaan dengan motor yg bersandingan. Laskar berdecak.

"Kenapa motor gue harus sebelahan sama motor lo si, kan motor gue jadi insinyur liat motor lo yg berotot." Gerutu Laskar, Alex memperhatikannya dengan raut datarnya kemudian berujar.

"Pindah." Laskar mengerucutkan bibirnya.

"Males gue mager Alek."

"Yauda." Setelahnya Alex melangkahkan kakinya membuat Laskar menyusul dirinya.

"Woy Lek lo kalau jalan jangan cepet² napa." Gerutu Laskar di samping Alex.

"Lo pendek." Sontak saja Laskar menghentikan langkahnya membuat Alex juga ikut berhenti.

"Enak aja lo, gue cuma sepundak lo doang. Lagian nih ya gue sama lo sama² masuk klub basket." Ujar Laskar, Alex mengangkat sebelah alisnya.

"Hubungannya sama² masuk klub basket apa?" Tanya Alex.

"Ya itu tandanya gue tinggi."

"Kalau pendek ya pendek aja." Ujar Alex, lalu melanjutkan jalannya. Laskar ingin sekali menyeburkan Alex ke kolam ikan di sekolahnya kalau saja ia tidak ingat jika Alex yg telah membantunya.

"Tinggi kayak tiang juga gak enak, awas aja jidat lo ke tabrak atap pintu kelas. Gue sukurin lo es batu." Sungut Laskar yg tentunya tidak dapat di dengar oleh Alex.

"Duh gusti paringono kesabaran." Ujar Laskar sembari mengusap² dadanya yg datar, gak tau nanti.

__________________

Bersambung.....
Bab ini pendek, karena gue sukanya yg pendek apalagi mungil.

Wkwkkw

ALAS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang