Bandara

1.9K 268 70
                                    

"Apa yang terjadi? Putraku.." Bima mengusap pipi Biyu yang terbaring di ranjang. Berkat koneksinya hasil tes dna keluar dengan cepat.

Hasilnya sama seperti perkiraan Ziela sebelumnya. Biyu adalah keluarga mereka.

"Apa mama membuangnya?"

"Tidak, ibumu tidak mungkin melakukan hal kejam seperti itu. Papa mengenalnya."

"Lalu bagaimana adikku yang malang ini bisa berakhir seperti ini?" Ziela menetaskan air matanya, wanita itu mengengam tangan Biyu dengan erat. "Apa ayah ingat saat aku menyuruh orang menghapus cctv disekitar tempat pemakaman? Orangku mengatakan bahwa yang membuat Bible marah hari itu adalah seorang pria tua mengajaknya bermalam dengan tidak sopan. Sebenarnya kehidupan macam apa yang dia lalui?"

"Ziela, maafin papa ya. Papa gagal menjaga adikmu."

"Pa, aku gak mau tau lagi soal mama. Kalaupun dia yang membuang Zenn aku udah gak punya tenaga untuk marah."

Zenn adalah nama kecil adik laki-laki Ziela. Bayi cantik yang sangat ia sayangi namun harus berpisah karena perceraian orang tuanya.

Zenn Ireo Cubbin yang sangat ia rindukan.

"Papa harus tau nak. Mamamu harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi padanya."

"Pa, apapun itu tapi mama gak akan kembali sama kita."

"Papa tau sayang. Papa hanya ingin mengetahui semuanya."

"Yang papa harus tau sekarang adalah gimana putra papa tumbuh. Tempat seperti apa yang mempertemukan dia dengan bajingan-bajingan jahat itu."

Bima tertegun, apa yang diucapkan putrinya sangat benar. Kehidupan seperti apa yang membuat putranya bisa mengenal seorang pria yang dengan tega mengusirnya.

"Aku kira kamu tinggal disuatu tempat yang menyenangkan. Maaf karena tidak mencariku selama ini, adik." Ziela terisak. "Maafin kakak."

"Ughhh.." Tubuh di atas kasur itu mengeliat pelan. Baik Bima atau Ziela sama-sama menahan nafasnya.

"Nak?" Bima mendekat untuk memeriksanya. "Nak kamu mendengar papa kan?"

"Pa.. pa?"

"Zenn, ini kakak." Kali ini Ziela yang berbicara. Wanita itu menghapus air matanya lalu memeluk tubuh Biyu yang terbaring kaku. "Zenn.."

"A..ku Bi..yu.." ucap Biyu terbata.

"Kamu Zenn, adikku."

"Ziel panggil dokter Hans. Kita harus melakukan pemeriksaan segera."

"Pa, tapi.."

"Nak.."

Akhirnya mau tak mau Ziela melepaskan Biyu dan pergi keluar ruangan.

"Maaf membuat kamu kaget, setelah ini papa akan menjelaskannya pelan-pelan."

***

Hiruk pikuk manusia yang ada di bandara membuat Biyu sedikit pusing. Ia berjalan pelan dibelakang pria yang mengaku sebagai ayahnya.

Ziela memutuskan untuk membiarkan ayahnya pergi berdua bersama Biyu. Ayah dan anak itu butuh waktu untuk lebih dekat satu sama lain. Sementara ia akan menyusul setelah mencari tau tentang adiknya itu. Beberapa pekerjaan juga menahannya, wanita sibuk seperti Ziela tidak bisa pergi dengan mudah.

"Biyu?" Bima yang merasa putranya tertinggal segera menolak. "Biyu kenapa nak? Pusing?"

"Enggak kok, Biyu baik-baik aja."

SLUTWhere stories live. Discover now