Pria tinggi itu selesai merapihkan pakaiannya.
Membuka dompet kemudian menyimpan beberapa lembar tepat disamping tubuh pria kecil yang masih terbaring. "Pergilah kedokter, kamu terlihat mengerikan dengan wajah pucat itu.""Terimakasih tuan.." Berucap lemah, pria kecil memang dalam kondisi kesehatan yang buruk. Akhir-akhir ini tubuhnya terasa lebih lemah dan gampang kelelahan. Ia juga sering demam tinggi.
"Aku pergi dulu. Pastikan dirimu lebih baik lain kali Bi." Mengecup bibir pria kecil sekilas, setelahnya pria tinggi kemudian keluar dari kamar, meninggalkan pria yang dipanggilnya dengan sebutan Bi terbaring lemah diatas ranjang dengan tubuh yang masih telanjang bulat.
Meski sudah membayar mahal tapi pria tinggi tidak tega melanjutkan ketika melihat kondisi Biyu. Ia memilih pergi dari tempat itu dan membiarkan pria itu beristirahat lebih dulu.
Susah payah si kecil meraih selimut untuk menutup tubuhnya. Ia punya waktu sekitar sejam untuk beristirahat sebelum klien lain datang dan memporak porandakan tubuhnya.
***
"Biyu bangun!" Teriakan seseorang membuat kesadarannya kembali. Pria kecil itu membuka mata perlahan guna mengetahui apa yang membuat wanita paruh baya memanggilnya dengan kasar.
"Pelanggan keduamu sudah datang kenapa kau masih begini?!" Wanita itu mendesis kesal. Menarik selimut yang menutupi tubuh Biyu. "Cepat bersiap-siap. Lima menit kau sudah harus bersih dan pergi kekamar lima puluh tiga."
Biyu membawa tubuhnya untuk bangun.
"Aneh sekali, padahal aku baru menutup mata tapi satu jam berlalu begitu saja." Biyu mengalihkan pandangannya dari jam dinding, ia harus segera pergi kekamar mandi kemudian membersihkan dirinya. Jangan sampai wanita itu datang lagi dan memukulnya karena terlalu lelet.
***
"Maaf saya terlambat." Biyu menutup pintu kamar. Ia kini bisa melihat seorang pria yang duduk dipinggiran ranjang. Mata keduanya bertatapan beberapa saat sebelum si pria mengalihkan pandangannya kembali pada ponsel ditangan.
Biyu merasa dadanya berdegup kencang. Kurang dari tiga detik tapi mata tajam pria itu mampu membuatnya menahan nafas. Mengumpulkan keberanian Biyu kemudian melangkah mendekat.
Pakaian minimnya semakin terangkat tatkala kaki mungilnya mendekat pada si pria. Perut mulus juga paha putihnya terekspos begitu saja. Kaos crop dan celana super minim yang Biyu kenakan memang tidak bisa menutupi apapun.
"Tuan?" Biyu mencoba menarik perhatian pria itu dengan memanggilnya lembut. Menyentuh pundak pria itu dengan tangan kecilnya namun langsung ditepis begitu saja.
"Aku bukan gay dan aku tidak datang kemari untuk tidur denganmu."Pria itu berucap dingin. Melempar ponselnya ke sebelah kemudian kembali menatap Biyu yang terlihat kebingungan.
"Maaf tuan?" Biyu mencoba memahami apa maksud pelanggannya ini.
"Alvex Vandegeer. Aku dengar dia pelanggan tetapmu. Dia bisa datang dua sampai tiga kali seminggu hanya untuk bermalam bersamamu." Pria bermata tajam menatap Biyu dari atas kebawah. Memindai dengan seksama. "Tidak heran, tubuhmu cukup bagus untuk ukuran anak lelaki."
Biyu menggigit bibir. Ia memang mengenal siapa yang dimaksud pria ini tapi ia tidak tau harus bereaksi seperti apa.
"Apa malam ini dia akan datang kemari?"
"Apa anda polisi?" Biyu bertanya pelan. Pria diatas ranjang kemudian menarik tangannya, membuat Biyu kini duduk tepat disebelah pria itu.
"Siapa aku tidak penting, beritahu saja kapan ia kemari." Pria itu mencengkeram tangan Biyu cukup kencang. Tatapannya sangat tajam.

YOU ARE READING
SLUT
FanfictionSepertinya Biyu terlalu banyak berkhayal. Tidak ada pangeran yang akan menjemput pelacur seperti dirinya bukan? Apa yang bisa diharapkan dari pria yang datang kerumah prostitusi? Tujuan mereka tentu sudah jelas untuk membeli tubuhnya. Bukankah sem...