Bab 19: Unrepeatable

1.4K 132 6
                                    

Sorry aku telat up nya

*****

Xavier menatap Sesilia yang berada di balai utama kerajaan Verona. Ini sudah kunjungan kesekian kalinya Xavier ke negara itu. Xavier sangat suka laut dan pantai yang ditawarkan Verona. Keindahan alamnya luar biasa. Selain itu, ia juga masih harus mengawasi banyak proyek yang dilakukan di sana.

Lelaki itu mengangguk sopan pada Sesilia yang sudah menghambur dan mengamit tangannya. Gadis itu tampak bersemangat. "Apakah Yang Mulia Xavier lelah? Tadi, aku sudah meminta pelayan menyiapkan kamarmu."

Xavier menggeleng. "Perjalanan memang jauh, tetapi aku tidak apa-apa. Aku berencana mau mengunjungi lapangan lagi setelah meletakan barang-barangku."

Sesilia menatap Xavier dengan pandangan khawatir. "Apakah aku boleh ikut?" Ia bergelayut di lengan Xavier seraya lelaki itu berjalan di lorong.

Mendengar itu, Xavier menggeleng. "Jangan, Sesilia." Ia tersenyum lalu dengan pelan menengok ke kanan dan ke kiri. Beberapa pelayan mengarahkan pandangan secara diam-diam ke arah mereka. Wajah pelayan itu penuh tanda tanya terkait hubungan tuan puteri di negara mereka dan pangeran yang baru saja datang itu.

Xavier menghela napas. Dengan lembut, ia menepis  Sesilia agar melepaskan diri. Tanpa banyak bicara, lelaki itu berjalan lebih cepat. 

Sesilia memang menarik. Gadis itu punya wawasan yang luas juga amat manis dan menyenangkan. Ia benar-benar tipikal tuan puteri yang terlahir sempurna. 

Xavier tahu, dan ia tak ingin terjerumus lebih jauh. Ia ingin menjaga dirinya sendiri. Mencoba menjaga perasaannya sendiri.

"Yang Mulia Xavier."

Suara lirih itu menghentikan langkah Xavier. Ia diam tetapi tidak menoleh ke arah pembicara yang memanggilnya.

Ada napas tertahan. Xavier tiba-tiba merasa mual. Ada rasa canggung yang tiba-tiba menghadang.

"Sebenarnya, apa yang Anda pikirkan tentangku?" tanya perempuan itu tiba-tiba.

Xavier menelan ludah. Ia mencoba berbalik dan menatap gadis itu. "Apa maksudmu?"

"Maaf jika aku lancang, namun sebenarnya, apa yang Anda anggap tentangku, Yang Mulia?" tanya Sesilia lagi dengan nada bergetar.

***

Dari sudut matanya, Xavier bisa melihat Aria yang masuk ke dalam kediaman liburan Methia dengan penuh semangat. Senyum penuh tersungging di wajah manisnya.

Bukan, ini bukan kali pertama Aria masuk ke dalam bangunan itu. Senyum itu terulas karena kali ini adalah kali pertama mereka berdua berlibur bersama.

Kencan. Sebuah kata yang terdengar sangat mustahil untuk mereka. Kali ini, mereka bisa mewujudkannya.

Xavier berharap ia bisa menghentikan waktu. Ia berharap bisa diam dalam momen ini. Seperti ini, bersama Aria tanpa mengkhawatirkan apapun.

Bayangan beberapa minggu lalu kembali mencuat ke memori Xavier. Seberapa kuat ia mencoba melupakannya, kejadian itu terulang seperti kaset rusak.

Sore itu, Xavier dipanggil ke ruangan Zenith. Dan Xavier sudah tahu apa yang akan dibicarakan Zenith: Pertunangannya dengan Sesilia.

Xavier memang semakin dekat dengan Sesilia. Mereka memang sering menghabiskan waktu bersama dalam kurun waktu yang lama. Kini, hubungan dan kedekatan itu tak bisa dianggap remeh, semua orang mulai menuntut Xavier membawa hubungan mereka ke dalam jenjang yang lebih serius. Termasuk, Zenith.

ECLIPSIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang