Hai!
Jika kamu menemukan lalu membaca cerita ini, artinya itu bukanlah hanya sebuah kebetulan.
Tuhan ingin kamu dapat mengambil makna baik yang terselip dari cerita ini.
Happy reading!
Hope you like it!
***
"Tolong hidup lebih lama"
***
Hidup dan mati.
Banyak hal yang terjadi dengan analogi bak dua sisi koin yang berbeda. Pun sama halnya tentang kehidupan serta kematian. Antara hidup dan mati memiliki perbedaan alamiah yang cukup jelas. Lalu baik hidup atau mati adalah siklus peristiwa yang berlaku untuk semua makhluk tanpa terkecuali. Sebab tiap-tiap yang bernyawa kelak akan tak bernyawa.
Namun, siapa sangka jika ternyata di negeri fana ini justru banyak manusia hidup yang tidak benar-benar hidup? Lebih jelasnya perihal mereka yang menderita dan merasa asing dengan kehidupan mereka sendiri hingga seolah merasa sudah mati. Jiwa yang tak mempunyai lagi gelora, hasrat, dan rasa. Terlampau hebat luka yang bersarang di batin mereka sampai berpengaruh terhadap kondisi kesehatan mental.
Seorang gadis muda berkalung kupu-kupu biru melangkahkan kakinya masuk ke sebuah ruangan serba putih dengan cahaya minim yang merupakan salah satu kamar inap untuk pasien di Rumah Sakit Jiwa Kita Sehat. Sejenak Azura hanya terdiam memandangi dari arah samping seorang pasien yang tengah terduduk di atas kursi dengan mengarah ke arah jendela. Terlihat pasien itu sedang asyik bermain boneka, meskipun sebenarnya usianya sudah menginjak setengah abad.
Azura kemudian bersuara yang memecah keheningan, "Ibu..."
Tidak ada jawaban. Tyas mendengar, tapi tidak menghiraukan Azura. Wanita paruh baya itu masih sibuk dengan kegiatannya bermain boneka diiringi celotehan riang seolah mengajak benda mati itu berbincang yang Azura sendiri tidak mengerti. Hati Azura teriris ketika melihat pemandangan menyedihkan yang berada di hadapannya.
Wajah Ibunya yang tampak semakin memucat dan tubuh semakin mengurus seiring berjalannya waktu. Namun, dibanding kesehatan fisik, ada yang lebih dikhawatirkan Azura perihal kondisi Ibunya ini. Azura cemas pada kesehatan jiwa sang Ibu yang tidak menunjukan signifikan meskipun sudah menjalani perawatan mental sejak 13 tahun terakhir.
"Azura datang, Bu."
Masih sama seperti sebelumnya. Tak ada satu pun kata yang keluar dari mulut Ibu Tyas untuk menimpali ucapan Azura. Bahkan hanya sekedar menoleh pun tidak. Entah tidak tahu atau memang kehadiran Azura tidak digubris oleh Ibu Tyas.
Azura mengubah posisinya dari berdiri menjadi berjongkok dan membuka suara tanpa peduli tidak dihiraukan oleh Ibunya, "Apa Ibu baik-baik aja di sini? Apa Ibu bermimpi buruk? Apa Ibu kesepian? Azura dengar dari Dokter dan Perawat di sini jika kemarin malam Ibu sempat memberontak lagi. Ada apa, Bu? Apa yang menganggu pikiran Ibu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Trauma ; Luka Negeri Fana
RomanceSagara adalah samudra dan Azura adalah bumantara. Jika Sagara tercipta dari riuhnya ombak menderu, maka Azura tercipta dari kelamnya awan kelabu. Mereka adalah laut dan langit yang dipertemukan atas kuasa skenario semesta untuk mengukir keindahan ;...