Berciuman?

2.8K 346 31
                                    

Tarisa dan Ami saling bertatapan, dua orang wanita yang bersembunyi dibalik tembok itu terlihat terkejut satu sama lain.

Niat awalnya Tarisa ingin mengintip keadaan Biyu yang baru pulang dari rumah sakit namun pemandangan di depan sana benar-benar tidak terprediksi.

Adik laki-lakinya yang angkuh, manusia dingin dengan mulut tajam kini terlihat mengendong Biyu menuju kamar miliknya. Sekali lagi, menuju kamar miliknya.

"Ami.." Tarisa berbisik memberi isyarat pada pelayannya untuk mendekat. "Ami cubit aku."

"Tidak perlu dicubit nona, saya juga melihatnya." Ami mengulum bibir, wanita yang sudah bekerja bertahun-tahun di rumah keluarga Putta itu hampir tidak bisa menahan gurat gemas di wajahnya.

"Ami kau juga suka melihat mereka?" Tarisa cekikikan. Kakak Bible itu memukul Ami dengan gemas. "Asik aku punya teman."

Benar. Tarisa memang sangat mendukung hubungan adiknya dengan pria yang baru beberapa hari tinggal bersama mereka.

Dilihat dari sisi manapun Bible dan Biyu sangat cocok, hanya orang buta yang akan mengatakan sebaliknya.

"Sedang apa kalian di sini?"

Tarisa dan Ami hampir terjungkal karena manusia yang sedang mereka bicarakan tiba-tiba muncul. Bible mengangkat alisnya bingung.

"Aku bilang bersihkan rumah yang benar!" Tarisa memukul lengan Ami pelan. "Cepat bersihkan lagi jangan sampai aku melihat kecoa untuk kedua kalinya." Mata Tarisa berkedip-kedip memberi kode agar Ami bergabung dalam drama yang wanita itu ciptakan.

"Maaf nona, lain kali saya akan lebih teliti."

"Ada kecoa? Dimana?" Bible ikut melihat sekeliling. Rumah mewahnya selalu bersih mengkilap lalu dari mana hewan itu muncul?

"Ada. Tadi ada." Tarisa gelagapan sendiri."

"Baiklah, lagi pula aku hanya bertanya."

"Ya sudah sekarang antar aku kekamar sebelum kau mulai membersihkan rumah. Bib kakak kekamar dulu ya."

Tarisa dan Ami buru-buru kabur, Bible menatap dua orang itu aneh. Gelagat kakaknya dan pelayan itu sangat mencurigakan.

"Ah iya hampir lupa," Bible kembali berjalan menuju dapur, meneruskan niat awalnya untuk mengambil sarapan baru untuk Biyu dan meminta pelayan membersihkan kasur pemuda itu yang terkena muntahan.

***

"Biar aku suapi."

Kali ini Bible tidak membiarkan Biyu makan sendiri. Pria itu yang baru saja kembali dengan semangkuk bubur lain duduk di pinggir ranjang. Biyu tampak kikuk dihadapannya. Si kecil yang duduk bersandar dikepala ranjang itu merasa tidak enak pada Bible.

"Buka mulut." Bible memberikan sesendok bubur
Kehadapan mulut Biyu. Biyu perlahan menerimanya, mengunyah pelan lalu menelannya. Terus berulang hingga mangkok itu berisi setengah.

"Sudah.." Biyu menggeleng ketika Bible kembali menyodorkan sesendok lain.

"Ini masih banyak." Bible berdecak kembali mendekatkan sendok itu kemulut kecil Biyu.

Biyu terlihat memelas, pria itu mengengam tangan Bible lalu menggeleng. "Sudah kenyang."

"Bagaimana mau cepat sembuh kalo tidak mau makan." Bible mengomel namun pria itu tetap menyimpan mangkuk di tangannya keatas nakas. "Minum."

Biyu menenggak air yang diberikan Bible.

"Terimakasih tuan."

"Belum selesai, kamu belum minum obat."

SLUTWhere stories live. Discover now