37. Just a moment

8 1 0
                                    

Dewa tersadar, namun kepalanya sangat sakit, lebih sakit dari biasanya, ia menggerakan tangannya ke tombol nurse call, namun sakit itu terus menghantuinya, membuat ia terjatuh, infus yang ia kenakan juga ikut terjatuh

Ia melepas paksa infus itu, kini ia beralih menjambaki kepalanya, ia menangis, ia sampai tak bisa mengeluarkan sepenggal kata pun karena rasanya terlalu sakit

"Tuhan.. Jangan sekarang" Batinnya

Dokter Fernand melirik ke kamar Dewa, dan segera masuk setelah melihat Dewa terjatuh

"Astaga Dewa" Ia kemudian menuntun Dewa agar kembali ke ranjangnya, kemudian memberinya obat penenang dan pereda sakit

"Dok" Rintih dewa
"Saya mau hidup lebih lama lagi.."
Dokter Fernand terlihat menahan tangisnya

Ialah yang bertahun tahun menemani Dewa, ia yang menangani trauma dan juga penyakitnya, ia juga harapan Dewa.

"Kamu tidak boleh putus asa Dewa, saya yakin kamu kuat, dan bisa melawan penyakit kamu" Ucap Fernand menyemangati dewa

"Tapi sakit.. Sakit dok.. Saya mau sembuh"
"Saya bisa di operasi kan dok? Atau diobatin pake cara lain?"

Airmata Fernand kini menetes

"Tidak bisa Dewa.. Kita hanya bisa menghambat"

Dewa mengacak mukanya frustasi

"Dewa sayang?" Panggil Diana, ia menghampiri ranjang Dewa

Terlihat Dr Fernand mengelus bahu Diana sebelum ia meninggalkan tempat itu

"Bun.. Dewa mau sembuh.. Dewa gamau sakit terus bun"
Ucap Dewa diiringi tangisan

"Kamu pasti bisa wa, kamu anak kuat, kamu anak hebat, pasti bisa bertahan, yakin sama diri kamu ya? Jangan mikir kejauhan sayang.."

"Bunda.. Dewa bener bener gabisa di sembuhin, Dewa cuma tinggal nunggu ajal"

"Semua orang juga tinggal nunggu ajalnya dewa, bisa aja bunda nanti meninggal lebih dulu, kamu harus tetep optimis, gaboleh pesimis apalagi overthinking, itu malah bikin kamu ga cepet sehat dewa, penyakit itu obatnya kebahagiaan, bunda yakin, kamu bisa ngadepin ini dengan ringan kalau bahagia."

"Dewa masih mau ngerasain bahagia lebih lama lagi bunda.. Dewa gamau pergi"

.

Dewa terlihat menulis sesuatu di notebook coklatnya, sembari memandangi bintang bintang di langit
Ia mendengarkan beberapa lagu mellow

.

People come and go, begitulah hidup

.
Aura mengirim bublechat ke kontak Dewa
'Ka, lo dateng kan lusa?'
'Gua usahain' balas Dewa, ia mematikan handphonenya dan mencari keberadaan dokter Fernand.

"Permisi, dok" Salamnya
"Ya, Dewa kenapa? Kepala kamu sakit lagi?
"Nggak dok, Dewa mau pulang aja, gamau di rs terus"
"Lho Dewa, katanya mau sembuh, kondisi kamu belum stabil"
"Dewa harus pulang dok, izinin ya? Besoknya Dewa bakal ke rs lagi kok, tapi lusa boleh ya Dewa pulang?"

Dokter Fernand menarik nafas dalam dalam lalu menghembuskan

"Biarin Dewa pergi yah" Ucap jaehan tiba tiba datang
"Dewa cuma mau dateng ke acara wisudaan SMA lamanya yah" Sambung Jaehan

"Gabisa gitu dong han, Dewa masih belum stabil, lo disini aja wa" Mika menyela

"Gua tetep mau pergi, terserah kalian mau ngizinin atau ga" Ucap Dewa meninggalkan tempat itu

"Dewa!" Panggil Mika
"Mik, udahlah, biarin, lo bilang ke gua, turutin aja maunya Dewa asal dia bahagia, ini bahagianya mik, lo tau sendiri Dewa lagi down"

Mika mengangguk paham, lalu mereka menyusul keberadaan Dewa

"Lusa, kita pergi bareng bareng"

.
"Ayah, bunda" Sapa Dewa menyalami orang tuanya
"Dewa? Kok kamu disini? Harusnya kamu masih di rumah sakit kan" Ucap Diana

Dewa tidak menjawab pertanyaan ibundanya itu, ia bergegas kearah ruangan di samping kamarnya yang ia selalu kunci rapat rapat seolah ruangan rahasia

Dinding ruangan itu hampir di penuhi oleh lukisan

Lukisan yang berisi wanita berambut coklat, disertai kertas kecil di dalam setiap bingkai

Dewa kemudian membenahi lukisan itu, ia melepas dari bingkainya lalu lembaran lembaran lukisan itu ia buat scrapbook.

Ia berkerja keras membuat itu berjam jam, dan akhirnya jadi, buku besar yang cukup tebal dengan sampul coklat muda dan berpita hitam cantik

Lalu ia mengambil 1 bucket kering yang tetap indah, di ujung ruangan, ia membersihkan debu di bucket itu, lalu menyemprotkan parfum khas miliknya
.

Rasa sakit dikepala Dewa makin sakit, lebih sakit lagi dari biasanya, ia beribadah dengan tangisan dan rintihan menahan sakit

"Tuhan.. Sakit rasanya, hamba tidak kuat lagi menahan semua ini, maafkan hambamu yang lemah, tidak bisa kuat melewati ujianmu kali ini, hilangkanlah rasa sakit hamba ini yatuhan, kalau engkau kabulkan ini dengan cara diambilnya nyawa hamba, hamba rela.

Namun tolong, lindungilah orang orang yang hamba sayang, termasuk, bunda, ayah, Mika, Aura, Jaehan, Raline, Helga Veno, dan lainnya

Tuhan hamba sebenarnya ingin kebahagiaan hamba bertahan sampai nanti, hambamu ini baru merasakan kebahagiaan yang belum pernah hamba rasakan, namun kenapa secepat ini tuhan, dunia renggut kebahagiaan hamba?

Tapi hambamu ini hanya manusia lemah, yang sampai kapan pun tak bisa melawan takdir mubram mu

Apapun keputusannya, hamba ikhlas.." Curhat Dewa dalam doanya

Ia menangis, meratapi nasibnya, ia selalu terfikir akan kematiannya yang sudah di depan mata.

SADEWA & RAHASIANYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang