Bagian 3

2.6K 104 0
                                    

"Humai... ini Haedar?, cucu Abah?", Tanya kyai Abdullah menghampiri ning Humairah

"Njih bah, ini Haedar", jawab ning Humairah dengan nada yang begitu lembut

"Innalilahi wa innailaihi roji'un", kaget kyai Abdullah dengan menangis

Semua santri membawa jenazah Haedar ke dalam Ndalem Kyai Abdullah untuk di kafani.

Ayesha menghampiri kakeknya memeluk tubuh kakeknya dan mencium tangan kakeknya.

"Mbah kung... mas Haedar wau pesen teng kulo, mas Haedar nyuwun kulo dados garwohi Gus Hisyam putra Kyai Hasan, kulo nyuwun doa pangestu teng panjenengan mbah kung (Kek.. Mas Haedar tadi berpesan ke saya, Mas Haedar meminta saya menjadi istrinya Gus Hisyam putra Kyai Hasan, saya mimta doa restu dari kakek)", Kata Ayesha dengan menangis tersedu-sedu

"Mbah kung restuhi nak", kata Kyai Abdullah
mengelus lembut kepala cucunya

"Ayesha pingin akadnya di laksanakan setelah jenazah mas Haedar di Sholati mbak kung", pinta Ayesha

"Laksanakan, jika kamu mau menuruti permintaan kakakmu", kata Kyai Abdullah

"Njih mbah kung", Jawab Ayesha

Setelah jenazah Gus Haedar di kafani, semua santri menggotongnya membawanya ke masjid yang ada di pesantren untuk di Sholati.

"Hisyam.... pimpin sholat jenazah Almarhum kakak iparmu", Printah kyai Abdullah

"Njih kyai", Hisyam pun maju memimpin sholat jenazah Gus Haedar.

Dengan mata yang berkaca-kaca ia membaca niat sholat jenazah.
Suaranya bergetar ketika mengucapkan takbir pertamanya.

"Allahuakbar..."

Semua santri mengikuti sholat jenazah itu hingga pelataran masjid penuh tiada satu pun yang kosong, ada yang bahkan sampai menangis melaksanakan sholat jenazah itu.

Sementara Ning Ayesha bersiap untuk melaksanakan akad di masjid selepas jenazah sang kakak di sholati, ia di bantu Umi Khadijah, dan ibundanya serta beberapa Abdi Ndalem seperti mbak Layali dan Mbak Tania.

"Ning Yesha yang sabar njeh..", kata mbak Tania

Ayesha tersenyum sedikit mencoba meng ikhlaskan kakaknya, tak menyangka ia akan menuruti permintaan kakaknya detik ini juga, Ayesha sedikit merasa sedih, bahagia, terharu, entahlah Ayesha bingung, detik ini juga ia akan di pinang ia akan menjadi istri Gus Hisyam seperti apa yang di inginkan oleh Almarhum kakaknya, tetapi di detik ini juga ia kehilangan kakak tercintanya Gus Haedar.

Ayesha di bantu memasang sedikit makeup di wajahnya, tidak terlalu berlebihan dan cukup terlihat natural, gaun putih ia kenakan dengan hijab berwarna putih mahkota yang baru saja di belikan oleh sang ayah, dan hiasan bunga melati yang baru saja di rakitkan oleh uminya dan umi Khadijah.

"Mas... Ayesha turuti permintaan mas, sekarang Ayesha jadi istri Gus Hisyam", batin Ayesha sambil sedikit tersenyum mengingat kakaknya.

Setelah jenazah gus Haedar di sholati di situ juga akad nikah gus Hisyam dan ning Ayesha di laksanakan.

Gus Ashraf menjabat tangan Gus Hisyam dengan sepenuh keyakinan ia menikahkan putrinya dengan Hisyam.

"Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka binti Ayesha Fara Inayah alal mahri  taqm adawat salat wanaqd biqimat 500 dirham hallan ", ucap Gus Ashraf menjabat tangan Gus Hisyam dan di saksikan oleh para santri

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyyu taufiq.”, Jawab Gus Hisyam dengan penuh keyakinan.

Gus Ashraf menoleh ke arah Kyai Hasan dan juga Kyai Abdullah.

Takdir Cinta Ning Ayesha (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang