Talk

10.2K 1.3K 234
                                    

Jeno masuk ke dalam kamarnya dengan wajah lesu, dia lirik jam dinding di kamarnya di mana waktu menunjukkan pukul setengah satu dini hari.

Sudah seminggu sejak Jaemin pergi dari rumah, dia terus seperti ini. Menyibukkan diri di kantor agar tak merasa sepi saat pulang ke rumah. Dan saat pulang pun, dia akan langsung tidur agar tidak terlalu memikirkan Jaemin.

Dia benar-benar seperti tak memiliki tujuan hidup sekarang.

Pagi ini, seperti biasa dia melangkah dengan malas menuju meja makan. Sarapannya sudah tersaji di sana dan dengan tak bersemangat dia menyantapnya.

“Tolong hubungi sekretarisku dan minta untuk menghandle seluruh jadwalku” Titah Jeno pada maid yang berjaga di ruang makan.

Jeno menarik nafas dalam, melihat menu sarapan yang entah mengapa membuatnya tak berselera. Dia hanya meneguk kopinya lalu beranjak dari sana. Maid yang melihat ikut menghela nafas, karena sudah ke sekian kalinya Jeno tak menyentuh makanannya sejak Jaemin pergi.

Jeno masuk ke dalam kamarnya karena tak tahu mau melakukan apa. Dia duduk di tepi ranjang dan menatap berkas gugatan cerai Jaemin yang masih terletak di sana. Dia baca lagi berkas itu seraya mengingat segala kisahnya dengan Jaemin.

Lagi dan lagi dia di rundung kebimbangan.
Terkadang dia merasa marah, lalu merasa begitu merindukan Jaemin, atau merasa sakit hati dan benci karena di bohongi, lalu takut kehilangan.

Akibat Jaemin yang terlalu sering memanipulasi perasaannya membuatnya tak bisa menentukan sebuah keputusan. Dia selalu ragu ketika hendak memilih.

Jika dia bercerai, bagaimana Jaemin? Bagaimana perasaannya? Dia mencintai Jaemin.

Tapi jika dia bertahan, dia seperti orang bodoh. Bahkan Jaemin mengatakan setelah semua ini, tak sedikit pun dia merasakan cinta pada diri Jeno.

Jeno letakkan lagi berkas itu di atas nakas dan memutuskan berbaring, dia dekap bantal yang biasa Jaemin gunakan dan memeluknya seraya memejamkan mata, membayangkan dia mampu menghirup aroma Jaemin yang memabukkan.


🐇🐇🐇


“Good Morning, Sir” Sapa Lino yang kemudian di angguki oleh Jaemin.

“Kau sudah menghubungi Bangchan?” Tanya Jaemin.

“Yes, Sir” Jawab Lino.

“Aku tidak masuk hari ini, jadi minta dia mengurus kantor”

“Apa Anda memiliki rencana di luar, Sir?” Tanya Lino.

“Yeah, Felix mengajakku untuk melihat casino miliknya yang baru saja di buka” Jawab Jaemin setelah dia menyeruput kopinya

“Sir, Tuan Besar mungkin akan marah jika Anda tidak mengubah kebiasaan Anda” Tutur Lino

“Calm Down, Lino” Sahut Jaemin dengan senyum.

“Aku baru seminggu di sini. Aku masih merindukan Sydney jadi aku ingin menikmatinya dulu sebelum kembali bekerja” Lanjut Jaemin yang kemudian di angguki oleh Lino.

Setelah urusannya selesai, Lino pun pamit untuk ke ruangannya dan melanjutkan pekerjaannya. Sedang Jaemin langsung menyambar ponselnya di sebelah piring dan mencari kontak Taeil untuk di hubungi.

“Halo Tuan” Sapa Taeil.

“Apa berkas perceraian sudah naik ke pengadilan?” Tanya Jaemin.

“Sampai hari ini, Presdir Lee belum menandatangani berkasnya, Tuan” Jawab Taeil membuat alis Jaemin bertaut.

“Sudah kau periksa?”

“Akan saya kabari lengkapnya, Tuan”

“Baiklah” Jawab Jaemin malas.

THE TRAPS [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang