Kehidupan sekolah Aura memang sudah kembali tenang namun kini kehidupan sekolah Dewa sangat membuat nya kewalahan
karna jurusan kedokteran, Dewa sering memaksakan diri untuk belajar demi ia mendapat nilai ipk yang sempurna di akhir dan kalau bisa ia sangat ingin mendapat gelar cumlaude
ayahnya sudah jarang memukulinya, tapi ia tetap menjadi sosok yang keras.
di Fakultas Kedokteran ada banyak sekali ujian, jika ujian dewa nilainya mendapat nilai dibawah ekspektasi vito maka pukulan akan tetap melayang.
dan ya, hari ini akan di laksanakan ujian karna memang 2 minggu sekali itu akan di adakan ujian
Dewa sudah kelelahan belajar semalam, tapi nasib tak berpihak kepadanya, ia salah mempelajari materi, ia malah mempelajari materi setelah materi yang akan di ujikan.
walaupun otak Dewa di atas rata rata, namun Dewa tetap tak percaya diri, biasanya di malam ujian ia akan menghafal isi dari materi tersebut, tapi sekarang ia malah salah mempelajari materi, ia tetap mengerjakan soal itu dengan lancar, hasilnya 89
walaupun ia tetap menjadi nilai tertinggi, tetapi ia tak puas sama sekali, ia menanyakan apakah ada remidi
"ya ada, tapi nilai kamu udah cukup dewa, tidak perlu remidi" ucap dosennya
ia pun menahan tangis, memikirkan apa yang akan terjadi padanya saat ayahnya tau.disaat anak anak lain bahagia mendapat nilai segitu, namun Dewa, ia sudah mendapat banyak bekas luka di nilai 89
ia sekarang sangat lelah, ia mual, bayang bayang itu pun terus mendobrak dobrak pikiran Dewa, ia menuju ke kamar mandi sekolah
ia memuntahkan cairan merah yang tak lain itu darah
"sialan bangsat" umpatnya
Dewa pulang dengan perasaan kecewa, ayahnya sudah menantinya di meja makan"gimana wa? 100 lagi kan? semalem ayah liat kamu serius belajar" ucap ayahnya menanti nanti hasil ulangan Dewa
Dewa dengan lemas menyodorkan nilai 89nya itu membuat ekspresi ayahnya berubah drastis'duakg' vito menendang kaki dewa sehingga ia terjatuh
"gaguna, kamu udah ayah baikin Dewa, tapi apa hasilnya?!, nilai kamu makin nurun, ternyata udah bener cara ayah buat ngedidik kamu""yah Dewa salah belaj-"
'plak' vito kini menampar pipi Dewa
"kenapa bisa goblok, nanti ipk kamu gimana kalau ujian hasilnya segini""yah Dewa minta ma-"
'duagh' vito kembali memukul kencang pipi Dewa"maaf kamu gabakal bikin nilai kamu sempurna dewa, kenapa ga remidi?hah tolol?"
"dewa udah minta tapi gabol-"
"DUAGH" kini ia menendang dada dewa kuat kuat"ssakit yah.."
"SAKIT KAN? MANGKANYA PERBAIKIN NILAI KAMU DEWA, SIALAN"'pranggggg' vito melempar sebuah piring ke sisi lain
terus meninggalkan Dewa
"Dewa, maafin bunda Dewa"
"gapapa bun, Dewa gapapa, Dewa ke kamar ya bun" ucap Dewa meyakinkan bundanya bahwa ia tidak apa apaia melangkah lemas menuju kamarnya, ia tak bisa berbohong, dadanya sangat sakit, ia berlari ke kamar mandi dan mulutnya kembali memuntahkan darah
ia kembali ke kamarnya dan merintih kesakitan
'sakit, cape, gakuat' eluh Dewa
hp dewa berbunyi
itu telpon dari Aura, Dewa mengangkatnya tanpa bersuara"ka, bantuin pr gua bisa ga ka? asli ini susah banget sayang, sayang aku, bantuin ya?"
Dewa tak menjawabnya
"ka? woy? bantuin ga?"
"jangan sekarang ra.." ucap dewa dengan nada menahan sakit
"ka, lo kenapa?" tanya Aura
"ssakit ra.. sakit banget, pengen pulang"
"lo dimana? ka?"
