???

11.7K 1.4K 149
                                    

Pria dominan itu menarik tubuhnya yang bersandar pada sofa masih menatapi sang suami tak percaya. Sementara lawan bicaranya hanya tersenyum simpul yang sangat tipis.

“Sayang, kau sungguh?” tanya Jeno.

“Kau lihat kondisi mereka sangat memprihatinkan, Seungmin bahkan tidak mampu merawat Sophia. Kau tidak tahu tadi Sophia sendirian di depan sekolah, bagaimana mungkin dia bekerja dan mengurus Sophia” Ujar Jaemin.

“Dia juga ketakutan melihat neneknya yang mulai sakit jiwa...” Tambahnya.

“Dan juga, anggap saja aku sedang belajar menjadi seorang Papa sebelum kita memiliki anak” Lanjutnya membuat Jeno terkejut dengan senyum tak percaya.

Jaemin tak yakin dengan kalimatnya, dia hanya berusaha membuka hati untuk Jeno tapi tak berencana bahwa mereka untuk memiliki anak. Tapi kalimat itu keluar begitu saja dari bibirnya.

“Sayang...”

Dan Jeno pun tahu bahwa trauma serta ketakutan suaminya tak sembuh sesingkat ini.

“Jangan berharap dulu” Jaemin menyahut.

“Aku belum siap jika kau ingin membahas ini, aku hanya sedang belajar sebelum aku benar-benar siap” Lanjutnya.

“Tidak. Aku tidak akan membahas ini. Aku hanya terkejut” Sahut Jeno.

“Kau mau menunggu sampai aku siap kan?” Tanya Jaemin.

“Tentu, kita punya Sophia. Jangan khawatir, Sayang. Kita harus merasa nyaman satu sama lain dalam menjalani rumah tangga ini” Balas Jeno seraya mengusap poni Jaemin dengan senyum.

“Aku akan bicara dengan Seungmin nanti”

“Kenapa kau? Aku bisa bicara dengannya”

“Aku Ayahnya Sophia” Timpal Jeno membuat Jaemin terdiam. Bola matanya bergerak ke sekitar dengan kedua tangan terlipat dada.

Bibir tipis pria Taurus itu melengkungkan sebuah senyum. Dia tahu akan tingkah Jaemin yang cemburu. Lantas tangannya turun menggenggam jemari mungil suaminya membuat Jaemin beralih menatapnya.

“Apa pun yang sedang kau khawatirkan, itu tidaklah benar” Tutur Jeno lembut.

“Berhenti memikirkan hal negatif, itu justru bisa mempengaruhi pikiranmu dan pandanganmu terhadapku. Kau akan kesulitan sendiri nanti, Sayang”

“Maafkan aku, ini sulit bagiku” Lirih Jaemin menundukkan kepalanya.

“Aku mengerti, kau bisa pelan-pelan melakukannya” Jawab Jeno, dia mengacak surai sang suami kemudian mengecupnya lembut.

Setelahnya dia mengajak sang suami untuk naik ke lantai atas dan istirahat.


🐇🐇🐇


Bibir plum berwarna merah muda di balut liptint itu tersenyum menatap bunga di atas meja kamar, dia rapikan sisa tangkai di atas meja lalu mengangkat vas bunga untuk di letakkan di dekat pintu ruang ganti.

Jemarinya yang lentik dengan kuku mengkilap akibat nail polish berwarna bening itu menyentuh setiap kelopak bunga dengan senyum yang tak luntur menghiasi wajah cantiknya.

“Cantik” Puji Jaemin.

Semenjak kembali ke Korea, Jaemin memilih untuk di rumah beberapa waktu, sembari memikirkan apakah dia akan kembali memegang perusahaan atau menjadi Tuan Rumah.

Dia hanya menghabiskan waktunya untuk menonton televisi, berolahraga, mengganti bunga-bunga di rumah atau hal lain untuk mengisi waktu luang.

Dering ponsel yang terletak di atas meja di depan ranjang mengisi sepinya kamar. Dia kembali melangkah setelah menyusun bunga untuk memeriksanya.

THE TRAPS [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang