One Step Closer

9.3K 1.1K 100
                                    

Mobil milik Jeno memasuki pelataran sebuah rumah kemudian berhenti di depan teras. Setelah mesin mobil di matikan, Jeno turun bersama dengan Jaemin. Bola mata si cantik bergerak memandangi bagian depan rumah mewah berlantai tiga milik Jeno.

Dia kemudian menoleh ke arah sang kekasih yang menghampirinya. Pria itu tersenyum, tergambar jelas rona-rona kebahagiaan di wajah Jeno kala dia bisa datang ke rumah impiannya bersama seseorang yang akan menemaninya untuk tinggal bersama di rumah ini. Sesuatu yang ia dambakan sejak lama.

“Bagaimana rumahnya?” tanya Jeno.

“Rumah ini sangat bagus” Jawab Jaemin.

“Ayo kita lihat dalamnya, ku harap kau juga akan suka” Ajak Jeno.

Keduanya akhirnya melangkah masuk ke dalam rumah mewah milik Jeno. Jaemin sempat terpaku saat menatapi bagian dalam rumah itu. Sudah di tata sedemikian rapi dengan furniture yang sempat mereka beli bersama.

“Ayo kita lihat kamar kita, Sayang” Ajak Jeno yang di angguki oleh Jaemin.

Mereka naik menuju lantai dua dan melihat kamar untuk mereka tiduri setelah menempati rumah ini. Ada ranjang berukuran king size, sofa dan televisi serta lemari, lalu di sebelah kiri, ada pintu di mana ruang ganti, tempat pakaian, sepatu, pernak-pernik di simpan di sana. Kemudian di sebelahnya ada kamar mandi.

Design kamar mandi juga tampak mewah, dengan dinding kaca di mana pemandangan lapangan golf mini tampak indah, ada bathup juga. Lalu pada sisi sebelah kanan, ada connecting room, kamar untuk bayi mungil mereka apa bila mereka memiliki anak nanti.

“Bagaimana Sayang? Kau suka?” Tanya Jeno.

Jaemin terdiam sesaat, masih memandangi setiap sisi kamar Jeno lalu dia mengangguk dengan senyum tipis membuat Jeno mengulum senyum cerah.

Keduanya kemudian naik ke atap, ada ayunan di sana, ada berbagai macam bunga-bunga yang di tanam pada pot. Jaemin lalu menatap lapangan golf mini di depannya.

Pundaknya tersentak saat Jeno memeluknya dari belakang lalu menumpukan dagunya pada pundak Jaemin membuatnya menoleh.

“Setiap akhir pekan, kita bisa bermain golf di sini..” Ujar Jeno.

“Aku punya sebuah impian...” Kalimatnya terjeda dengan kepala memutar impian kecilnya.

“Saat akhir pekan, kita piknik kecil di lapangan golf, membentang tikar di bawah pohon teduh, bersama buah hati kita. Aku memimpikan seorang putra, lalu dia akan berlarian di sekitar lapangan bersama bola kecilnya atau berlarian mengejar burung kecil, sementara suamiku ini duduk manis dengan tawanya yang indah, melihat suami dan putranya bermain di lapangan hijau itu” Tuturnya.

Jaemin mengulum senyum kecut mendengar impian Jeno, sekujur tubuhnya gemetar bukan main. Dia lantas berbalik menatap Jeno dengan matanya yang berkaca-kaca membuat Jeno melempar senyum.

Jaemin terlalu rapuh untuk menjawab, dia hanya memeluk Jeno karena dia benar-benar ketakutan.

Dia tak pernah memimpikan sebuah rumah tangga, lalu memiliki anak. Dia takut akan banyak hal, dia tak percaya siapa pun selain Mingyu. Dia tak mampu mewujudkan mimpi Jeno dan dia merasa bersalah pada pria itu.

Dia ragu apakah impian Jeno yang indah itu, akan indah juga baginya?

Setelah melihat-lihat rumah yang akan mereka tempati setelah menikah, keduanya kembali menuju lantai dasar, melihat ruang tengah, dapur dan lainnya.

“Bagaimana Sayang?” Tanya Jeno.

“Nanti jika kau merasa kurang setuju, kau bisa mengatur ulang dekorasi rumahnya” Lanjut Jeno.

THE TRAPS [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang