"ka, nebeng ya?" raut Aura memelas, memukul mukul jendela mobil Dewa
"gak" jawabnya singkat
"please kali ini aja" Aura masih kekeh dengan keinginannya
"masuk." akhirnya Dewa terpaksa menerima tebengan Aura.
jam menunjukan pukul 17.00
belum ada percakapan disanaDewa merasa ada yang tidak beres dari mobilnya
ia memberhentikan, lalu turun mengecek mobilnya"shit, bocor" umpat Dewa
"kenapa ka, bannya kempes?" tanya Aura turun dari mobil "iya" jawab Dewa singkat
"lo bawa ban serep kan"
"ada, tunggu bentar" perintah dewaAura menelusuri tempat sekitar mereka, sekarang mereka berada di semacam pinggir hutan, yang di batasi jurang yang tak terlalu curam, tapi cukup tinggi, Aura duduk di tepinya, ia mendengarkan musik sembari menunggu Dewa mengganti ban serepnya
.
"adu lowbat lagi" eluh Aura
"RAA, UDAH, AYO BALIK" panggil Dewa
"IYAAA KAAA" balas Aura beranjak berdiri namun kakinya tersangkut tumbuhan merambat, dan membuatnya jatuh tersandung ke bawah"KA DEWAAA" teriaknya
ia sempat terguling sampai akhirnya ia terbentur pohon dan tak sadarkan diri dibawah"Aura?! RA?" panggil Dewa, ia menyusul dimana tempat Aura tadi berada, ia melihat Aura dibawah, kemudian ia bergegas menghampiri Aura dengan hati hati karna licin
"RAA, AURAA" Dewa menyadarkan Aura
ia mengangkat tubuh Aura, ia bingung harus kemana, naik pun tak bisa karna Aura tak sadarkan diri, akhirnya ia menelusuri hutan sampai ia bertemu dengan sebuah gubuk kecil, ia membaringkan aura disanamungkin saat itu pukul 18.30, Aura sudah kembali sadar namun masih merasakan sakit, tiba tiba mereka di guyur hujan, Aura tak bisa berbohong, ia tampak kedinginan meskipun sudah memakai jaket, Dewa yang menyadarinya terus melepas jaketnya dan memberikannya kepada Aura
"ga ka, ntar lo dingin" ucapnya memeluk dirinya sendiri
"ga, udah pake aja" Aura menuruti perintah DewaDewa saat ini hanya memakai kaos putih polos yang sedikit basah, ia sama sekali tak menampilkan ekspresi kedinginan
hari mulai gelap, Aura semakin mendekati Dewa
Dewa faham, Aura takut gelap, ia membiarkan Aura untuk di sisinya
tiba tiba bunyi perut Aura terdengar sampe ke telinga Dewa
"hehe" Aura menampilkan ekspresi aneh pada Dewa
Dewa terlihat melihat sekitar
"tunggu sini" ucap Dewa, kemudian meninggalkan Aura, ia tampak sibuk sendiri berusaha mencabut sebuah tanaman, yang tak lain itu ubi.ia mengambil beberapa lalu membawanya kembali ke gubuk itu, saat ia kembali hujan sudah cukup reda
Dewa yang mulai merasa kedinginan karna basah pun terpaksa menahannya di depan Aura, ia tak ingin Aura khawatir akan dirinya, ia mengeluarkan korek dari sakunya dan berusaha membuat api dari daun daun yang setengah basah itu
susah, namun bisa, mereka pun membakar ubi yang tadi Dewa ambil, dan memakannya
"huuufff" Aura meniup ubinya gemas dan memakannya, Dewa hanya tersenyum melihatnyaperut Aura sudah terisi sekarang, ia peka bahwa tangan Dewa bergetar seolah menggigil
"ka, lo kedinginan ya?" ucapnya
"hah, engga" Dewa menyembunyikan tangannya
"muka lo pucet, nih" Aura melepas jaket Dewa"gausah, lo pake aja" ucap Dewa menahan tangan aura "kaa.." eluh nya "raa, pake aja" Aura pun menuruti perintah dewa
.
"ka, bukan berarti kita putus terus jadi musuh kan"
ucap Aura sembari mendekatkan tangannya ke api"lo masih mau temenan sama orang yang mainin lo?" ucap Dewa, ia tersandar di gubuk itu, memandangi Aura dari sana, sembari memeluk dirinya sendiri, mencari kehangatan.
"why not? temenan doang kan, lagian masalalu buat apa diinget terus sih ka"
"kalau bahagia lo sama dia, gua rela, gua bahagia kalau lo bahagia" ucap Aura memandangi kedua manik milik Dewa
"aw" seru aura, percikan api mengenai tangannya membuat ia terkejut
Dewa baru akan melangkahkan kakinya menuju Aura, namun sakit itu datang, menerobos kepalanya, membuat Dewa seolah tak bisa melangkahkan lagi kakinya, ia kembali terduduk paksa.
.
mereka menghabiskan malam di gubuk itu, sampai pagi hari pun tiba, Dewa terbangun lemas, ia tak minum obat seharian, obatnya pun berada di mobil, kepalanya pusing, ia juga demam karena semalam kehujanan"ka Dewa? udah bangun?" Aura mengucek matanya
"ya" balas Dewa singkat
"mau balik ka?" tanya Aura, Dewa tak menjawabnya ia mulai melangkah mencari jalan keluar, Aura hanya mengikuti dari belakang"kaa, tungguin" seru Aura memegangi tangan Dewa, aura merasakan tangan Dewa sangat hangat, bahkan panas.
"astaga ka, lo demam? tangan lo panas" ucapnya menyentuh dahi Dewa
"ga, udah cepetan" Dewa menepis tangan Aura dan mempercepat langkahnyaDewa dengan cepat membuka pintu mobilnya lalu terduduk lemas, ia mencari obat di laci dengan tergesa gesa, ia tak tahan lagi, kepalanya sangat sakit
nafasnya sudah tidak stabil lagi"ka lo cari apa?" ucap Aura membuka pintu mobil Dewa "obat, obat ra, tolong" rintih Dewa
"ka? bentar" Aura ikut panik dan mencari obat milik Dewa, Dewa terus memukul mukuli kepalanya sendiri berusaha menghilangkan rasa sakit yang ia rasakan itu
"ka jangan dipukul, tenang.." ucap Aura menahan tangan Dewa
"nih ka, obatnya" ucap Aura memberikan sebuah kotak cukup besar berisikan obat Dewa, ia juga mengambil air mineral di tasnyaDewa memilah milah obat, sekitar 8 obat ia ambil dan langsung menelannya dengan air mineral
"ka??? seriously sebanyak itu?" tanya Aura memandangi Dewa yang berkeringat
Dewa mengangguk, matanya terpejam, ia masih merasakan sakit di kepalanya
setelah ia tenang, mereka pun melanjutkan Perjalanannya kerumah
.
"gara gara lo sih, bunda sama ayah spamcall tau ga, mama lo juga spam gua, emang gatau kalau kita udah end?" ucap Dewa"siapa suru nolongin gua" ucap Aura malas
"lo mau mati muda? kalau gua ga turun lo udah abis dimakan babi hutan tau ga" omel Dewa
"kenapa harus babi hutan sih ka, jelek anjir" Aura mendengus
"harimau ga doyan daging manusia bawel"
"dih, ngacaa" Aura memukul lengan DewaDewa pun mengantar pulang Aura dan ia pun pulang ke rumahnya.
Aura tak sadar, jaket Dewa masih di kenakannya
ia menyadari di sakunya ada sebuah kertas kusut, ia kemudian melihatnya.
*ada 1 wish yang hilang, karena Dewa tau itu tidak akan terwujud, karena keputusannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA & RAHASIANYA (END)
Romance"Perjuanganku sudah sampai titik pasrah, Tuhan" Ini tentang Sadewa Reethenio, lelaki manis yang tumbuh di temani oleh banyak sekali tuntutan seorang pria, yang ia panggil ayah. Orang tua kandungnya sudah berpulang, sedari ia berumur 6 tahun, mening...