Bagaimana menjelaskannya?
Seorang adik kini terdiam membisu menatap peti mati berisi kakaknya. Mereka dalam perjalanan menuju rumah duka.
Pada pukul delapan lewat tiga belas menit, Tarisa Kusuma menghembuskan nafas terakhirnya.
"Kakak.. Ini mimpi, kan?" Bible belum bisa menerimanya, tadi malam ia masih bercengkerama dengan Tarisa dan pagi ini tiba-tiba semesta menguburnya dalam duka yang tiada obatnya.
***
Biyu beserta para pelayan keluarga Kusuma tiba dirumah duka dengan wajah sembab. Pria kecil itu diantar menuju ruangan tempat Tarisa bersemayam.
"Bible.." Biyu mendekat pada kekasihnya itu.
Bible mengangguk kecil. Ia menatap Biyu sekilas lalu pergi diikuti oleh sekertarisnya.
"Bible pasti sedang sedih." Biyu menepis pikiran buruk yang tiba-tiba melintas di otaknya. "Jangan egois Biyu, ini bukan saat yang tepat untuk berpikir macam-macam."
Biyu berusaha mengenyahkan perasaan tidak enak yang muncul karena sikap dingin Bible itu. Ia lalu bergabung bersama Ami dan pelayan lainnya.
***
Bible menyambut semua pelayat yang datang, ia memaksakan diri untuk terlihat tegar. Kehilangan kakaknya adalah pukulan besar bagi pria itu.
Bible merasa gagal menjaga Tarisa.
"Cucuku, nak.."
Wanita tua yang ditunggu Bible akhirnya datang. Neneknya segera memeluk cucunya dengan erat.
"Kakak sudah menunggu nenek." Bible tersenyum lembut. "Terimakasih nek sudah datang meskipun kesehatan nenek tidak terlalu baik."
"Iya nak, nenek akan melihat Tarisa lebih dulu."
***
Alvex menenggelamkan wajahnya diantara lutut. Disini lah ia sekarang, di dalam kamar mandi rumahnya, mengguyur diri sendiri dengan air dingin.
Pria blasteran itu kehilangan keberanian untuk mengantarkan Tarisa menuju tempat terakhirnya.
***
Biyu merasa terasing. Diantara ratusan orang yang datang untuk melihat Tarisa untuk terakhir kalinya, tidak ada satupun yang ia kenal.
Untung saja ada Ami yang setia menemaninya disudut ruangan.
"Tuan Bible pasti sangat sedih, ia sangat menyayangi nona Tarisa."
Biyu mengangguk menyetujui ucapan Ami. "Pasti ini tidak mudah untuknya."
"Tuan Biyu harus sembuh, tuan Bible tidak akan bisa bertahan jika terjadi sesuatu padamu."
Biyu tidak menjawab ucapan Ami, matanya menjelajah mencari letak keberadaan Bible.
"Ah itu nona Ziela, dia teman nona Tarisa." Ami yang ikut melihat pada Bible yang tengah berpelukan dengan seorang wanita kemudian menjelaskan, ia tidak ingin kekasih majikannya ini salah paham. "Mereka sudah seperti adik dan kakak." Tambah Ami.
"Hei kau? Lama tidak bertemu." Tepukan di bahunya membuat Biyu menoleh. Seketika wajah pria kecil itu memucat.
"Sedang apa kau disini? Apa kau bekerja disini setelah berhenti menjadi," pria itu merendahkan kepalanya agar bisa berbisik ditelinga Biyu. "Pelacur."
Biyu tidak tahu kenapa pria tua bangka ini bisa memiliki keberanian menyapanya di tempat terbuka seperti ini.
"Malam ini aku kosong, ayo kita mengenang masalalu."
YOU ARE READING
SLUT
FanfictionSepertinya Biyu terlalu banyak berkhayal. Tidak ada pangeran yang akan menjemput pelacur seperti dirinya bukan? Apa yang bisa diharapkan dari pria yang datang kerumah prostitusi? Tujuan mereka tentu sudah jelas untuk membeli tubuhnya. Bukankah sem...