28

42.8K 3.7K 116
                                    

Typo.

Pemuda yg memiliki lensa mata berwarna biru yg tidak lain adalah Lintang, saat ini tengah duduk termenung memandang bangunan² kota dengan melipat kedua kakinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemuda yg memiliki lensa mata berwarna biru yg tidak lain adalah Lintang, saat ini tengah duduk termenung memandang bangunan² kota dengan melipat kedua kakinya. Bayangan ia di perkosa dan di saksikan langsung oleh sang kakak terputar jelas di otaknya bagai kaset yg sudah rusak. Dan ia kecewa dengan sang kakak karena telah menyembunyikan fakta tentang ayahnya, dan lebih kecewa
saat kakaknya melampiaskan dendamnya pada orang yg tidak bersalah sehingga ia juga terkena imbasnya, keperjakaanya di renggut oleh orang yg selalu ia hindari.

'Ceklek'

Ia melirik sekilas saat pintu kamarnya terbuka, sang kakak rupanya. Sedangkan Bintang orang yg membuka pintu itu menatapnya sendu, kemudian menepuk bahu Hildan yg berada di sebelahnya.

"Gue harap lo bisa bikin adek gue senyum lagi." Ujarnya. Hildan mengangguk, lalu melangkah mendekati Lintang.

"Lintang..." panggilnya dengan lembut.

"Gue salah apa sama lo kak?" Suara parau Lintang mengudara tanpa mengalihkan pandangannya dan membuat lawan bicaranya merasa sesak.

"Lo marah karena gue nolak lo terus?"

"Tang gue..."

"Gue gak kayak bokap sama abang gue yg homo! Gue masih suka cewek asal lo tau!"  Sentak Lintang.

Hildan mencoba merengkuh tubuh Lintang walaupun cowok itu memberontak.

"Gue gak peduli mau lo belok apa gak, gue cuma mau bertanggung jawab sama perbuatan yg gue lakuin ke lo Tang." Ujar Hildan, Lintang berhenti memberontak dan menangis tanpa suara.

Hildan menangkup kedua pipi Lintang, dan menatapnya dengan teduh.
"Kalau seandainya lo hamil, tolong jangan benci anak gue ya Tang? Gue gak apa lo benci, asal jangan anak gue."  Ujar Hildan dengan mengusap lembut air mata Lintang yg terus mengalir.

__________

Sudah terbilang tiga hari sejak Laskar di perbolehkan pulang ke rumah setelah satu minggu di rawat. Bukan pulang ke rumahnya sendiri, melainkan ke rumah orangtua Alex atas permintaan Kayla langsung. Sejujurnya Laskar merasa tidak enak, tapi Kayla memohon padanya hingga membuat ia tidak tega untuk menolak permintaan wanita yg sudah ia anggap ibu kandungnya sendiri.

Tangannya menyentuh perutnya yg masih terdapat balutan kasa.
"Cepet kering dong, biar gue bisa atraksi lagi. Karena lo gue loncat² aja udah nyeri perut gue." Gerutu Laskar entah pada siapa. Ia bosan di kamar terus, jam masih menunjuk kan pukul 9 pagi, Alex dan Acha masih sekolah, sedangkan Kamil dan Kayla kerja, hanya dirinya dan beberapa asisten rumah tangga Alex termasuk budhe Mirna orang yg merawat Laskar selama sakit dan kepercayaan Kayla karena beliau adalah pengasuh Alex dan Acha dulu saat kecil.

Laskar menghela nafas, matanya melirik nakas yg terdapat album foto yg tadi Kayla beri padanya. Katanya itu album foto masa kecil Alex juga Acha. Tangannya terulur meraih album tersebut dan membuka halaman pertama, terdapat foto bayi yg di bungkus seperti kepompong dan di pojok kanan lembaran bertuliskan 'Alex Prabaswara Damian'

ALAS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang