40. Leave without saying goodbye

13 3 0
                                    

Suara riuh tangisan terdengar dari salah satu kamar rawat pasien
.

"Ga mungkin, Dewa gamungkin pergi!!!!" Ucap Diana memberontak

"Bun, sabar, ini udah takdirnya" Ucap Vito menegarkan istrinya

"Nggak! Fernand, gulucu! Dewa gamungkin" Ucap Diana mendorong bahu Fernand yang berdiri kaku di depannya
"Diana, maaf, kita sudah melakukan sebisa kita, namun Tuhan berkehendak laun, yang sabar ya"

"Dewa..." Teriakan Diana semakin dalam, kakinya lemas, ia tak sanggup berdiri lagi, ia pun ambruk ke tangkapan suaminya dan tak sadarkan diri

Mika terlihat mengacak mukanya frustasi di kursi depan ruangan, ia tak berani masuk untuk menemui sahabatnya, ia tak sanggup melihat sahabatnya kini sudah menyerah

"Nggak, nggak, nggak mungkin, Dewa pasti masih idup" Gumamnya

Kedua tangannya bertaut, gemetar, tangisannya pecah, ia masih mencoba menyadarkan dirinya bahwa ini adalah mimpi

Jaehan segera menghampiri Mika, ia menenangkannya

"Mika, sabar, Dewa udah ga sakit lagi sekarang, ikhlasin mik"

Mika segera berdiri, menggenggam kerah Jaehan tersulut emosi

"Lo gila!! Lo ga ngerti seberapa penting Dewa di kehidupan gua!! Cuma dia yang ngertiin gua!!! Cuma dia yang nolongin gua, ngelindungin gua, cuma dia.. Lo gabakal ngerti han.." Ucap Mika kembali terjatuh ke tempat duduk semulanya dengan lemas

"Lo cuma bisa nyakitin Dewa, bahkan di akhir hidupnya!"

"Ssstt, Mika, lo nggabisa nyalahin Jaehan lah, ini kan kemauan Dewa, lagian di akhir hidupnya, dia ngeliat cewe yang dia cinta bahagia? masa dia ga seneng?"
Ucap raline tiba tiba datang, ia menegarkan Mika, padahal ia sendiri hancur

"Lo tenang mik, mending kita shalat Subuh berjama'ah, kita doa biar Dewa tenang disana, lo nangis gabakal bikin Dewa seneng kali mik"
Lanjutnya

Mika, raline, dan jaehan pun menuruti apa kata raline

Mereka beribadah dengan hati yang amat hancur, mereka berdoa, dengan tujuan yang sama, yaitu untuk Dewa

Setelah itu mereka kembali ke depan ruang mayat, mereka seolah tak sanggup melangkahkan kakinya memasuki ruangan, mereka bahkan tak sanggup untuk melihat ruangan itu, tangisan mereka kembali pecah, Vito yang menenangkan Diana memberanikan diri untuk menghampiri anaknya yang sudah terbujur kaku tertutup selimut

Mereka pandangi wajah pucat dewa, lalu memaksakan senyum mereka, Diana mengelus rambut Dewa

"Anak kita udah ga sakit lagi, kasian Dewa.. Selama ini dia pendem semuanya sendirian, sampai akhirnya dia di beri kebahagiaan.. Tapi dia malah pergi.."
Diana kembali terisak
"Kebahagiaannya terlalu cepat usai yah.. Dewa.. Maafin bunda.. Bunda belum bisa jadi sosok ibu yang baik buat Dewa.. "

"Dewa, maafin semua perilaku ayah yang nyakitin dewa ya? Ayah paham, ayah emang ga pantes buat dimaafin, dewa bahagia ya disana? Maafin ayah gabisa ngasih banyak kebahagiaan buat dewa disini, ayah janji, ayah gaakan nyakitin bunda lagi, ayah janji.."

Setelah puas mengeluarkan isi hati mereka, mereka pun keluar dengan isakan tak rela meninggalkan anaknya

Mereka bertiga masi berdiri kaku di depan sana, raline menarik napas panjang, dan menghembuskannya, ia mulai melangkahkan kakinya menuju dalam ruangan, disusul dengan jaehan dan Mika, hati mereka hancur, melihat dewa, sahabatnya, terbujur kaku, berwajah pucat, dan berbadan dingin

"Dewa... Dewa lo gamungkin ninggalin kita wa, bangun... Jangan bercanda gini" Ucap mika sembari menggoyangkan tubuh kaku Dewa

"Mik, mik, sabar, Dewa beneran udah gaada Mika.." Ucap raline

Jaehan tampak menahan tangis di samping raline tanpa suara

"Dewa, maaf gua belum bisa jadi temen yang baik buat lo, gua gagal, gua gagal wa jadi sahabat lo, kalau gaada lo, gua gatau gimana sama gua wa, mungkin gua cuma jadi pecundang yang terus terusan di bully waktu sekolah, mungkin gua gaakan punya temen.
lo support system terbaik, makasih udah terlahir di dunia ini wa, makasih.." ucap Mika sembari terisak

