Tidak bisa lagi menunggu, pengobatan Biyu harus segera dilakukan. Dokter yang baru saja memeriksa Biyu yang mengatakannya. Penyakit ini tidak bisa dibiarkan.
Bible bersandar di bawah ranjang, duduk dilantai yang dingin, ia telah membujuk Biyu untuk pergi ke rumah sakit namun pria itu masih saja menolak.
"Biyu.." Bible memanggilnya yang kini berbaring diatas ranjang. "Aku ingin melihat kamu setiap hari."
Biyu tidak menjawab, ia sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Ada banyak hal yang harus kita coba, apa kamu tidak ingin sembuh untuk itu?"
"Aku tidak yakin Bible.." Build menghembuskan nafas beratnya keudara. "Aku sudah lama tidak memiliki harapan untuk sembuh."
"Apa aku tidak bisa menjadi harapan barumu?"
Pertanyaan Bible mengantung. Mengema tanpa ada yang menjawabnya. Air mata jatuh kesisi pipi Biyu.
"Apa kau benar-benar tidak akan mencobanya? Sekali saja."
"Bible..." suara Biyu terdengar serak. "Aku kehilangan banyak hal dalam hidup, aku tidak mau merasakan itu lagi." Biyu beranjak mendekat untuk mengusap kepala Bible. "Aku juga tidak ingin membebanimu terlalu lama."
"Biyu kau bukan bebanku.." Bible berbalik lalu menggeleng. "Aku menyukaimu, aku sudah mengatakannya."
"Terimakasih, itu lebih baik ketika mengetahui seseorang menyukaiku." Biyu tersenyum lembut, tangannya terulur untuk mengusap pipi Bible. "Aku akan pergi dengan perasaan dicintai. Bukankah itu hal yang menyenangkan?"
"Biyu jangan bercanda. Kamu masih memiliki harapan."
"Mungkin dikehidupan yang lain." Biyu menjawab dengan lugas. "Aku membenci diriku sendiri disini. Aku ingin menghabisinya setiap saat."
Bible memejamkan matanya, setetes air mata jatuh. Ia tidak bisa menyalahkan Biyu, pemuda itu telah mengalami banyak hal buruk dalam hidup sehingga akan sulit untuknya mendapatkan kembali semangatnya.
"Baiklah, kau istirahatlah. Aku akan menungguimu disini."
***
Tanpa Bible dan Biyu sadari seseorang berdiri di depan pintu yang sedikit terbuka. Pria blasteran yang juga tinggal dirumah itu mendengar semua percakapan mereka.
Alvex perlahan melangkah menjauh dari sana. Tangannya mengepal kuat - kuat.
Tok Tok Tok
"Masuk!" Tak sampai semenit dari Alvex mengetuk pintu kamar Tarisa, wanita itu sudah mengizinkannya masuk.
"Al? Ada apa?" Tarisa kaget karena Alvex datang padanya dengan wajah memerah.
"Bantu aku."
"Bantu apa?"
"Aku ingin Biyu bahagia, aku ingin dia sembuh." Ini adalah keputusan akhir. Bahwa bagi Alvex tidak lagi penting perasaannya sendiri sekarang.
Selama Biyu bahagia, dengan siapapun itu, ia akan melapangkan dadanya.
Alvex akan mengorbankan segalanya untuk Biyu, pria yang terlambat ia sadari bahwa ia telah mencintainya sepenuh hati.
***
Suasana makan malam terasa berbeda dari biasanya.
Bible dan Alvex sama sekali tidak berdebat sedikitpun. Keduanya sama-sama bungkam memakan makannya masing-masing.
Biyu sesekali memperhatikan mereka, sejujurnya ia lega jika keduanya sudah kembali akur.

YOU ARE READING
SLUT
FanfictionSepertinya Biyu terlalu banyak berkhayal. Tidak ada pangeran yang akan menjemput pelacur seperti dirinya bukan? Apa yang bisa diharapkan dari pria yang datang kerumah prostitusi? Tujuan mereka tentu sudah jelas untuk membeli tubuhnya. Bukankah sem...