21. Candala Hukum Karma

131 24 3
                                    

hai!^^

happy weekend

happy weekend

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Dulu saat kecil yang Sagara tahu dari bentuk rasa sakit hanyalah luka fisik seperti cedera di lututnya karena terjatuh dari sepeda atau memar di dahi karena bertengkar dengan sepupunya perkara berebut mainan. Faktanya saat itu Sagara terlalu naif untuk berpikir jauh jika ternyata akan ada yang jauh lebih menyakitkan dari rasa sakit di fisik ; dan luka itu mengatasnamakan trauma di jiwa.

Sakit yang tak kasat mata ini begitu membelenggu dan terus menyiksa jiwa Sagara di setiap detiknya. Juga untuk menyembuhkannya tak bisa sesederhana seperti mengobati luka di fisik yang akan pulih setelah diolesi krim antibiotik atau ditutupi plester. Luka di jiwa tak berbentuk jelas dan bisa terlihat secara nyata, tapi entah kenapa rasa sakitnya begitu luar biasa. Karena rasa sakit berkepanjangan inilah yang membuat pola pikir terus bermunculan di otak Sagara dan bahkan membuatnya terus merasa rendah diri.

"Kenapa kamu bisa berpikir kalau kamu tak berharga?"

Pertanyaan yang dilontarkan Dokter Kamila membuyarkan lamunan Sagara. Kini Sagara sedang melakukan sesi konseling dengan psikiaternya itu di sebuah ruangan terapi yang tenang. Sagara duduk bersandar di sofa, sementara Dokter Kamila duduk di kursi single sembari sesekali menuliskan poin-poin penting dalam sesi konseling Sagara ini.

"Karena seperti itulah Sagara," ujar Sagara pelan menjawab pertanyaan Dokter Kamila tadi.

Dokter Kamila menatap Sagara lebih serius. Jawaban Sagara tadi terdengar sarkastik dan tersirat betapa besarnya candala yang sudah menguasai pemikiran lelaki muda itu.

"Apa ada jawaban lain? Kamu itu berharga, Sagara. Tolong pikirkan lagi dan ingat-ingat perihal apa dan bagaimana kamu merasa berharga. Saya yakin dalam hidup kamu, pasti ada seseorang atau momen dimana kamu merasa bahagia, walaupun itu hanya sebentar."

Hening. Dalam beberapa detik, Sagara hanya terdiam untuk sejenak berpikir mengikuti arahan Dokter Kamila.

Sampai kemudian Sagara kembali melanjutkan perkataannya dengan sorot mata kosong terarah ke depan sembari membayangkan sosok Azura, "Dok, sebenarnya ada seseorang yang membuat Sagara merasa berharga. Dia baik. Sangat baik. Tapi, Sagara sadar kalau Sagara nggak pantas diperlakukan baik oleh dia. Sagara pikir penderitaan yang selama ini Sagara rasakan adalah balasan setimpal atas kesalahan yang Sagara lakukan di masa lalu."

Lalu Dokter Kamila kembali membuka suara yang berisi nasihat, "Perasaan bersalah adalah emosi yang sangat normal terjadi pada manusia, tetapi ketika emosi tersebut menguasai kamu, inilah yang mengkhawatirkan. Kalau kamu terus berpikiran seperti itu, maka kamu tidak akan bertumbuh. Sebelumnya kamu bilang jika kamu ingin segera pulih dan hidup lebih lama. Namun, bagaimana kamu bisa memiliki kehidupan yang baik jika kamu saja tidak mencintai diri sendiri?"

Trauma ; Luka Negeri FanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang