"Hah!"
Lisa terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah-engah. Tubuhnya sudah basah dipenuhi oleh keringat. Dadanya terlihat naik-turun dengan cepat.
Mimpi buruk itu datang lagi dan mengganggu tidur Lisa. Ia menoleh sebentar ke arah jam dinding dan menemui bahwa ini masih pukul 3 dini hari. Terlalu pagi untuk seseorang bangun. Lisa berbalik menatap ke sisi sebelahnya. Beruntung pergerakannya tidak membangunkan Jennie. Dosen cantiknya itu masih tertidur dengan pulas menghadap ke arahnya.
Ya, sejak kejadian tadi siang, Jennie benar-benar tidak ingin meninggalkan Lisa. Bahkan gadis itu bersikeras untuk menginap di rumah Lisa, meskipun Lisa sudah melarangnya. Bukan apa-apa. Lisa hanya merasa tidak enak pada Jennie, karena rumahnya terlalu kecil dan tidak memiliki fasilitas yang lengkap. Lisa hanya takut Jennie tidak nyaman berada di rumahnya. Namun, gadis berpipi mandu itu tetap memaksa untuk menginap, membuat Lisa akhirnya menyerah juga dan mengijinkan Jennie untuk tinggal semalam.
Sepintas Lisa tersenyum dan menghembuskan nafasnya lega. Melihat wajah tenang Jennie saat tidur, membuatnya ikut merasa tenang. Karena merasa tenggorokannya kering, Lisa pun berinisiatif turun dari ranjangnya dan pergi ke dapur untuk minum.
Lisa mengambil gelas di rak, kemudian mengisinya dengan air putih. Gelas yang semula penuh, kini tandas tak bersisa, pindah ke dalam perutnya.
'Tekk'
Lisa meletakkan gelasnya di atas meja dapur cukup keras. Ia menghela nafasnya panjang. Lisa menatap kosong entah kemana.
Sampai kapan ia harus mengalami kesakitan dan ketakutan ini? Rasanya, Lisa benar-benar tersiksa dengan keadaannya sekarang. Setiap hari harus berperang melawan rasa sakit yang entah apa sebenarnya. Ia sendiri tidak tahu di bagian mana dirinya terluka, namun rasanya benar-benar menyakitkan. Lisa lelah, namun tidak tahu harus apa untuk meredakan semua rasa sakit yang ada. Ia ingin menyerah, tapi itu bukan keinginannya yang sebenarnya.
"Kenapa kau tidak tidur?"
Lisa tersentak saat merasakan sebuah tangan tiba-tiba melingkar di perutnya. Ia sedikit menoleh ke belakang dan mendapati Jennie yang tengah memeluknya dan menyandarkan tubuhnya pada Lisa.
Lisa berbalik dan menatap Jennie dengan lembut.
"Kau terbangun?"
Bukannya menjawab pertanyaan Jennie, Lisa malah balik bertanya dengan tangannya yang terulur untuk mengusap wajah Jennie.
Jennie mengangguk, kemudian menaruh kepalanya di dada Lisa.
"Aku menemukanmu tidak ada di sampingku, itu sebabnya aku mencarimu" ujar Jennie.
"Aku hanya pergi sebentar karena tiba-tiba haus" Lisa mengelus rambut Jennie perlahan.
"Jangan melakukan hal seperti tadi lagi. Aku takut. Aku tidak ingin kau terluka" pinta Jennie seraya mengeratkan pelukannya.
Lisa tidak menjawab apapun dan hanya menciumi puncak kepala Jennie beberapa kali, seolah ingin membuat Jennie terbuai dengan perlakuannya dan melupakan pembahasan mereka barusan.
Dan itu cukup berhasil. Buktinya, Jennie tidak mengatakan apapun dan justru menikmati pelukan serta ciuman yang Lisa berikan kepadanya. Gadis itu tampak nyaman dengan perlakuan Lisa.
"Hon, ayo kita tidur lagi? Ini masih terlalu pagi untuk memulai aktivitas" ajak Jennie.
"Jja, kita akan tidur lagi" Lisa mengurai pelukan mereka berdua dan menggandeng tangan Jennie untuk kembali ke kamar.
Lisa dan Jennie naik ke atas ranjang, lalu menyelimuti tubuh mereka dengan selimut tipis yang Lisa miliki dan saling memeluk satu sama lain di bawah selimut. Tidak ada aktivitas apapun. Hanya saling memeluk dengan tangan Lisa yang tidak berhenti mengusap punggung Jennie.

KAMU SEDANG MEMBACA
Healer [END]
Fanfiction"Kehadiranmu, salah satu bukti bahwa obat tidak selalu berbentuk pil" G!P 🔞