Donor

1.6K 255 20
                                    

"Mohon maaf tuan, kami tidak berhasil menemukan tanda-tanda ke beradaan tuan Biyu."

Bible mengepalkan tangannya kuat. Sudah seminggu sejak Biyu menghilang di pemakaman kakaknya dan pria kecil itu belum juga ditemukan. Bible kacau, ia berantakan. Semua cctv di rumah duka telah diperiksa namun anehnya semua rusak.

"Lalu Vandegeer itu, apa kalian mengawasinya dengan benar?"

Ia menduga bahwa hilangnya Biyu dan rusaknya cctv berkaitan dengan Alvex tapi ternyata tidak. Mantan kekasih kakaknya itu bahkan lebih mengkhawatirkan. Keadaan Alvex seperti orang gila sehingga keluarganya memanggil bantuan profesional ke rumah mereka.

"Kami melakukannya tuan, tidak ada tanda-tanda pergerakan dari tuan Alvex Vandegeer."

Bible memutar kursinya hingga ia dapat berhadapan dengan kaca besar yang menampilkan indahnya ibu kota dimakan hari. Lampu terang juga gedung tinggi terlihat megah dan mewah dalam satu waktu.

Dering telpon memecah kesunyian, orang kepercayaan Bible segera mengambil ponselnya. Setelah membaca nama yang tertera di layar ia segera meminta izin pada bosnya itu untuk pergi keluar ruangan.

Bible hanya memberi isyarat tangan, setelahnya pria itu kembali fokus pada pikirannya sendiri.

"Tuan, kami menemukan informasi mengenai tuan Biyu."

Mendengar namanya membuat Bible bergetar, pria itu segera berdiri. "Dimana dia?"

"Namanya tercantum sebagai penumpang pesawat tujuan Kanada."

"Apa kau yakin."

"Ya, tuan. Pesawatnya akan berangkat pada pukul 10 malam."

"Sialan, aku harus cepat. Perintahkan siapa saja untuk mencegahnya pergi."

Bible berlari meninggalkan ruangannya diikuti oleh orang kepercayaannya itu.

Jantungnya berdegup kencang, setelah satu minggu menghilang kenapa tiba-tiba ia mendapatkan kabar bahwa kekasihnya itu akan pergi jauh.

Apa ia sedang diajak bercanda?"

***

"Aku akan menyusul setelah membereskan semua pekerjaanku." Ziela merapatkan pakaian hangat yang dipakai oleh pria kecil itu.

Biyu mengangguk kaku. "Baik nona."

"Kakak. Sebutkan dengan benar, kakak."

"Hmm," Biyu mengigit kecil bibirnya. "Kakak.."

"Nah pintar." Wanita muda itu menepuk kepala Biyu. "Boleh aku memelukmu, adik?"

"Boleh.."

Biyu masih tidak mengerti dengan situasi ini, ketika tubuh hangat wanita bernama Ziela itu memeluknya, rasanya sangat tenang.

Biyu tidak ingat apa yang terjadi selama ia kritis, yang pasti, ketika ia bangun, seorang pria paruh baya mengaku sebagai ayahnya, sementara wanita yang ia lihat di pemakaman Tarisa ini tiba-tiba mengatakan bahwa ia adalah kakak Biyu.

Sejujurnya Biyu masih kesulitan mencerna semua ini namun ketika keduanya memberikan bukti akurat berupa hasil tes DNA yang diambil ketika ia masih kritis, Biyu tidak bisa mengelak.

"Ayo, papa sudah menunggu dimobil." Ziela melepaskan pelukannya, wanita itu lalu mengulurkan tangannya untuk mengengam tangan Biyu. "Disana kamu gak perlu khawatir, papa akan jaga kamu. Papa juga dokter hebat, dia pasti tau apa yang terbaik buat kamu."

"Kak—kak.." Biyu masih sulit mengeja kata itu karena tiba-tiba memiliki kakak adalah hal yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

"Kenapa? Ada yang sakit?" Ziela menghentikan langkahnya.

SLUTWhere stories live. Discover now