12. Klawu
"Habis ngapain?" tanya Antha, heran melihat Jena masuk rumah dengan muka cemong bekas oli. Ia berjalan menghampiri si gadis lalu mengusap noda hitam di pipi dengan penasaran. "Ini apaan?"
Jena berdekhem salah tingkah, menunduk malu-malu sambil mundur menjauh. "Habis ngecek mobil kamu," katanya. "Udah nggak apa-apa. Bisa di pakai kerja lagi hari ini," lanjutnya.
"Ngecek mobil?!" ulang Antha kaget. "Selain manjat atap dan benerin pipa air, kamu juga paham dunia perbengkelan?"
Jena mengangguk lugu. "Sedikit."
Kejutan lain dari seorang Semesta Jainari Sutedja.
Jika dulu, Antha hanya tahu bahwa Jena mahir dalam urusan gebuk-menggebuk dan buruk sekali dalam hal memasak, kini semua rahasia tentang gadis itu mulai tersingkap. Satu persatu terbuka dengan sendirinya.
Jadi, pasca keluar dari rumah sakit bulan lalu, Jainari berhasil merubah total sudut pandang Anthariksa tentang anak orang kaya yang jatuh bangkrut. Jujur, saat menawarkan Jena bekerja dengannya di awal mereka bertemu, Antha tak banyak berharap. Ia hanya ingin sedikit meringankan beban gadis itu supaya nanti, ia bisa menempati rumahnya lagi tanpa merasa berhutang pada siapapun. Dalam otak Antha, Semesta Jainari Sutedja hanyalah sedikit dari banyaknya anak konglomerat yang hidup tersembunyi, yang kemudian punya nasib buruk karena kerajaan bisnis keluarganya hancur. Di bayangannya pula, Jena hanya seorang gadis manja yang gemar foya-foya serta suka membuat keributan demi mencari perhatian. Maka dari itu, Antha tak kaget sama sekali saat mengetahui seberapa buruk skill memasak gadis itu. Ia maklum.
Tapi ... Apa-apaan ini?
Selepas sembuh, Jena jadi multifungsi! Ajaib sekali!Dua minggu lalu, Antha ingat sekali, ia shock bukan main saat melihat Jena nangkring diatas atap rumah yang merupakan bangunan lantai dua, tanpa sedikitpun pengaman dan dengan santainya membersihkan kotoran diatasnya.
Seminggu berselang, Antha kembali dibuat terpana saat pulang kerja dan mendapati Jena tengah sibuk memperbaiki pipa air yang mampet dengan tampang luar biasa kalem. Anehnya, semua pekerjaan anak ini selalu sempurna! Ia sudah macam tukang profesional yang sekali datang butuh waktu tunggu cukup lama. Antha yang lelaki saja tak pernah melakukan hal-hal begitu. Bagaimana bisa gadis pendek dan emosian ini mampu?"Jujur sama aku," Antha memegangi kedua bahu Jena dengan mata menyipit serius. "Kamu ini apanya doraemon?"
Jena mendengus, membalas sebal. "Aku dulu suka belajar hal-hal random pas lagi gabut," katanya. "Aku suka main sama tukang kebun dan pakde yang bantu di rumah, jadi kadang-kadang, aku juga ikut bantu beresin hal-hal begituan bareng mereka," akunya malu-malu. "Kalau soal mobil, dulu Gamael suka banget sama dunia otomotif. Aku sering diajak belajar bareng jadi ngerti dikit. Kebetulan, aku anaknya cepet paham."
Antha menyipit tak yakin. "Tapi masakanmu dari dulu masih gitu-gitu aja, tuh. Sejauh ini, belum ada satupun yang layak untuk di konsumsi." Ia tak mengejek, sumpah. Ini adalah fakta. "Kursus masak mahal-mahal aja nggak ada efeknya sama sekali."
"Manusia kan harus ada kurangnya!" sembur Jena galak. Kumat lagi sifat bawaannya. "Kalau terlalu sempurna nanti mati muda!"
Antha ketawa pelan, memencet hidung Jena sambil lalu. Mengabaikan si gadis yang misuh-misuh sebal sambil mengusap hidung.
"Serius ya, Anthariksa! Tangan kamu bau tai!"
"Emang habis berak tadi," jawab Antha jahil. Duduk di meja makan sambil mengamati Jena yang lari ke wastafel, mencuci wajahnya dengan buru-buru. "Dahlah, nggak apa-apa. Itu vitamin namanya."
"Jorok!" teriak Jena murka. "Nggak ada bagus-bagusnya jadi manusia!"
"Kalau kebagusan nanti cepet mati," balik Antha sambil membuka sebungkus nasi di meja. Bersiap sarapan. "Duduk situ, temenin makan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anggrek api dan Mata ketiga
RomanceDendam kesumat membara di dadanya. Bagai api yang berkobar tak tahu arah, melalap segala hal yang lewat tanpa kecuali, si anggrek api berjalan menyusuri setiap jengkal tempat dan orang-orang yang konon katanya menjadi penyebab keluarganya hancur sed...