Sepanjang hidupnya, sejak ia dilahirkan ke dunia, dari masa kecil yang bisa ia ingat, untuk pertama kalinya Biyu merasa begitu hangat. Dekapan milik Bible terasa sangat nyata. Jika ini mimpi Biu memilih tidak bangun lagi.
"Pulanglah padaku, aku mohon Biyu." Bible berbisik lirih tepat di telinga pria kecil yang masih tergugu dalam tangisnya sendiri.
"Tuan—" Biyu kehilangan kata-katanya. Tertelan irama detakan menggila dalam dadanya ketika mengingat beberapa saat lalu seseorang mengatakan rumah kita, mengisyaratkan bahwa kali ini Biyu bisa pulang kesana.
"Tolong," Bible mempererat pelukannya. Pria itu mendekap Biyu dengan ketakutan yang tergambar jelas dalam sepasang mata yang kini memerah. "Tolong Biyu, satu kesempatan. Aku tidak akan mengecewakanmu setelah ini."
"Tapi waktuku tidak lama lagi," Akhirnya kalimat itu berhasil keluar lewat serak milik si pria kecil. "Aku akan segera pergi tuan."
"Tidak," Bible melepaskan pelukan keduanya lalu menangkup pipi Biyu yang lebih kurus dari terakhir kali mereka bertemu. Mengusap begitu lembut dengan ibu jarinya. "Aku mau melihatmu setiap hari, aku mau melihat kamu selama hidupku, jadi tolong bertahan, ya?"
"Bisakah aku? Sepertinya akan melelahkan."
"Aku ada disini, jangan menyerah sebelum mencobanya. Kita sembuhkan semua rasa sakitmu, aku akan berusaha menjadi obatnya." Pancaran ketulusan dari sepasang mata yang menatapnya dalam membuat Biyu luluh. Enam menit setelahnya ia akhirnya mengangguk. "Aku akan mencobanya tuan."
"Terimakasih Biyu." Bible mendekatkan dirinya, mengecup puncuk kepala Biyu lama.
***
Sepanjang perjalanan Bible tidak melepaskan genggaman tangannya dari jemari mungil milik Biyu. Ia membiarkan pria itu tertidur bersandar kepundaknya, sesekali Bible akan mengecup pelipis Biyu.
Setelah berkonsultasi dengan dokter Biyu akhirnya diizinkan untuk pulang dengan catatan ia akan kembali tiga hari kemudian untuk memulai perawatannya.
Kendaraan yang mereka tumpangi melewati pagar rumah, Bible menghela nafas begitu melihat mobil lain yang dikenalnya telah terparkir rapih di halaman.
"'Masuklah lebih dulu, bilang pada pelayan untuk menyiapkan makanan manis."
"Baik tuan." Supir Bible segera keluar, tidak ingin menganggu privasi majikannya.
"Biyu sudah sampai." Bible membangunkannya dengan lembut. Mengusap kepala Biyu berulang kali hingga akhirnya mata itu terbuka.
Biyu menggeliat. "Hmm sudah sampai?"
"Iya kita sudah sampai di rumah. Ayo turun." Bible membuka pintu di sisi tubuhnya lebih dulu lalu keluar. Pria itu mengitari mobil untuk membuka pintu Biyu. "Ayo." Bible mengulurkan tangannya.
Biyu mendongkak setengah sadar, pria itu masih merasa asing dengan perlakukan manis Bible.
"Ayo Biyu.." Bible menggerakan tangannya menunggu Biyu untuk menerima uluran miliknya.
"Eh iya tuan—"
"Bible! Panggil namaku mulai sekarang dan seterusnya."
"Ah iya.." Biyu mengangguk lalu menerima uluran tangan pria itu. Ia akhirnya keluar dari mobil dengan tangan bertautan.
"Mulai sekarang ini adalah rumahmu." Bible menunjuk rumahnya dengan dagu. "Jangan ragu untuk melakukan apa yang kau mau."
***
Tarisa menggigiti kukunya, wanita yang duduk di kursi roda itu merasa gelisah dengan kedatangan pria yang begitu dikenalnya bersama dua buat koper besar.
YOU ARE READING
SLUT
FanfictionSepertinya Biyu terlalu banyak berkhayal. Tidak ada pangeran yang akan menjemput pelacur seperti dirinya bukan? Apa yang bisa diharapkan dari pria yang datang kerumah prostitusi? Tujuan mereka tentu sudah jelas untuk membeli tubuhnya. Bukankah sem...