Biyu begitu berbunga-bunga. Wajah cantiknya sangat cerah begitu pria manis keluar dari kamar. Tarisa dan Ami yang melihat Biyu saling memberi kode.
"Senang sekali sepertinya.." Tarisa menyindir dengan tawa diakhir kalimatnya. Wanita yang sedang merangkai bunga bersama pelayannya itu lalu melambai. "Kemari bantu aku."
Biyu berjalan mendekat masih dengan wajah ceria yang sama. Hatinya terasa hangat setelah apa yang ia dan Bible lakukan tadi pagi.
"Bagaimana? Apa adikku hebat diatas ranjang?" Tarisa menaik turunkan alisnya.
Biyu hampir tersedak ludahnya sendiri mendengar ucapan wanita itu. Wajahnya memerah seketika, bagaimana Tarisa bisa dengan santai menanyakan hal itu.
"Kakak tau?" Biyu bertanya dengan polos mengundang tawa Tarisa menjadi lebih keras.
"Lihat leher kamu dari jarak seratus meter saja aku akan tau," Jemari lentik itu menunjuk pada leher Biyu membuat si empunya segera menutupinya dengan telapak tangan. "Kenapa malu-malu begini?" Tarisa mencubit pipi Biyu, masih menggoda pria itu.
"Kak.." Biyu mencicit benar-benar malu pada wanita itu dan Ami yang juga sedang mengulum senyum disebelah Tarisa.
"Tidak apa-apa, wajar bagi pasangan untuk melakukannya. Aku bukan kakak yang kolot kok." Tarisa tersenyum lembut. Wanita itu kembali merangkai bunga-bunga diatas meja.
"Tapi kami bukan." Biyu menerawang, mengingat bahwa hubungannya dan Bible tidak berada dalam tahap itu.
"Belum.." Tarisa mengoreksi, wanita itu menyerahkan setangkai mawar pada Biyu. "Adikku pasti sangat menyukaimu sampai membawa kamu kesini. Tunggu dia sampai yakin pada dirinya sendiri."
Biyu hendak membuka mulut untuk membantah ucapan Tarisa namun kemudian ia urungkan. Biyu akhirnya hanya tersenyum menanggapi wanita itu.
"Aku harap suatu saat nanti ketika aku sudah tidak ada, kamu bisa memeluk adikku dan menguatkannya. Kamu harus berada disamping Bible selamanya, oke?" Tarisa mengengam tangan Biyu dan meremasnya pelan. "Kamu harus hidup sangat lama dan menjaganya. Dia sebenarnya pria lemah yang membutuhkan seseorang sebagai tumpuan."
Biyu ingin sekali melakukan apa yang dikatakan wanita cantik yang duduk dikursi roda. Pria itu ingin berada disamping Bible dalam waktu yang lama namun ia juga sama seperti Tarisa. Kematian menunggunya di depan sana.
***
"Apa kakakku sudah makan siang?" Bible menghubungi Ami seperti biasa.
"Nona Tarisa sedang makan tuan."
"Ekhem." Bible terdengar berdeham. "Lalu Biyu?"
"Tuan Biyu sudah makan dan sekarang menemani nona Tarisa."
"Sambungkan telponku padanya."
"Baik tuan." Pelayan muda yang sedang berada di dapur segera beranjak menuju meja makan. Ami berhenti di sebelah kursi Biyu. "Tuan Biyu ada telpon dari tuan Bible."
"Ah iya.." Biyu menerima uluran ponsel itu dengan canggung. Pria kecil cantik yang duduk disamping Tarisa itu sedikit salah tingkah. "Halo.."
"Hai.. Sudah makan?" Bible memulai pembicaraan dengan basa basi.
"Sudah." Biyu tanpa sadar mengangguk padahal pria disebrang telpon tidak akan melihatnya.
"Baguslah, kalau kau masih lelah kau bisa beristirahat lagi. Aku akan pulang cepat."
"Iya."
"Ya sudah aku tutup telponnya ya."
"Hmm oke Bible."
YOU ARE READING
SLUT
Fiksi PenggemarSepertinya Biyu terlalu banyak berkhayal. Tidak ada pangeran yang akan menjemput pelacur seperti dirinya bukan? Apa yang bisa diharapkan dari pria yang datang kerumah prostitusi? Tujuan mereka tentu sudah jelas untuk membeli tubuhnya. Bukankah sem...