Bagian 1

6.8K 169 0
                                    

Kita tak pernah tahu apa yang akan Allah rencanakan untuk kita, dan kita tak pernah tahu bagaimana jika nanti rencana kita tak sesuai dengan apa yang di rencanakan oleh Allah. Seperti berharap kepada dunia, kita selalu ingin seperti ini, kita ingin seperti itu, tapi terkadang rencana Allah tak sesuai dengan keinginan kita.

Di heningnya suasana malam tepatnya di sepertiga malam ia bersujud menangis meminta pertolongan Allah, ia tahu bahwa ia mampu menghadapi ujian dari Allah, tetapi ia masih lemah dan tanpa meminta pertolongan Allah itu tak mungkin baginya.

Setelah ia duduk di antara dua sujudnya sampailah pada takhiyat akhir, Air mata masih membasahi wajahnya, namun ia berusaha untuk tetap khusyuk. Setelah mengucapkan salam, ia pun berdoa.

"Ya Allah.... hambah tahu ini ujian darimu, maka hambah mohon kuatkan diri ini, hambah hanyalah makhluk ciptaanmu yang begitu lemah, hambah butuh pertolonganmu ya Allah", Doanya begitu dalam dengan air mata yang terus menerus membasahi pipinya

Setelah ia berdoa dengan khusyuk, karena dia sudah terlalu lelah rasanya ia ingin merebahkan tubuhnya di atas sajadah itu.
Tak butuh waktu lama matanya tertutup, terlelap dalam tidurnya.

Tak terasa waktu subuh akan tiba.

"Mbak.... mbak Yesha, bangun mbak udah mau subuh", Suara halus itu membangunkannya, dan tangan yang terus menepuk-nepuk pipi nya dengan lembut

Matanya terbuka, ia menyipitkan matanya berusaha menyesuaikan matanya dengan sinar cahaya lampu

"Hmm, i-iyah.." , ia pun bangun dari tidurnya, dan bergegas untuk mandi dan mengambil wudhu

"Mbak Yesha nggak ikut sholat tahajud?, kalok misalnya mandi dulu kan lama, udah terlanjur rame kamar mandinya", kata Syahra teman se asramanya yang juga ikut mengabdi di pesantren ini

"Saya sudah sholat tahajud sendiri tadi", jawab Ayesha

"Ouh.. kalau begitu saya tinggal dulu yah mbak, Assalamualaikum", Pamitnya

"Wa'alaikumsalam", Jawab Ayesha dengan sedikit tersenyum kepada adik kelasnya itu

Ayesha pergi ke kamar mandi yang ada di asrama putri, untung saja ada satu kamar mandi yang tersisah dan tidak ada yang menempatinya.

Setelah cukup lama ia sibuk di kamar mandi untuk membersihkan dirinya, ia pun kembali ke kamar dan bersiap pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat subuh berjamaah.

Sholat subuh sudah ia laksanakan, dan waktunya menyiapkan sarapan pagi untuk adik adik dari asrama putri yang akan bersiap untuk pergi ke Madrasah.

Ayesha sibuk memotong wortel dan beberapa sayur lainnya untuk di jadikan lauk sarapan pagi para santri hari ini.

"Mbak Yesha, di panggil sama umi", Ucap Nayla, yang baru saja di perintahkan Umi untuk memanggil Ayesha dan menyuruhnya pergi ke ndalem, kediaman Umi dan Abah kyai.

"Ouh iyah, saya kesana sekarang", jawab Ayesha

Ia pun menghentikan kegiatannya, meminta Syahra untuk menggantikannya sementara.

Ayesha berjalan menuju rumah Umi dan Abah kyai, seperti apa yang Nayla pinta tadi.

Di depan pintu rumah Umi, Ayesha takut, entah kenapa ia merasa gelisah, padahal ia sering mendatangi Ndalem ini, tapi kenapa hari ini ia merasa beda, kabar apa yang akan di berikan oleh umi untuknya.

Tok!

Tok!

"Assalamualaikum.." , Salam Ayesha

Ia melihat Umi, dan Kyai Ahmad Hasan beserta gus Ahmad Hisyam Alfarizqi putra bungsunya.

Takdir Cinta Ning Ayesha (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang