32. Matengga
Ia melompati meja lantas melayangkan tinjunya ke rahang, sukses membuat lelaki yang tadinya duduk tenang menonton pertandingan di ring kecil itu terjerembab ke lantai. Memecahkan keributan di dalam tempat hiburan itu seketika.
Pertandingan terhenti, musik kencang yang tadi terdengar melengkapi gegap ruangan itupun menghilang saat itu juga.
Jerit beberapa perempuan yang tadinya menari diatas meja tak jauh darinya melengking, diikuti huru-hara susulan sebab para pengunjung berebut ingin keluar."Anthariksa?" Rangga mengerjap kaget. Lelaki itu berseru panik, memanggil para bodyguard untuk meminta bantuan, sedang kedua tangannya bergerak sigap, mencoba menahan kepalan tangan Antha yang kembali menyasar wajahnya. Namun sayang, tenaganya tak sebanding dengan Prambudi ketiga ini hingga ia harus lapang dada menerima pukulan itu lagi. Bertubi-tubi sampai darah segar merembes di sudut bibir. Membuatnya merintih pelan, berakhir terlentang tidak berdaya.
Ada beberapa bodyguard yang hendak melerai ketika di sisi lain Leonard bergerak menghadang. Menantu bungsu Prambudi itu mengangkat kursi dan menghantamkannya ke pundak para bodyguard hingga pecah, tak membiarkan para cecunguk itu menginterupsi amarah kakak iparnya yang tengah meledak tak karuan. Didorongnya sebagian orang lagi dengan tangan kosong sambil sesekali melirik Anthariksa yang kini menarik kerah kaos Rangga untuk diseret keluar.
Tak ada basa-basi lagi malam itu. Ia sudah terlalu bersabar beberapa hari belakangan. Semua usaha baiknya terpental begitu saja karena biadap satu ini selalu punya jawaban untuk mengelak dari segala tuduhan.
Pertama, penyerangan atasnya dua malam lalu.
Anthariksa nyaris mati apabila Leon tak datang tepat waktu dan menahan mata pisau yang hendak menikamnya dari belakang saat ia sibuk melawan. Ibarat kucing, bisa jadi saat ini nyawanya tinggal satu karena kesempatan hidup yang lain sudah habis ia gadaikan untuk orang-orang tak punya otak yang hobi mengejarnya.
Saat berhasil dibekuk, para preman itu mengaku berasal dari Mudiharjo, tapi pihak Mudiharjo menyangkal dengan mengatakan, mereka tak kenal satupun diantara preman-preman tersebut dan balik mengancam akan melaporkan mereka atas tuduhan pencemaran nama baik.Kedua, distribusi gudang yang juga turun disini.
Beberapa alasan yang membuat Anthariksa mencurigai keterlibatan Mudiharjo dengan gudang adalah banyaknya nama Rangga saat ia menggeledah ruang kerja rahasia disana. Antha yakin mereka pasti terlibat dalam bisnis gelap itu, sebab ia juga menemukan aliran dana yang tertuju untuk Mudiharjo dalam jumlah serupa setiap bulan.
Tapi seperti halnya tuduhan pertama, mereka juga menyangkal lagi dengan mengatakan, tak tahu apa-apa soal gudang apalagi narkoba.Ketiga, Anthariksa mendadak dilarang masuk ke tempat hiburan ini karena alasan pribadi.
Karena itulah, ia harus menyelinap diam-diam dari atap bersama Leon hanya demi melihat orang-orang bodoh ini bertarung di ring tinju dengan mempertaruhkan sejumlah uang. Sungguh bukan pemandangan yang menarik melihat lelaki kurus tak berdaya di hajar habis-habisan oleh bodyguard Mudiharjo yang kekar. Pertandingan apapun yang mereka lakukan disini tak pernah sesuai dengan moralitas manusia.
Bukannya naif. Antha tahu ini memang bisnis. Toh, iapun punya beberapa tempat hiburan malam sejenis ini di Jakarta dan Bali, tapi bukan menyiksa manusia dan berjualan narkoba konsepnya! Tidak ada satupun dalih yang bisa dijadikan pembenaran atas tindak kejahatan yang terjadi di Mudiharjo.
Orang-orang licik macam ini memang tak bisa diajak bicara tenang. Jadi satu-satunya cara yang tersisa di kepalanya saat ini adalah melakukan konfrontasi secara terang-terangan. Meski ia sadar, akan ada dampak negatif mengejar dibelakang. Anthariksa tak peduli. Tingkat kesabarannya sudah dikuras habis begitu mendengar bajingan ini menyebut nama Jainari beberapa detik lalu dengan kalimat seperti,
KAMU SEDANG MEMBACA
Anggrek api dan Mata ketiga
RomantizmDendam kesumat membara di dadanya. Bagai api yang berkobar tak tahu arah, melalap segala hal yang lewat tanpa kecuali, si anggrek api berjalan menyusuri setiap jengkal tempat dan orang-orang yang konon katanya menjadi penyebab keluarganya hancur sed...