Tsundere

12K 1.3K 104
                                    

Jaemin keluar dari kamarnya setelah penampilannya rapi pagi ini, sementara Jeno masih mandi dia akan menunggu di meja makan. Matanya sudah menangkap berbagai hidangan tersaji di meja makan.

Dia lantas mendudukkan tubuhnya dan menikmati kopi pagi sambil melihat majalah sembari menunggu sang suami turun. Tak lama, yang di tunggu pun tiba. Pagi ini Jeno tampak santai dengan kaos hitam di balut celana jeans senada.

“Selamat pagi Sayang” Sapa Jeno, dia maju hendak mengecup kening Jaemin namun pria itu menarik kepalanya.

Jaemin lantas mendongak untuk melihat Jeno, dia dapati kekecewaan terpancar di wajah suaminya membuatnya merasa bersalah. Dia langsung mendehem untuk menutupi perasaan bersalahnya dan melihat ke sekitar, meski sesekali matanya melirik ke arah Jeno yang hanya bisa mengulum senyum kecut.

Padahal kemarin Jeno bersikap begitu hangat meski balasan Jaemin sangat dingin. Namun kenapa pria itu sekarang seperti pasrah dan menerima?

Apakah Jaemin baru saja berharap agar Jeno bersikap seperti kemarin? Meski ia ketus, Jeno akan tetap menyapanya dengan riang dan hangat? Apa Jaemin baru saja merasa kehilangan?

“Jam berapa kau berangkat?” Tanya Jaemin dengan mata yang fokus melihat majalah di atas meja.

“Berangkat ke mana?” Tanya Jeno.

“Ke Korea”

“Apa kalimatku kurang jelas Lee Jaemin?” Tanya Jeno membuat Jaemin menoleh dengan dahi berkerut.

“Kita sudah bicara tadi malam, aku hanya minta kesempatan. Dan kau mengiyakan”

“Kapan aku mengatakan iya?” Tanya Jaemin mendelik.

“Saat kau mendesah di bawahku dan memanggilku Daddy dengan frustrasi” Sahut Jeno dengan senyum kemenangan membuat Jaemin terdiam seribu bahasa.

Pria itu tersedak liurnya sendiri dan mati kutu akibat balasan suaminya, matanya menatap ke mana saja untuk mengalihkan perasaan malunya, sedangkan Jeno melirik ke arah sang suami dengan senyum puas. Dia teguk kopinya lalu menikmati sarapan dengan tenang.

“Apa rencanamu hari ini?” Tanya Jeno di sela makan.

“Aku harus ke kantor dan memeriksa beberapa pekerjaan yang ku tinggalkan kemarin” Sahut Jaemin, wajahnya tampak serius pada makanan di meja.

“Boleh aku ikut?” Tanya Jeno.

“Tidak. Tetap di rumah” Sahut Jaemin.

“Tega sekali membiarkan suamimu sendiri” Gerutu Jeno dengan wajah merajuk yang di buat-buat sementara Jaemin hanya melirik, enggan memberi reaksi apa pun.

“Pergilah keluar dan jalan-jalan. Kau bisa pergi dengan sopirku, anggap saja tourguide mu” Celetuk Jaemin membuat Jeno menghela nafas.

“Dia fasih berbahasa Korea dan dia juga bisa membawamu ke tempat-tempat yang menyenangkan” Lanjutnya.

“Aku akan pergi jika itu denganmu. Anggap saja sebagai ganti bulan madu kita” Celetuk Jeno seraya melirik Jaemin seolah memberi kode.

Namun yang di lirik tampak tak peduli dan sibuk menyantap sarapannya hingga akhirnya dia selesai. Jeno melirik saat Jaemin menyeka bibirnya dengan sapu tangan setelahnya pria itu beranjak. Benar-benar tanpa mengatakan apa pun pada Jeno.

Jeno menghela nafas, meski dia kecewa tapi dia tahu tak mudah meluluhkan Jaemin. Dia pun harus berusaha lebih keras lagi.

Jeno dengan cepat menahan lengan Jaemin yang melangkah melintasinya. Dia tarik tubuh suaminya hingga berbalik dan menatapnya membuat alisnya bertaut.

THE TRAPS [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang