Goodbye

10.8K 1.3K 101
                                    

Jaemin keluar dari kamar mengenakan kacamata hitam dan masker. Langkahnya terhenti saat tiba di depan Jeno yang baru saja selesai sarapan, pria itu menautkan alisnya seraya memandangi penampilan Jaemin.

“Kenapa pakai kacamata dan masker Sayang?” Tanya Jeno.

“Tidak apa-apa. Hanya ingin saja” Jawab Jaemin dengan datar.

Padahal itu hanya alasan untuk menutupi rasa malunya. Pria itu tak mampu menunjukkan wajahnya setelah dia sadar bahwa tadi malam dia mabuk dan mengoceh tidak jelas, berakhir ia di goda pagi ini oleh suaminya.

“Kau mau berangkat ke kantor?”

“Pikirmu?”

“Tidak bisakah kau cuti selama suamimu di sini?”

“Kau sudah bukan anak kecil lagi, kenapa harus di temani?”

“Sayang, pernikahan kita masih dua bulan. Masih begitu hangat, bukankah seharusnya masa-masa ini kita masih saling memberi cinta?” Tanya Jeno.

“Aku sibuk. Sudah ya, aku harus berangkat. Kalau kau ingin jalan-jalan, pergi dengan sopir” Sahut Jaemin mengalihkan pembicaraan.

Dia pun akhirnya melangkahkan kakinya untuk keluar dari rumah, meninggalkan Jeno yang hanya bisa menghela nafas karena Jaemin tak mendengarkan bujukannya.

🐇🐇🐇

Jaemin melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah setelah menyelesaikan pekerjaannya di kantor. Netranya menatap seisi rumahnya dan tak menemukan Jeno, dia lantas menoleh ke belakang di mana pelayan berjalan mengekorinya.

“Di mana Jeno?” Tanya Jaemin.

“Ada di belakang, Sir” Jawab pelayan.

“Bersama para chef lagi?” Tanya Jaemin sengit.

“Tidak, Sir. Tadi sedang berbincang dengan seseorang di telepon” Jawab pelayan wanita itu.

Alis Jaemin bertaut mendengar jawaban pelayan wanita itu, setelahnya sang pelayan pergi merasa tak ada lagi yang bisa ia kerjakan.

Jaemin putuskan untuk mandi lebih dulu, namun seusai mandi, saat ia turun belum juga melihat suaminya. Lantas ia putuskan untuk melihat ke halaman belakang. Di sana dia dapati suaminya tengah berdiri di tepi kolam seraya berbincang dengan seseorang lewat telepon.

“Dia sudah seperti itu sejak tadi, siapa yang ia hubungi sebenarnya?” Gumam Jaemin bertanya-tanya.

Alisnya bertaut menunjukkan wajah penuh keingintahuan saat melihat cara sang suami berbicara dengan seseorang di telepon, satu tangannya masuk ke dalam saku celana pendeknya, kaki kanannya sibuk menendangi air kolam dan dia tersenyum sepanjang pembicaraan.

“Apa yang mereka bicarakan?” Gerutu Jaemin.

Pria itu memutuskan berdiri di balik dinding dengan menyembulkan telinganya, mencoba mendengarkan pembicaraan sang suami.

“Sshh bicara apa sih? Pelan sekali” Gerutu Jaemin.

Jeno tersenyum seraya memandangi layar ponselnya selepas berbincang dengan Mark dan Guanlin. Baru saja kakinya hendak melangkah masuk, dia melihat daun telinga dan ujung pakaian di balik dinding. Bibirnya lantas mengulum senyum menduga bahwa itu suaminya.

Tingkah Jaemin memang selalu ada- ada saja.

Jeno melangkahkan kakinya, berdiri di balik dinding seraya mengintip sang suami.

“Huh, kenapa tidak dengar?” Gumam Jaemin.

Mendengar kalimat lirih suaminya membuat Jeno menutupi mulutnya dengan kepalan tangan, meredam agar tawanya tak pecah. Dia kemudian mendekatkan wajahnya ke telinga Jaemin.

THE TRAPS [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang