Pawn

8.7K 1.2K 131
                                    

Jaemin hanya menikmati makan malamnya dengan diam bersama Mingyu dan Ayah, meski sesekali matanya melirik ke arah sang kakak yang duduk di depannya.

Keduanya tak saling bicara selepas itu, Jaemin menangkap kekecewaan yang mendalam pada Mingyu. Mungkin dia akan biarkan Mingyu tenang lebih dulu, baru akan membicarakannya lagi.

Ayah hanya menatap kedua putranya bergantian, merasakan aura dingin menusuk tulang serta ketegangan di antara keduanya.

“Kalian bertengkar?” Tanya Ayah menyela santap malam mereka.

Lagi, Jaemin hanya bisa tertunduk sedangkan Mingyu bertahan dengan raut wajah datarnya. Dia masih asik menyantap makan malamnya seolah tak menggubris sama sekali perbincangan sang Ayah.

“Kau tidak biasanya sedingin itu dengan adikmu?” Tanya Ayah menuntut ke arah Mingyu.

“Aku selesai. Aku ada pekerjaan Ayah” Ucap Mingyu menyudahi acara makan mereka.

Jaemin menghela nafas berat saat mendengar decitan suara kursi. Dia tak berani menatap sang Kakak yang beranjak lebih dulu dari meja makan. Ayah kemudian menatap Jaemin yang hanya bisa mengulum bibirnya, sudah tak bernafsu lagi menyantap makan malamnya.

“Aku akan bicara dengannya nanti Ayah. Ini hanya kesalahpahaman kecil” Jawab Jaemin dengan suara seraknya.

“Malam ini kau menginap?” Tanya Ayah yang kemudian di angguki oleh Jaemin.

Jaemin meletakkan sumpitnya di sebelah mangkuk, lalu ia pun beranjak untuk naik ke lantai dua di mana kamarnya berada. Menyisakan Ayah yang hanya bisa menghela nafas melihat kedua putranya saling diam dan dingin.

Tak ada yang bisa Jaemin lakukan di kamarnya, kemarahan sang kakak terus membuat pikirannya kacau dan berantakan. Pada akhirnya dia keluar dari kamarnya dan mencari sang kakak.

Dia lihat Mingyu hanya diam di ayunan taman belakang. Dengan ragu dia menghampiri sang kakak yang tampak melamun.

“Hyung...” Panggil Jaemin lirih.

Mingyu tersentak saat mendengar suara sang adik, dia menoleh ke belakang dan melihat Jaemin berdiri di sana seolah ragu menghampirinya. Mingyu sendiri masih merasa canggung untuk bicara lagi dengan Jaemin.

“Ada apa?” Tanya Mingyu.

Merasa mendapat respons dari sang Kakak, Jaemin lantas beranjak mendekat. Dia naik ke ayunan dan duduk di depan Mingyu. Kecanggungan langsung menyelimuti keduanya, padahal mereka tak pernah seperti ini sebelumnya.

Jaemin tertunduk saat Mingyu menatapnya lekat bak menyelami dan melucuti dirinya. Kedua jemarinya bertaut dan tampak gelisah. Sedang sang kakak hanya bisa mengulum senyum kecut yang teramat tipis melihat sang adik.

Sakit rasanya.
Dia lupa bahwa Jaemin sudah sangat dewasa, sudah bukan adik kecilnya lagi. Pria itu sudah mendesah di bawah seorang pria dan mengerti apa itu surga dunia. Apakah dia terlalu memperlakukan Jaemin seperti bayi? Mengapa kecewa rasanya mengetahui bahwa Jaemin dan Jeno sudah melakukan hubungan itu.

Bukan karena dia menginginkan tubuh Jaemin. Tidak.
Dia masih melihat Jaemin seperti Jaemin yang pertama kali ia temukan. Rapuh dan polos.

“Aku minta maaf, Hyung. Aku tahu tindakanku sangat kelewatan” Ucapnya masih dengan kepala tertunduk penuh penyesalan.

“Kau mencintai dia?” Tanya Mingyu dan lagi pertanyaan itu terlontar dan Jaemin dengan cepat menggeleng.

“Aku tidak mencintainya, sedikit pun. Aku melakukan ini untuk menjeratnya. Karena hanya dengan itu, aku bisa mendapatkannya dengan mudah. Bukan juga aku tak percaya semua kerja kerasmu bertahun-tahun, Hyung” Jelas Jaemin panjang lebar.

THE TRAPS [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang