Bagian 21

1.6K 66 0
                                    

Hisyam mengelus kepala Ayesha lalu mencium ubun-ubun kepala Ayesha.

"Masyaallah.. Aisyah ku, kamu cerdas sekali. aku harus berterimakasih kepada Ummi Humairah dan Abi Ashraf karena sudah mendidik putrinya hingga menjadi cerdas seperti ini ", ucap Hisyam

Ayesha hanya tersenyum kepada Hisyam.

"Kita besok pulang subuh, tidur dulu ya biar besok nggak kelelahan", ucap Hisyam sembari membelai lembut rambut hitam Ayesha

Ayesha hanya mengangguk dan tersenyum.

Hisyam mulai merebahkan tubuhnya di atas kasur, lalu Ayesha juga ikut merebahkan tubuhnya di atas kasur, ia mulai membaca doa dan memejamkan matanya. Selang beberapa waktu tiba-tiba Hisyam menarik tubuh Ayesha lalu memeluknya.

"Mas nggak bisa tidur kalok nggak peluk guling", bisik Hisyam di dekat telinga Ayesha

Ayesha terkekeh geli mendengarnya.

"Di belakang mas Hisyam ada guling kan", ucap Yesha

"Lebih nyaman yang ini, hehehe", ucap Hisyan dengan tawa cengengesannya

"Yasudah, mas tidur sekarang yah", pinta Ayesha

Selang beberapa waktu Hisyam mulai nyenyak tidur sembari memeluk tubuh istrinya sebagai pengganti guling.

🌼🌼🌼🌼

Setelah melaksanakan sholat subuh Hisyam dan Ayesha bersiap untuk kembali ke An-Najah, tak lupa sebelum pergi ia pamit kepada Abi dan Umminya.

Ummi Humairah dan Abi Ahsraf duduk di ruang tamu beserta seluruh keluarga Hisyam, tak lupa juga ada sang kakek yang ingin memeluk cucunya sebelum ia di boyong oleh sang suami.

"Yesha.. mbah kung pengen peluk Yesha, masih bisa kan nduk?", tanya Kyai Abdullah

Ayesha tersenyum lalu menghampiri kakeknya.

"Boleh mbah kung, Yesha kan masih cucu mbah kung", ucap Ayesha sembari memeluk tubuh sang kakek

Hisyam tersenyum melihat istri dan Abah Kyai sang kakek.

"Yang nurut yah sama suamimu, harus patuh selagi perintahnya tidak melanggar hukum agama Islam", tutur sang kakek

Ayesha menarik pelan tangan kakeknya lalu mencium dengan lembut.

"Nggih mbah kung, Yesha ingat terus ucapan mbah kung", ucap Ayesha

Kyai Abdullah mengelus kepala Yesha sembari tertawa kecil, mengingat cucunya yang dulu masih lugu dan manis, kini tak terasa cucunya beranjak dewasa bahkan sudah menjadi seorang istri bagi Ahmad Hisyam Alfarizqi.

Setelah berpamitan kepada sang kakek Ayesha berpindah ke arah Abi dan umminya ia duduk bersimpuh di hadapan kedua orangtuanya untuk berpamitan.

"Ummi.. Abi.. Yesha pamit njeh, sekarang Yesha sudah menjadi istri gus Hisyam, Yesha harus ikut beliau, Ummi dan Abi jaga diri baik-baik njeh, doakan Yesha dari jauh, Yesha juga akan mendoakan Ummi dan Abi dari jauh, Jika ada waktu luang Yesha bakal sempetin untuk pulang ke Surabaya", ucap Yesha entah kenapa tiba-tiba matanya berkaca-kaca ia menangis karena hatinya luluh.

Padahal selama ia menjadi santri di An-Najah ketika berpamitan kepada orangtuanya ia tak pernah menangis se sesak ini hingga sesenggukan.

Ummi Humairah yang melihat putrinya ikut menangis.

"Ummi sama abi bakal doain kamu nak, orang tua mana yang tidak ingin anaknya baik baik saja ketika jauh dari pandangannya, doa ummi sama abi akan selalu ada di dekatmu", ucap ning Humairah sembari mengelus punggung Ayesha dan memeluknya

Takdir Cinta Ning Ayesha (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang