Sagara adalah samudra dan Azura adalah bumantara. Jika Sagara tercipta dari riuhnya ombak menderu, maka Azura tercipta dari kelamnya awan kelabu.
Mereka adalah laut dan langit yang dipertemukan atas kuasa skenario semesta untuk mengukir keindahan ;...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Ada pertanyaan-pertanyaan yang disimpan Sagara perihal kehidupan yang sedang dijalaninya sekarang ini. Pertanyaan tentang bagaimana caranya mendefinisikan dirinya sendiri, tentang mimpinya, tentang filosofi kehidupannya, dan masih banyak pertanyaan lainnya yang sedang Sagara cari jawabannya.
Dari sekian banyak pertanyaan itu, ada satu pertanyaan yang sekarang tengah Sagara benar-benar tekuni untuk terjawab. Pertanyaan perihal 'bagaimana agar dia bisa bertahan di tengah lika liku luka kehidupan ini?'. Karena bertahan sudah berarti kuat, dan kuat berarti Sagara sudah berhasil membangkitkan jiwanya yang sempat mati ditikam trauma. Andaikata Sagara mampu menemukan jawaban itu, maka kelak Sagara bisa dengan mudah mencari jawaban dari ribuan pertanyaan kehidupan lainnya yang selama ini bersemayam di kepala.
Pertanyaan itu pula yang membuat takdir mengambil peran untuk menghantarkan Sagara bertemu dengan Azura. Sosok gadis yang selalu manis dilihat dari sisi mana pun. Entah dari ucapannya, senyumnya, atau bahkan harum buah cherry yang menguar dari tubuhnya. Seorang anak manusia dengan sejuta kebaikan hati yang ingin membawa Sagara pada kesembuhan.
Syarat yang diajukan Azura tadi dilakukan oleh Sagara dan sekarang laki-laki itu sedang berada di dalam Toko Dapoer Eyang. Kini Sagara sedang duduk di kursi yang berada tepat di sisi jendela kaca besar dan menunggu kue pesanannya datang. Toko Dapoer Eyang didesain ala kafe karena juga menjual minuman sebagai pelengkap kue sehingga tersedia meja dan kursi dengan desain minimalis untuk dipakai para pelanggan jika ingin menyantap kue serta minuman yang mereka beli di toko.
Sedangkan Azura tengah sibuk melayani pembeli. Gadis terlihat sudah memakai celemek berwarna coklat khas pegawai Toko Dapoer Eyang.
"Kue macaroon, lapis legit, churros, pretzel, dan segelas kopi pesanan atas nama Sagara," ujar Adam berseru riang sembari memindahkan kue-kue dan segelas kopi dari nampan ke atas meja.
Sagara menatap jengah kue-kue yang berada di atas meja di hadapannya, "Perasaan gue cuma pesan kopi. Tapi, kenapa sekarang jadi banyak kue kayak gini?"
Adam menunjuk ke arah Eyang Soetomo yang berada tak jauh dari sana, "Karena kamu teman Azura, Eyang memberi ini semua secara gratis."
Sesaat Sagara melirik ke arah seorang pria tua berjanggut putih yang tengah memandanginya dan melemparkan senyum.
"Tapi, tetep aja gue nggak suka makanan manis," desis Sagara pelan hampir tidak terdengar.
Sagara menyerenyit ketika Adam mengulurkan tangannya seperti mengajak untuk bersalaman, namun juga terlihat sedikit takut dan menghindari kontak mata, "Teman Azura itu teman Adam juga. Perkenalkan nama aku Adam. Aku lahir tanggal 31 Desember 2002 dan sekarang aku berumur 20 tahun. Aku pengidap sindrom asperger yang termasuk dalam spektrum autisme. Tapi walaupun autis, aku mandiri dan punya keahlian dalam membuat kue, melukis, dan bermain piano. Senang bisa berkenalan dengan kamu"