Aroma rumah sakit

2.4K 366 38
                                    

Bible sama sekali tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Sejak memutuskan meninggalkan Biyu beberapa jam lalu ia sama sekali tidak bisa menghapus raut sedih yang Biyu perlihatkan.

"Sial." Bible menutup laptopnya keras. Pria itu beranjak menuju jendela besar ruangannya. Diam di depan jendela untuk melihat pemandangan kota siang hari. Kemacetan dan lalu lalang dibawah sana tidak bisa membuatnya tenang sama sekali. Bible Kusuma Putta berdebat dengan isi pikirannya sendiri.

***

Biyu belum memakan sedikit pun dari sarapan yang ditinggalkan Bible di kamarnya. Si kecil bahkan tidak beranjak satu inchi pun dari ranjang. Biyu menangis dalam diam hingga akhirnya tertidur. Lagi-lagi mulut tajam milik pria itu berhasil merobek hatinya.

Keringat membasahi seluruh tubuh, Biyu menggigil dalam demam yang semakin tinggi.

***

"Ami.."

"Tidak nona, tuan Bible melarang saya untuk membawa nona menemui tuan Biyu."

Tarisa menghela nafas kesal. Ami sangat tegas dengan perintah Bible sehingga ia tidak memiliki celah untuk pergi ke kamar Biyu.

Tarisa tidak tahu apa yang terjadi ketika adiknya dengan wajah mengeras marah tiba-tiba berteriak pada pelayan untuk tidak mengizinkan siapapun masuk ke kamar Biyu. Setelah itu adiknya pergi begitu saja entah kemana. Tarisa pikir mungkin Bible kekantor karena pria itu memakai pakaian kerjanya.

"Apa mereka bertengkar?" Tarisa mencoba memancing Ami, lagi. Ia memang tidak mendengar keributan sebelumnya tapi pelayannya ini seperti menyembunyikan sesuatu.

"Ami kau menyebalkan!" Melihat Ami yang tidak merespons apapun membuat Tarisa semakin kesal. Gadis itu kemudian memutuskan untuk kembali tidur dengan memunggungi Ami.

***

Bible tiba di rumah jauh lebih malam dari biasanya. Setelah memarkir mobil pria itu tidak langsung masuk melainkan kembali berpikir di dalam mobil. Menimang apa ia harus mendatangi Biyu atau tidak.

"Sudahlah biarkan saja." Di menit ke dua puluh tiga pria itu menarik nafas berat sebelum keluar dari roda empat kesayangan.

"Malam tuan.." Pelayan yang membuka pintu menyapa dengan hormat. Bible mengangguk singkat sebagai jawaban.

"Nona Tarisa sudah tidur sejak dua jam lalu tuan." Melihat tuannya yang tidak beranjak dari depan pintu membuat si pelayan memberi informasi, biasanya Bible memang selalu menanyakan Tarisa setiap pulang bekerja.

Bible berdeham. "Lalu bagaimana dengan Biyu?"

"Tidak ada yang pergi ke kamarnya tuan Biyu seperti yang anda perintahkan." Bible hampir menjatuhkan rahangnya mendengar ucapan pelayan bernama Reas itu, kepala pelayan rumahnya.

"Tidak ada yang memberinya makan atau obat?" Bible bertanya dengan suara rendah.

"Tidak tuan."

"Apa kau bodoh? Tidak berguna." Seperti dipukul godam pria itu berlari menuju kamar Biyu. Reas mengikuti tuannya dengan langkah cepat. Ia sudah terbiasa dengan teriakan Bible dan amarah pria itu tapi melihat kecemasan di wajah tuannya membuat Reas menjadi lebih khawatir.

Begitu pintu dibuka yang pertama Bible lihat adalah kegelapan. Cahaya dari jendela kamar yang belum ditutup tidak membantu banyak.

"Nyalakan lampunya dan pergilah." Reas segera melaksanakan perintah tuannya. Setelah menyalakan lampu pelayan itu keluar dari kamar dan tak lupa menutup pintu.

Bible berdiri dihadapan ranjang Biyu. Pria itu terlihat tenang dalam tidurnya. Perlahan Bible mendekat untuk duduk di samping ranjang. Biyu sangat pucat seolah tidak ada darah yang mengalir ke wajahnya.

SLUTWhere stories live. Discover now