Pagi yang cukup cerah di ibukota Korea Selatan, Seoul. Jam masih menunjukkan pukul 6 pagi KST. Lalisa, atau orang-orang lebih sering menyebutnya Lisa, sudah berada di teras rumahnya, tengah mengikat tali sepatunya dengan benar. Ia memakai kaos oblong berwarna putih serta celana training pendek warna hitam.
Lisa berdiri dan melangkah ke arah sepeda yang sudah terparkir di halaman. Lisa menggantungkan topi hitamnya pada sisi stang, kemudian mulai mengayuhnya untuk meninggalkan rumah sederhana miliknya. Tujuannya pagi ini adalah taman kota, tempat dimana para warga menghabiskan waktu untuk olahraga pagi seperti jogging.
Tak sampai 15 menit, Lisa berhasil tiba di parkiran taman kota. Ia turun dari sepeda dan menggemboknya pada salah satu tiang terdekat. Memakai topi hitam kesayangannya sebelum akhirnya melangkah ke area jogging track.
Lisa menyumpal kedua telinganya dengan headset, sedikit melakukan pemanasan sebelum akhirnya ia mulai berlari mengelilingi area taman kota. Ia cukup berkonsentrasi saat sedang berolahraga. Tidak peduli dengan orang-orang yang berlalu-lalang di sekitarnya.
Hingga, kehadiran seseorang di dekatnya, cukup menyita perhatian Lisa. Ia bahkan sampai berhenti berlari dan tanpa sadar terdiam dengan pandangan mata yang tidak lepas dari orang itu. Seorang gadis dengan paras cantik, mengenakan jaket berwarna biru, berdiri tidak jauh dari posisinya.
Cantik.
Itulah kesan yang terlintas di otak Lisa saat ia melihat gadis itu.
Setelah mendapatkan kesadarannya kembali, Lisa langsung melangkah mendekati gadis itu.
"Lalisa Manoban" ia mengulurkan tangannya tiba-tiba.
Gadis itu hanya menatap tangan Lisa dan menaikkan sebelah alisnya.
"Kau terlihat cantik dan cukup menarik perhatianku. Mianhe, jika aku terkesan terlalu to the point. Hanya tidak ingin kehilangan kesempatan untuk berkenalan dengan seorang bidadari saja" Lisa tersenyum.
Sang gadis tampak ragu menerima uluran tangan Lisa dan masih menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Lisa pun menarik tangannya kembali dan menyemprotkan handsanitizer yang memang selalu ia bawa di dalam kantong celananya.
"Sudah bersih, dijamin bebas kuman" Lisa kembali mengulurkan tangannya.
"Bukan begitu, aku hanya-"
"Aku bukan orang jahat apalagi cabul. Niatku tulus untuk berkenalan dengan bidadari" sela Lisa.
Gadis itu menghela nafasnya pasrah.
"Jennie. Jennie Ruby Jane Kim" gadis itu akhirnya menjabat tangan Lisa.
"Wow! Sebenarnya aku tidak akan mencuci tanganku selama satu minggu setelah ini. Tapi banyaknya virus yang merebak akhir-akhir ini, ditambah aku masih cukup mencintai diriku sendiri dan belum jatuh cinta padamu. So, aku akan tetap mencuci tanganku nanti. Tapi aku tidak akan lupa dengan senyuman manis yang baru saja kau berikan padaku" kata Lisa.
Dahi Jennie berkerut, "Kapan aku tersenyum?"
Pasalnya dia memang tidak menunjukkan senyumnya sama sekali kepada Lisa.
"Kalau begitu, coba kau memberikan contoh padaku, bagaimana wajahmu saat tersenyum. Aku ingin melihatnya" titah Lisa.
Dengan polosnya, Jennie pun menunjukkan senyum miliknya.
"Nice! Aku tidak akan melupakan senyumanmu barusan"
Jennie terkekeh.
"Trik yang bagus" sarkas Jennie.
"Jangan tertawa!" ucap Lisa tiba-tiba, membuat Jennie menghentikan tawanya.
"Wae?"
"Suara tawamu terdengar merdu, membuat wajahmu juga semakin cantik. Jika nanti mereka melihat, aku takut mereka akan menyukainya, nanti sainganku akan bertambah banyak"
KAMU SEDANG MEMBACA
Healer [END]
Fiksi Penggemar"Kehadiranmu, salah satu bukti bahwa obat tidak selalu berbentuk pil" G!P 🔞