"Wa, lo keren bisa bertahan sejauh ini, beban lo terlalu berat ya wa? Sampai lo nyerah sama ujian ini? Gapapa wa, ini udah takdir, seenggaknya lo udah ngerasain bahagia, lebih bahagia disana ya wa? maafin gua ya yang banyak salahnya, rest in peace Sadewa" sambung Raline

"Wa, gua minta maaf, gua udah ambil Aura dari hidup lo, gua minta maaf kalau selama gua bahagia sama Aura itu bikin lo sakit hati, gua akan jaga Aura sepenuh hati wa, selayaknya lo jaga Aura selama ini" ucap Jaehan

"Ada yang udah ngabarin aura belum?"
"Belum, gua gatau lagi respon aura gimana.. Secara cuma dia yang gatau apa apa tentang Dewa"
"Telpon aura han"
.
"Halo han?" Aura mengangkat telpon dari jaehan
"Ra" Panggilnya
"Iya han? Kenapa? Mau jalan sekarang? Masih kepagian" Balas aura
"Ra.." Panggil jaehan lagi, ia seolah tak bisa melanjutkan kalimatnya

"Apasih Han, ngomong yang jelas ih, jangan ngang ngong ngang ngong"
"Dewa ra"
"Ka dewa kenapa?"
"Dewa.. " Nada jaehan berubah semakin hancur tak kuat memberi tahu kepada kekasihnya

"Han, ka Dewa kenapa? Ada apa?"
"Dewa udah gaada"

Hati Aura bak tertusuk ribuan belati, hancur sehancur hancurnya

"Han? Jangan bercanda, ini bener bener ga lucu sama sekali"
"Ra.. Beneran"
"Anjing."

Aura menjambak rambutnya frustasi, ia berlari, ia membangunkan ayah dan ibunya yang masih terlelap, dengan mata mengalir air mata, ia membangunkan mereka

"Aura? Kenapa?" Tanya mama Aura
"Ma.. Ka dewa, udah, gaada" Ucap Aura tersenggal senggal
"Inalillahi" Ucap papa Aura kaget
"Anter aura ke rumah sakit mah, pah
.

"Ka dewa!" Aura menyetop brankar dorong yang membawa Dewa hendak ke ambulans lalu di pulangkan ke rumahnya"

"Ka, bangun!!!!!!!! Bangunnn kaaaaa!!! Buka mata lo, bangun! Jangan bercanda gini ga lucu tau ga!" Ucap Aura penuh emosi

"Ra, sabar sabar.." Tahan Jaehan

"Ka dewa, lo jahat, lo pergi gitu aja tanpa pamit, lo sakit apa aja gua gatau ka! Bangun, kita kepantai lagi ka, kita ngelukis lagi, kita belajar lagi, ka bangun!!!"

"Gua masuk kedokteran ka, sama kaya lo, nanti siapa yang bantuin gua ngitung fisika ka!!!! Siapaa!!!!!" Seru aura

"Bangun.. Bangun!! AYO BANGUN KAA" ucap Aura meggoyangkan tubuh dewa kuat

"Ra, istigfar, Dewa udah gaada ra, ikhlasin biar dia tenang disana.. " Ucap Raline
.

"Tante Diana sama om pulang dulu ya.. " pamit vito, meninggalkan pemakaman
"Iya tan, om" Ucap Jaehan

Tersisa 6 orang disana yang masih seolah tak Terima sahabatnya pergi

"Ga nyangka, hidup dewa cuma sampai sini" Ucap Veno
"Karma kali" Gumam helga

"Eh anjing, apa lo bilang?! Dia udah gaada masih aja lo katain? Lo punya hati ga si hel, jaga omongan lo!" Amarah Mika membara
Helga kali ini terbungkam

"Udah mik, sabar" Ucap Raline
"Lo gatau apa apa, gausah sok tau! " Ucap Mika

"Mik, udah, Dewa gabakal seneng ngeliat lo berantem gini" ucap Raline
"Gatau diri, mending gausah dateng dari pada bikin ribut disini tai" Gumam Mika

Aura melamun, memandangi kuburan di depannya bertuliskan nama seorang yang sangat special baginya

"Sadewa Reethenio"

"Ka? Ini mimpi ya?" Gumamnya
"Sabar ra, sabar" Ucap Jaehan mengelus punggung Aura

"Sebenernya apa yang terjadi? Kenapa lo tiba tiba ninggalin kita semua?" Ucap Aura dengan tatapan kosong

"Ra.. Ini, notebook Dewa, mungkin lo bisa nemu jawabannya disini"
Raline memberikan satu buku bersampul coklat pada Aura

SADEWA & RAHASIANYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang