Serangkaian pemeriksaan harus dijalani Biyu setelah ia menyetujui untuk melakukan pengobatan.
Pria muda itu telah tinggal di rumah sakit berhari-hari. Selama itu Bible tidak pernah meninggalkannya, Bible selalu menenangkan Biyu dan berada disisinya. Semua pekerjaan Bible alihkan untuk bisa dikerjakan dirumah sakit, sang Sekertaris bekerja keras untuk membantu tuannya.
Malam ini seperti sebelumnya, Bible bergelung disebelah Biyu. Keduanya berada diranjang yang sama, berhimpitan begitu intim.
Tangan Bible menjadi bantalan kepala Biyu, dengan nyaman pria manis itu bersandar kedadanya.
"Hasilnya keluar besok, kita akan mencari donor yang cocok secepatnya. Kamu akan sembuh." Bible tersenyum lembut, ia merapihkan helaian rambut yang jatuh ke dahi Biyu.
"Aku akan menunggu.." Biyu mengangguk pelan. Wajahnya lebih pucat dari biasanya.
Keduanya kembali pada keheningan, Bible sibuk mengusap pipi Biyu sedangkan pria kecil itu sibuk menatap Bible.
"Bible.."
"Hmm?"
"Terimakasih ya.. Aku tidak menyangka akan mengalami hal seperti ini dalam hidup. Rasanya menyenangkan memiliki seseorang yang mengkhawatirkanmu."
"Kamu juga harus tau satu hal," Bible mendekat untuk mencium kening Biu. "Aku tidak hanya khawatir aku juga menyayangimu."
"Aku juga." Biu berucap malu-malu.
Bible merasa sangat gemas karenanya, ia menangkup pipi Biyu lalu memberikan sebuah ciuman panjang dibibir pucat Biyu. "Aku tidak sabar untuk melihat kamu sembuh. Aku akan melakukan apapun, apapun."
***
"Aku akan pergi menemui dokter. Kamu istirahat saja." Bible mengusap kepala Biyu dengan lembut. "Aku tidak akan lama."
"Oke."
Bible melangkah meninggalkan kamar inap Biyu. Sebenarnya dilubuk hati terdalam ia juga merasa sangat cemas. Ia hanya menutupi semuanya dengan sikap tenang.
"Silahkan masuk, dokter sudah menunggu anda."
Bible mengangguk pada si perawat yang berada tepat di depan ruangan.
"Silahkan duduk."
"Bagaimana dok?"
"Kami masih terus mencari donor yang cocok. Seperti yang saya bilang sebelumnya bahwa akan sulit menemukan yang cocok. Sementara menunggu saya menyarankan tuan Biyu untuk melalukan kemoterapi."
"Baik." Bible sudah pernah melewatinya sekali, ia sudah tau bagaimana kemoterapi itu dan efeknya. "Saya setuju. Lakukan apapun agar Biyu bisa sembuh."
"Saya akan menjadwalkannya." Dokter itu menatap Bible lurus. "Anda harus kuat tuan. Sebagai orang yang menemani pasien anda harus lebih kuat."
"Tentu saja, mohon bantuannya dok. Saya percayakan kekasih saya pada anda."
***
"Al.."
"Hmm?" Alvex yang sedang duduk di sebelah Tarisa menoleh sejenak lalu kembali fokus pada pekerjaannya. Sejak membuat kesepakatan dengan adik dari mantan pacarnya itu, ia menjadi terikat di rumah Kusuma.
"Kamu bisa pergi ke kantor," Tarisa menepuk pundak sahabat kecil sekaligus mantannya itu dengan ringan. "Menjagaku bukan berarti dua puluh empat jam kita harus menempel."
"Aku sudah berjanji pada adikmu. Kalau terjadi sesuatu padamu aku akan habis."
"Pekerjaanmu akan berantakan jika kamu terus hingga disini. Maksudku kau bisa bekerja seperti biasa."

YOU ARE READING
SLUT
FanficSepertinya Biyu terlalu banyak berkhayal. Tidak ada pangeran yang akan menjemput pelacur seperti dirinya bukan? Apa yang bisa diharapkan dari pria yang datang kerumah prostitusi? Tujuan mereka tentu sudah jelas untuk membeli tubuhnya. Bukankah sem...