Bab 36: Kekuasaan

2K 147 3
                                    

Yoooo!! It's meeee~ bentar lagi tamat loh uhuk

*****

Xavier memerintahkan kusir untuk menghentikan kuda tak jauh dari sebuah bangunan kecil yang terlihat megah. Lelaki itu turun dari kereta kuda. Ditemani pengawalnya, ia masuk ke dalam bangunan itu perlahan.

Beberapa pengawal Verona tampak berjaga. Cukup sebagai tanda bahwa memang terdapat Lionel di dalam sana.

"Pangeran Xavier dari Edessa," ucap pengawal Xavier.

Para prajurit Verona mengangkat alis. Meneliti Xavier sebelum mempersilahkan masuk. Namun, baru saja Xavier masuk, tiba-tiba, prajurit Verona itu menahan pengawal Xavier.

"Anda di sini saja, ini pertemuan pribadi," salah satu prajurit itu berkata.

Si pengawal tak terima namun Xavier hanya menggeleng pelan, menyatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Ia dan Lionel telah berteman sejak kecil. Tak hanya itu, mereka benar-benar bersahabat karib ketika masih di akademi. Pertemuan seperti ini sudah biasa untuk mereka.

Biasanya, Lionel mengajaknya minum-minum dan ngobrol ngalor ngidul. Lionel akan lebih banyak bicara. Soal perempuan ini dan itu, putri bangsawan ini dan itu. Sementara, Xavier cenderung diam mendengarkan. Walaupun kini, mungkin dalam pembicaraan akan ada esensi terkait Sesilia atau kegiatan Verona.

Memasuki lorong, Xavier kemudian sampai ke sebuah ruang makan yang biasa mereka gunakan. Para prajurit membuka pintu yang menghalangi, menampilkan wajah Lionel di baliknya.

"Hai," sapa Lionel tersenyum sumringah. Di depannya, tampak meja yang tak terlalu besar dengan makanan yang menggugah selera berada di atasnya.

Xavier mengangguk pelan seraya memasuki ruangan itu. Ia mengambil kursi di seberang Lionel sambil tersenyum kikuk.

"Kita sudah lama tidak bertemu seperti ini, bukan?" Lionel memangku dagu sementara para pelayan menuangkan anggur ke masing-masing gelas, pertanda sesi makan dimulai.

Xavier lagi-lagi mengangguk. Ia sedikit bingung dengan agenda Lionel kali ini.

"Santai saja," ucap Lionel sambil menegak anggurnya. "Aku hanya ingin mengobrol denganmu."

Xavier diam. Sebagai gantinya, ia mengambil gelas anggurnya lalu menyesap cairan warna merah itu pelan. Dari rasanya, Xavier tahu, ini merupakan anggur yang sudah berumur lebih dari lima puluh tahun. Khas Lionel.

"Kudengar, pertunanganmu dengan Sesilia dibatalkan?"

Kalimat pembuka Lionel yang memotong daging panggang di atas piring membuat Xavier kaget. Ia mengalihkan pandangannya sejenak sebelum menghela napas.

"Ya," jawab Xavier pelan. "Aku minta maaf untuk itu."

Lionel buru-buru menggeleng. "Tidak perlu," ucapnya. "Urusanmu dan Sesilia tak ada hubungannya denganku."

Xavier menyungging senyum. Ia tak bisa berucap apa-apa.

"Tetapi, katanya, aku dengar... kamu menyukai Aria?" Lionel bertanya lagi.

Xavier mengangkat alis.

"Setahuku, Aria itu... komandan perempuan di Edessa, juga putri di Edessa dan anak angkat ratu Zenith, bukan?" Lionel memicingkan mata. "Berarti, apakah kamu menyukai sepupumu sendiri?"

Bola mata Xavier berputar. Ia benci istilah menyukai sepupu sendiri. Pada dasarnya, Aria dan dirinya tak punya ikatan darah. Sah-sah saja jika ia menyukai Aria, bukan?

"Skandal yang luar biasa!" Tangan Lionel bertepuk. "Padahal kupikir, kamu adalah orang yang paling lurus, Xavi."

Xavier mendesis kesal. "Kurasa semua punya sisi gelapnya masing-masing."

ECLIPSIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang