Sagara adalah samudra dan Azura adalah bumantara. Jika Sagara tercipta dari riuhnya ombak menderu, maka Azura tercipta dari kelamnya awan kelabu.
Mereka adalah laut dan langit yang dipertemukan atas kuasa skenario semesta untuk mengukir keindahan ;...
Sagara kecil tak pernah tahu akan jatuh hati kepada siapa saat dewasa kelak. Sampai kemudian dia pun menapaki setiap momen dalam kehidupan yang dulu tak pernah sekalipun terlintas di pikirannya. Merasakan ketika Jasmine berhasil membuat hatinya berbunga-bunga sampai patah hingga sepatah-patahnya. Kehilangan Jasmine adalah duka yang harus dipilah sedemikian rupa sebab banyak orang menganggap jika dirinya tak pantas untuk berduka.
Sagara pikir akan berhenti percaya cinta sejak hari itu. Baginya, cinta seperti sekedar bualan semata yang tak berarti apa-apa. Lantas sebab kehilangan Jasmine pula membuat Sagara merasa tak pantas dicintai oleh siapapun. Dia tak yakin akan ada seorang gadis yang mau menerima kehidupannya yang rumit ini. Namun, ternyata takdir mempertemukannya dengan berhati tulus yang mau menerimanya apa adanya dan juga membantunya terlepas dari carut marut hidupnya ini.
Bersama Azura, Sagara diperkenalkannya pada banyak makna yang tak pernah dia tahu sebelumnya. Bahwa lambang semicolon memiliki makna tentang perjuangan melanjutkan hidup, bahwa bahagia yang dia anggap fana rupanya bisa menjadi nyata, bahwa kupu-kupu memiliki makna tentang perjalanan untuk mencapai sesuatu yang indah, dan masih banyak makna kehidupan lainnya.
Maka untuk membalas kebaikan itu, tak akan bosannya Sagara memperlakukan Azura dengan baik pula. Sebetulnya Sagara bukanlah orang yang pintar mengekspresikan rasa lewat kata-kata bualan manis, tapi setidaknya Sagara tahu mengekspresikannya lewat tindakan nyata. Seperti di hari Sabtu yang cerah ini, pagi-pagi sekali Sagara sudah datang ke Toko Dapoer Eyang untuk membantu. Atau lebih tepatnya menggantikan Azura yang memang memiliki kegiatan rutin membantu Eyang Soetomo.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lengkap dengan memakai celemek khas pekerja di toko ini, Sagara tampak dengan cekatan melakukan apapun yang dia bisa lakukan mulai dari menyambut pelanggan, membersihkan etalase dan kaca toko, sampai membantu seorang pelanggan yang membeli banyak sekali kue untuk dimasukan ke dalam mobil. Di sisi lain, Azura tengah duduk memperhatikan Sagara yang tampak sibuk dan kerepotan. Bukan Azura tidak mau dan tidak bisa membantu, tapi Sagara yang melarangnya untuk melakukan apapun.
Setiap kali Azura ingin membantu, berakhir Sagara yang menegurnya. Seperti contohnya saja sekarang ini. Ketika Azura hendak membuat kue di dapur, Sagara tiba-tiba saja muncul dan mengambil alih apa yang sedang Azura kerjakan.
"Lo diem aja, Azura. Semua pekerjaan lo hari ini biar gue gantiin," kata Sagara sembari pandangan dan tangannya fokus memasukan bahan-bahan kue.
"Emangnya Kak Sagara bisa?"
"Lo ngeremehin gue? Eyang udah ngajarin gue dan terbukti juga 'kan kue-kue yang gue bikin di minggu lalu juga sold out."