Sagara adalah samudra dan Azura adalah bumantara. Jika Sagara tercipta dari riuhnya ombak menderu, maka Azura tercipta dari kelamnya awan kelabu.
Mereka adalah laut dan langit yang dipertemukan atas kuasa skenario semesta untuk mengukir keindahan ;...
Biarpun banyak kekurangan dalam ceritanya, butuh perjuangan buat nulisnya.
Mohon dukungannya ya!^^
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Lelaki itu menggerakan jemarinya pelan dan membuka mata yang terasa amat berat. Cahaya lampu mulai menerobos netranya dan aroma obat-obatan kian menyengat. Sejenak Sagara terdiam dan kembali teringat dengan peristiwa mengancam nyawa tadi pagi. Hal terakhir yang diingat Sagara adalah kondisi buruk ketika dirinya sedang mengalami serangan panik akibat terjebak di dalam elevator dan ditenangkan oleh seorang gadis asing.
Lalu Sagara juga ingat ketika elevator berhasil diperbaiki oleh teknisi dan semua orang yang di dalam elevator berhasil diselamatkan. Setelahnya Sagara tak ingat lagi ketika beberapa saat setelah keluar dari elevator karena pingsan.
Pandangan Sagara berpendar dan menyadari jika dirinya sedang berada di rumah sakit. Selanjutnya pandangannya berhenti pada sosok Azura yang kini tengah berdiri di samping ranjang dan juga tengah memandanginya. Tampak raut wajah Azura berbinar senang melihat Sagara yang sudah sadarkan diri.
Dalam beberapa detik, Sagara hanya terdiam menatap paras cantik nan manis Azura yang rasanya semakin terlihat jelita ketika bibirnya membentuk lembayung. Masih teringat jelas oleh Sagara perihal pertolongan Azura saat terjebak di elevator tadi. Gadis itu memberi pertolongan yang ajaibnya bisa membuatnya merasa lebih tenang.
Tak lama setelahnya, ingatan Sagara terbuyarkan ketika suara Azura terdengar.
"Alhamdulillah Kakak sudah sadar," ucap Azura berucap syukur.
Lantas Sagara beranjak mengubah posisi menjadi duduk dengan bersandar di punggung ranjang dan berpendar ke arah sekitar seperti mencari sesuatu. Keberadaan Baron menjadi pertanyaan di benak Sagara sekarang ini. Lantas seolah tahu dengan jalan pikiran Sagara, Azura kembali bersuara.
"Oh ya, temen Kakak lagi ke luar tadi buat beli makan siang. Dia baik-baik aja kok dan nggak terjadi sesuatu yang berbahaya sama dia setelah terjebak di lift kampus tadi. Justru yang harus dikhawatirkan itu Kakak. Karena sesaat setelah berhasil keluar selamat dari lift, Kakak pingsan sampai harus dilarikan ke rumah sakit. Sekarang Kakak sudah merasa lebih baik, 'kan?" seloroh Azura dan terselip nada kekhawatiran.
Sagara hanya mengangguk singkat dengan pandangan masih menatap ke arah lain tanpa mau menatap kembali Azura yang berdiri di sisi kanannya. Dalam beberapa detik hanya ada keheningan. Hingga kemudian Azura berbicara dengan hati-hati dan sedikit ragu, "Kak, aku nggak bermaksud buruk. Tapi, aku cuma ingin nanya karena aku peduli. Apa Kakak sering mengalami serangan panik kayak tadi?"
Perkataan yang dimaksud Azura adalah perihal post traumatic stress disorder yang dimiliki oleh Sagara. Namun, pertanyaan Azura tidak mendapatkan jawaban dari Sagara. Azura terdiam sejenak berfokus merangkai kata yang baik untuk kembali mengajak Sagara berbicara.