"dirumah"Aura paham dengan maksud kata Dewa "pulang"
"ka jangan ngelakuin aneh aneh, ka Dewa please! kita ke pantai ya? ka Dewa nangis lagi ya?" ucap Aura
tiba tiba telponnya mati, ternyata kuota Dewa habis
Dewa mengacak mukanya frustasi, ia masih merasakan sakit di dadanya
"ka?ka Dewa?!!! ka lo ga ngelakuin sesuatu yang aneh kan??"
"shit mati" Aura tanpa basa basi ia langsung berlari menuju rumah Dewa, ia melihat pintu rumah tak tertutup, ia bertemu diana ia langsung bertanya keberadaan dewa, lalu melangkah panik menuju kamar Dewa
"ka, ka dewa?" seru Aura sembari mengetuk keras pintu kamar dewa
"ga di kunci" ucap Dewa singkat
Aura bergegas membuka pintu kamar Dewa dengan sangat cepat ia melihat Dewa sedang duduk, menutup mata dan wajahnya dengan kedua tangan yang di lipat"ka, lo kenapa" ucap Aura melangkah mendekati Dewa
"ka Dewa?" Aura mengelus rambut dewa membuat dewa menoleh kearah Aura"yaampun, lagi ka?" Aura memahami kondisi dewa ia kemudian mengambil handuk kecil yang berada dekat darinya, dan mengambil esbatu.
ia segera mengompres lebam Dewa karna pukulan ayahnya itu.
"ka, jangan sampai ada kata nyerah di hidup lo ya, gaada untungnya, semua bakal sedih kalau tau lo pasrah gini ka"
"ngga ra, well, emang bakal sedih awalnya, tapi dengan berjalannya waktu mereka pasti bisa ngelupain gua, malahan beban mereka ilang satu kan haha" ucap Dewa sembari terkekeh paksa
"ka, jangan gini.., pacar gua kuat" balas Aura sembari memeluk pacarnya
"mana yang sakit" tanya Aura
"nggak ada, udah sembuh karna lo dateng, pulang sana, udah malem, nanti bunda lo nyariin"
"ngusir nih?" goda Aura
"nggakk gua udah ngabarin, gimana kalau kita jalan?" ajak Aura"maaf ya ra, gua cape, mau istirahat" ucap dewa
"yah, yaudah deh, gua balik aja ya, selamat istirahat pacarku sayang, seeyou tomorrow in warung mang agus" ucap Aura membuat Dewa tersenyum.
keesokannya Dewa demam akibat syok semalam, awalnya ia di paksa oleh ayahnya untuk berangkat, namun setelah perdebatkan panjang antara Diana dan Vito, Vito akhirnya terpaksa mengalah dan pergi ke kantornya
suhu Dewa tak turun turun dari semalam, malah semakin bertambah panas.
"woy ngelamun bae ra" seru Helga mengagetkan Aura
"mang 5 porsi ya"
"ko lima? ka Dewa mana" tanya Aura menyadari porsi baksonya kurang 1
Helga dan Veno mengangkat bahunya memberi tanda mereka tidak tahu"ka mika, ka Dewa mana? kalian satu fakultas kan?" tanya Aura
"Dewa ga dateng, gatau alesannya apa, lo kan pacarnya" balas Mika
Aura membuang pikiran pikiran buruknya itu, dan menjalankan hari seperti biasa
.
2 hari dewa tiba tiba menghilang, chat Aura dan anak phi lainnya tak di balas, rumahnya pun selalu terkunci saat Aura mengunjunginya
Aura cemas "ka Dewa mana ya" tanya Aura"kamu nanyea" sahut Veno yang kemudian di balas geplakan oleh pacarnya
"ada yang ga beres dari Dewa, gua udah coba ngehubungi nyokapnya, cuma di read" ucap Mika
"gua setiap hari ke rumahnya, selalu di kunci" balas Aura
"kemana ya Dewa"
.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA & RAHASIANYA (END)
Romance"Perjuanganku sudah sampai titik pasrah, Tuhan" Ini tentang Sadewa Reethenio, lelaki manis yang tumbuh di temani oleh banyak sekali tuntutan seorang pria, yang ia panggil ayah. Orang tua kandungnya sudah berpulang, sedari ia berumur 6 tahun, mening...