Saat sang Ayah menghubungi Jeno untuk pulang, pria itu bergegas menurut. Dan setibanya ia di rumah, sudah di dapatinya sang Ayah duduk di ruang tamu, nampak termenung.
Jeno sudah bisa menebak apa yang Ayahnya ingin bicarakan. Maka dia putuskan duduk di depan sang Ayah membuat pria itu tersentak akan kehadiran putranya.
“Ada apa Ayah?” Tanya Jeno.
“Kau yakin dengan keputusanmu untuk bercerai dengan suamimu?” Tanya Donghae.
Sang putra menarik nafas dalam mendengar pertanyaan itu. Dia terdiam sejenak sebelum menjawab, memikirkan kembali keputusan yang ia ambil untuk bercerai.
Namun keterdiaman itu sudah menjadi jawaban bagi Donghae. Dia hanya bisa menghela nafas berat.
“Sudah kau pikirkan matang-matang? Sudah memikirkan Sophia?” Tanya Donghae.
“Aku tetap bisa menjadi Ayah bagi Sophia, Ayah” Sahut Jeno lembut.
“Apakah kasih sayang yang ia terima, akan sama setelah kedua orang tuanya berpisah?”
“Lalu, apakah aku harus mengorbankan diriku? Bukankah untuk membahagiakan anak, kita juga harus turut membahagiakan diri kita sendiri dulu? Karena diri kita mempengaruhi cara kita mendidik anak, Ayah” sahut Jeno.
Donghae menghela nafas mendengar sahutan putranya. Dia sadar, meski dia lebih dulu mengenyam pernikahan, cara Jeno dalam mendidik putrinya, mungkin tak sama dengan dia. Jeno memang putranya tapi pola pikir mereka juga tak harus selalu sama.
“Aku tak ingin justru tekanan yang aku rasakan, serta rumah tangga kami yang rumit malah akan berpengaruh pada Sophia” Lanjut Jeno.
“Aku akan tetap menjadi Ayah serta berusaha memberi kasih sayang padanya, tapi aku tak bisa menjadi suami serta dominan lagi bagi Seungmin” Tambah pria itu membuat Donghae lagi-lagi diam.
“Dan lagi, jika dia tahu aku mencintai orang lain, apakah dia masih mau menerimaku?” Jeno bertanya-tanya.
“Pikirkan lah lagi sebelum setuju untuk berpisah. Kalian memiliki waktu untuk saling berpikir. Pikirkan Sophia terutama” Balas Donghae, setelah menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan, sang Ayah pun beranjak meninggalkan Jeno.
Kini hanya Jeno sendiri yang tersisa di ruang tamu, dia menyandarkan tubuhnya, membuat kepalanya menatap langit-langit rumahnya lalu matanya terpejam. Kepalanya langsung berdenyut nyeri.
Apakah dia terlalu egois? Apakah ia terlalu buta akan cintanya pada Jaemin? Apakah langkah yang ia ambil sudah tepat?
Ayah benar, harusnya dia memikirkan Sophia. Ada anak yang menjadi dampak perceraian mereka nantinya. Tapi dia tak lagi merasakan kenyamanan dalam rumah tangganya.
Jika saja itu Jaemin, yang menjadi suaminya. Mungkin masalahnya tidak akan seperti ini.
🐇🐇🐇
Jaemin membungkuk pada pria yang menjadi kliennya dengan senyum yang manis dan khas. Ia pandangi pria itu hingga menghilang di balik lift, ia pun berbalik, baru saja mendorong gagang pintu masuk, dia dengar ponselnya berdering.Senyumnya merekah merasa panggilan itu dari kekasihnya, namun justru nomor tanpa nama membuat alisnya bertaut bingung. Dengan ragu ia menerima panggilan itu.
“Halo” Sapa Jaemin.
“Jason Lee, benar?” Tanya suara di seberang telepon sana.
“Benar, siapa ini?” Tanya Jaemin dengan alis bertaut, dia menduga-duga siapa yang menghubunginya dan tahu siapa dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRAPS [NOMIN]✓
Fanfic[COMPLETED] Ketika korban menjadi pelaku. Ini adalah Jaemin dan ambisinya Inspired by Korean drama "The Glory" BXB AREA! M-PREG! NOT CHILD AREA. Update rank #1 jaemin (04/04/2023) #1 boyslove (04/04/2023) #7 bxb (21/04/2023) #3 jenjaem (03/06/2023)