Jaemin memandangi layar ponselnya menunggu panggilan masuk dari sang suami, kemudian dia lihat jam dinding di kamarnya di mana waktu menunjukkan pukul delapan malam, maka di Korea sekarang seharusnya jam tujuh malam.
Apa yang di lakukan suaminya di jam ini?
Ia putuskan membuka kontak dan mencari nomor yang bisa ia hubungi untuk mencari tahu tentang Jeno hingga akhirnya dia menghubungi Winter.“Halo, Presdir. Ada apa?” Sapa Winter dengan suara khasnya.
“Bisa kau hubungi kekasihmu dan tanyakan apakah Presdir Lee masih di kantor?” Pinta Jaemin.
“Oh, baiklah Presdir” Sahut Winter lembut.
Jaemin menghela nafas sembari meletakkan ponselnya kembali pada ranjang di sampingnya berbaring. Jatuhkan lagi kepalanya pada bantal dan memikirkan Jeno. Beberapa menit berlalu, dia menerima pesan bahwa Jeno masih di kantor.
Sebenarnya cukup membuat Jaemin lega, tapi tetap saja mengapa sejak siang suaminya itu belum menghubunginya.
“Sshh ini tidak bisa di biarkan” Umpat Jaemin.
Dia kemudian meraih ponselnya lagi, dia putuskan memesan tiket penerbangan menuju Korea secara online. Sehingga besok pagi dia bisa langsung berangkat.
Jaemin putuskan beranjak menuju ruang ganti, menyiapkan barang-barangnya untuk pulang besok. Dia biarkan Jeno sibuk dengan pekerjaannya. Setelahnya dia pun memutuskan istirahat.
Namun sampai di jam satu dini hari, dia masih terjaga dan tampak gelisah, dia berbaring tak menentu, kadang miring kanan, lalu miring kiri, kemudian berputar bak jarum jam hingga kini ranjangnya sudah berantakan.
“Apakah aku harus ke Korea?” Jaemin bertanya-tanya.
“Hah tidak” Sahutnya menggelengkan kepalanya ribut.
“Aku terlalu terburu-buru. Bagaimana jika nanti aku di kecewakan. Baiklah, setahun atau dua tahun semuanya akan baik-baik saja. Lalu hingga lima atau enam kemudian tahun-tahun berikutnya apakah masih sama? Bagaimana jika dia bosan? Dia sudah pernah bosan pada suaminya dan semudah itu mereka berpisah” Oceh Jaemin.
“Aku harus membatalkannya” Gumamnya seraya meraih ponselnya.
“Tapi bagaimana jika dia ternyata tulus? Dia sudah menjemputku ke sini. Dia bahkan tidak membenciku atau tidak marah setelah mengetahui semuanya...” Lirih Jaemin.
“Seungmin juga bilang bahwa dia sangat mencintaiku, benarkah? Benarkah dia begitu mencintaiku?” Jaemin bertanya-tanya seraya memikirkan Jeno dengan segala kisah mereka, mencoba menerka apakah itu cinta atau bukan.
“Ya sudah, aku akan berangkat besok” Sahutnya mantap.
“Aaaaah kepalaku pusing” Racau Jaemin seraya menggaruk kepalanya frustrasi, dia kembali berguling ke sembarang hingga akhirnya dia lelah dan terlelap.
Matahari pun naik menyinari dunia, membangunkan seluruh insan untuk kembali berjibaku dengan aktivitas harian mereka termasuk Jaemin. Pria itu sudah rapi pagi ini, bersiap untuk terbang kembali ke Korea.
Langkah kakinya saat menapaki anak tangga terhenti kala mendengar denting notifikasi pesan. Dia dapati pesan dari suaminya. Membacanya membuatnya berdecih.
“Cih, giliran tidak akan ku balas” Sungut Jaemin menatap ponselnya marah.
Dia pun melangkah menuju meja makan dan mulai menyantap sarapannya, sebelum berangkat, dia pun berpamitan pada para juru masak dan pelayan, dengan haru dan Isak tangis pelayan wanita, begitu pula Jaemin. Mereka pasti akan merindukan lagi Jaemin yang suka mengomel pagi-pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRAPS [NOMIN]✓
Fanfic[COMPLETED] Ketika korban menjadi pelaku. Ini adalah Jaemin dan ambisinya Inspired by Korean drama "The Glory" BXB AREA! M-PREG! NOT CHILD AREA. Update rank #1 jaemin (04/04/2023) #1 boyslove (04/04/2023) #7 bxb (21/04/2023) #3 jenjaem (03/06/2023)