Xavier membuang wajah. Ia benar-benar kesal setengah mati. Rasanya, ia ingin marah. Ia bisa saja membalas, tetapi ada rasa tak pantas yang juga menyelinap masuk.
Aria. Apakah Phyrius tahu betapa Xavier merindukannya siang dan malam? Terlepas dari apapun keputusannya waktu itu?
"Kalau Anda bertemu dengan Aria, apakah yang akan Anda lakukan?" Kalimat itu tiba-tiba membuat Xavier mendongak. Sarah berkata dengan amat lembut sambil tersenyum padanya.
Phyrius menatap garang pada istrinya. Ia menggeleng. "Sarah!" pekik lelaki itu dengan nada tinggi.
Xavier mengulum bibir. Ia menarik napas. Bingung harus menjawab apa.
"Kalau memang tujuan Anda hanya untuk meminta Aria membantu di kerajaan, seperti yang Phyrius katakan, hal itu tak akan mungkin dilakukan." Sarah menarik napas. Ia menatap bola mata kebiruan milik Xavier.
Xavier diam. Ia kelu. "Aku... hanya ingin bertemu Aria." Ia menelan semua harga dirinya bulat-bulat.
"Bertemu, untuk apa?" tanya Sarah. "Jika memang kedatangan Anda hanya menyakiti Aria, kami rasa, Aria sudah cukup menderita untuk itu. Jadi, tanpa mengurangi rasa hormat, lebih baik, Anda bisa pergi dari rumah ini, Yang Mulia." Sarah mengubah nadanya secara tiba-tiba.
Xavier mendongakan kepala ke atas. Ia memejamkan mata. "Aku merindukannya." Ia berkata pelan. Sedikit berat dan tertahan.
"Kamu sudah memilih Sesilia! Bajingan!" Phyrius menarik kerah kakaknya. Ia benar-benar ingin meninju pipi mulus Xavier sekarang.
Dengan cepat, Xavier mendorong tubuh adiknya. "Jatuhnya pilihanku pada Sesilia bukan berarti aku mencintainya," tandas Xavier. "Kalau aku mencintai Sesilia, untuk apa aku menunda pernikahanku selama ini? Aku seharusnya langsung menikah seperti kamu dan Sarah!"
Phyrius memutar bola mata kesal. Kakaknya memang benar-benar menyebalkan.
"Sejujurnya, aku tidak yakin Aria ingin kembali," kata Sarah menarik napas panjang.
"Ya, bukan? Lebih baik kamu pergi, Xavi!" Phyrius mendecakan lidah. "Percuma jika kamu terus di sini."
"Sarah, kumohon," pinta Xavier dengan nada memohon. "Aku bahkan tidak tahu harus berkata apa. Aku benar-benar payah. Aku bukan Xavier yang dulu pernah kamu kenal dan aku tidak tahu mengapa aku menjadi seperti ini. Kumohon, Sarah." Ia memelas. Tak pernah seputus asa itu.
"Aku akan mempertemukanmu dengan Aria." Ucapan final Sarah membuat dua kakak beradik ini menengok. "Tetapi, aku tak akan membiarkanmu menyakitinya lagi."
"Sarah! Kamu benar-benar gila!" teriak Phyrius keras.
Sarah menggeleng. Ia berdiri dari kursinya. "Ikut aku," ucap Sarah berjalan ke arah pintu keluar rumah.
Xavier tersenyum cerah sementara Phyrius menarik napas kesal. Lelaki itu menarik tangan Sarah sebelum perempuan itu keluar. "Apa yang kamu lakukan?" tanyanya cepat.
Sarah mendongakan kepala. Menatap suaminya. "Biarkan mereka berbicara untuk terakhir kali. Xavier juga berhak bertemu seseorang yang harusnya ia temui."
Phyrius mendecih seraya Sarah melepaskan pegangan tangannya. Gadis itu melirik ke arah Xavier yang sudah keluar rumah sebelum ikut keluar dari pintu.
"Aku titip Theo, Phyrius." Sarah berkata cepat sebelum pergi dengan Xavier.
Keduanya berjalan menyusuri jalan setapak dengan perkebunan di kiri dan kanan. Sarah menengok ke arah Xavier yang gugup. Ia tersenyum tipis.
"Kalau Anda benar-benar masih mencintai Aria, apakah tidak lebih baik mempertahankan dirinya di sisimu?" Sarah membuka topik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ECLIPSIA
RomanceSpin off dari LUCIUSERA (ini tentang Xavier, anak dari Lucius & Sera) ***** Xavier, si putra mahkota yang ditunjuk Ratu Zenith, akan dinikahkan dengan Tuan Putri Sesilia dari Verona demi kepentingan politik. Tak ada yang salah dengan Sesilia. Ia can...