Bab 21: Dumb

1.5K 172 11
                                    

Hai semua! Maaf karena aku selalu sibuk jadi up dua kali seminggu. Semoga masih betah dan nungguin ya.

Btw, aku sengaja mau masukin unsur plin-plan nya Lucius nurun 10000% ke Xavier. But don't worry, he'll grow up soon hehe

*****

Xavier menatap Sesilia yang kini tengah melukis di taman. Lelaki itu memilih untuk duduk di samping. Berpikir macam-macam terkait apapun yang akan terjadi setelahnya.

Ia tak sempat mengutarakan rencana pertunangannya pada Aria. Ia tak sempat menjelaskan apapun. Apakah Aria sekarang sudah mendengar berita itu? Apakah Aria sedih sekarang?

Ah, pada akhirnya, Xavier jadi orang jahat hari ini.

Belajar mencintai Sesilia memang sesuatu yang sudah dilakukan Xavier sejak lama. Seiring dengan pembelajaran itu, ia juga mencoba mencari celah gadis berkepang dua itu. Tetapi, ia sama sekali tidak menemukannya. Sesilia terlalu sempurna untuk kriteria seorang puteri raja.

Dan hal itu, membuat Xavier sama sekali tak bisa menolak. 

Bermain aman. Itu yang selalu ia lakukan selama ini—atau setidaknya beberapa tahun terakhir ini. Sejak ia ditunjuk menjadi putra mahkota, sejak itu, ia sadar bahwa hidupnya tak lagi jadi miliknya sendiri. Hatinya bukan lagi ditentukan oleh dirinya. Dengan siapa ia bersanding, sepertinya tak bisa sembarang ia pilih.

"Kamu melamun sejak tadi. Apakah kamu gugup?" tanya Sesilia tiba-tiba. Gadis bergaun biru itu menatap Xavier dengan mata jernihnya.

Xavier menggeleng pelan. "Tidak, tidak sama sekali."

Sesilia diam. Ia menarik napas panjang. "Apakah kamu menyukai pertunangan ini?"

Kalimat itu membuat Xavier mengerutkan dahi. Ia tidak mengerti maksud Sesilia sama sekali. Atau, mungkin, ia mengerti. Ia hanya tak mau mengerti dan menjawab.

"Tidak, tidak apa-apa." Sesilia berkata lemah. Ia memalingkan wajahnya. "Aku menyukaimu."

Dua kata itu membuat Xavier kelu.

"Aku selalu mengucapkan itu padamu, bukan?" Sesilia berkata lirih tanpa menengok ke arah Xavier sama sekali. "Apa kamu... menyukaiku?"

Hening. Xavier tak bisa menjawab. Ia seperti terhujam tepat di dadanya. Ia tak mau menjawab. Menyukai? Xavier menyukai Sesilia. Ia manis, cantik, dan sempurna. 

Tetapi, tak ada niatan lebih dari kata suka. Xavier tak bisa serta merta menarik Sesilia untuk mencumbuinya. Tak ada gejolak dan hasrat sebesar yang ia miliki untuk Aria. Tak ada rindu mengebu seperti yang ia rasakan untuk si komandan perempuan satu itu.

"Tetapi, kalau kamu menyetujui pertunangan kita, artinya kamu juga menyukaiku, kan?" tanya Sesilia yang hanya dijawab bisu oleh Xavier.

Sementara itu, kereta kuda yang membawa Phyrius dan Aria berhenti di balai istana. Keduanya saling berpandangan sebelum menghela napas bersamaan. 

Phyrius menyisikan rambut-rambut adik sepupunya yang berantakan sehabis menangis. Ia masih tak bisa membayangkan perasaan Aria saat ini. Lelaki itu menarik napas pelan. "Kamu sudah siap?" tanyanya.

Aria mengangguk lemah. Tak ada yang bisa ia ucapkan. Rasanya, ia bahkan tidak tahu harus berbicara apa di depan Xavier. Ia pikir, ia akan membicarakannya empat mata nanti. Tidak sekarang, setidaknya, begitu. 

Tetapi, keadaan tak kondusif dan mendukung untuk membuatnya diam. Ia harus bergerak. Setidaknya, ia harus menghentikan rencana pertunangan itu.

Pintu kereta kuda terbuka. Phyrius turun terlebih dahulu sebelum mengulurkan tangannya dan membantu Aria turun. Ia menggenggam erat tangan Aria, seolah menyalurkan kekuatan pada kekasih kakaknya itu.

ECLIPSIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang