Bab 18: The Dinner and You

1.6K 145 20
                                    

Kangen nggak? Kangen nggak?

*****

Aria memicingkan mata ketika melihat ruang jamuan berubah sangat ramai. Beberapa prajurit tengah menikmati makan malam mereka dengan sukacita. Xavier benar-benar mempersiapkan jamuan yang luar biasa. Lelaki itu memang benar-benar cukup ekstra untuk yang satu itu.

Kali ini, Aria mengenakan pakaian yang berbeda. Sesuai permintaan Xavier, ia ingin agar Aria tampak dan bertindak sebagai seorang putri seperti seharusnya dan bukan seorang komandan pasukan. 

Jadi, mau tak mau, Aria datang dengan gaun cantik yang terbuat dari sutera berwarna biru muda. Xavier bahkan meminta--atau lebih tepatnya memaksa--para pelayan Aria untuk mendandani gadis itu layaknya pergi ke sebuah jamuan istana sebagai seorang putri. Rambutnya ditata dengan riasan yang membuatnya benar-benar tampak begitu memesona.

Para prajurit di bawahnya jelas terkaget. Aria yang biasanya terlihat sangat keras, tanpa riasan dan hanya mengenakan manset hitam dengan baju zirah kini benar-benar terlihat berbeda. Untuk kebanyakan orang, ini adalah pertama kalinya mereka melihat Aria dengan pakaian seperti itu. Mereka bahkan lupa bawah posisi Aria adalah tuan putri.

"Wah, komandan, Anda benar-benar cantik!" puji seorang prajurit.

"Ya Tuhan! Aku bahkan lupa bahwa Komandan Aria adalah putri," ucap yang lain.

Aria tersipu malu. Ia memalingkan wajah untuk menyembunyikan kemerahan pada pipinya.

Tiba-tiba, seseorang meletakan tangan pada pundaknya. Tangan itu sedikit dingin ketika menyentuh kulit pundak Aria yang terbuka. Gadis itu menengok, menemukan Xavier yang tersenyum miring.

"Hai," sapa Xavier cepat.

"Ung, hai..." Aria tampak gugup.

Xavier mengalungkan tangannya pada bahu Aria. Tak ada yang tahu bahwa jantung Aria nyaris meledak.

"Kalian menikmati makan malamnya?" tanya Xavier pada para prajurit.

Para prajurit mengangguk. Mereka terlihat amat senang.

"Ah, ngomong-ngomong, Anda berdua tampak sangat serasi, Yang Mulia." Seseorang tiba-tiba nyeletuk dari arah kiri.

Aria berdegup kencang. Tiba-tiba, keringat dingin menghadangnya.

"Ah, benarkah?" Xavier tertawa mendengar hal itu.

"Ya, sayang sekali kalian bersaudara." Seseorang menimpali.

Aria mengulum bibir. Ia tidak tahu apakah yang ia dengar adalah sesuatu yang baik atau buruk.

"Mungkin, Tuan Putri Sesilia bisa cemburu jika Anda pergi liburan dengan Komandan Aria." Salah seorang lagi berkelakar.

Aria tiba-tiba menjadi tegang. Ia melirik ke arah Xavier. Sudah jadi rahasia umum bagaimana hubungan Xavier dan Sesilia kini berkembang. Sesilia benar-benar digadang menjadi calon istri Xavier dan sejujurnya, Aria sedikit tidak nyaman dengan rumor semacam itu.

Tunggu, itu rumor, kan?

Xavier tak menjawab kelakaran salah seorang prajurit itu dan sebagai gantinya, ia hanya tersenyum manis seperti yang biasa ia lakukan. "Kalau begitu, aku ingin menculik komandan kalian sebentar, ya?"

Anggukan dari para prajurit itu membuat Aria kikuk. Lebih kikuk lagi ketika Xavier mengamit tangannya. Tak lama, keduanya sudah berada di dalam kediaman Xavier.

Di hadapan Aria, tampak meja makan yang lebih kecil namun tampak romantis. Beberapa hidangan yang menggugah tersedia di atas meja.

"Ini mengingatkanku pada pertemuan besar terakhir kita," kelakar Aria ketika Xavier menarik tempat duduk untuknya.

ECLIPSIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang