"Sayang?" panggil Jennie.
Lisa hanya berdehem karena mulutnya sedang penuh dengan nasi goreng buatan Jennie yang sengaja disiapkan untuk sarapan mereka berdua.
"Chiquita menghubungiku, katanya daddy sudah pulang ke rumah" ungkap Jennie.
Sejak pertemuan keduanya di rumah sakit, Jennie dan Chiquita memang saling bertukar kontak. Sesekali, mereka saling berhubungan untuk menanyakan kabar masing-masing, juga kabar Lisa.
Lisa mengangguk, "Aku sudah tau"
Lagi-lagi, Jennie cukup kaget melihat respon Lisa yang sangat datar jika sudah menyangkut berita tentang ayahnya.
"Kau tidak berniat pulang ke rumah?" tanya Jennie hati-hati.
"Rumah seperti apa yang kau maksud? Bangunannya atau orang-orangnya? Jika rumah yang kau maksud adalah sebuah bangunan, ini rumahku. Aku tidak perlu pulang kemana pun" kata Lisa.
Memang benar, saat ini mereka sedang berada di rumah Lisa. Rumah sederhana, namun berhasil Lisa dapatkan dengan hasil jerih payahnya sendiri.
"Jika maksudmu adalah orang-orang yang kuanggap rumah. Kau adalah rumahku dan kau sudah berada di sini bersamaku. Aku sudah pulang ke rumahku" lanjut Lisa sembari melahap satu sendok penuh nasi goreng ke dalam mulutnya.
Jennie seketika terdiam. Ia tidak berani berkomentar lebih jauh. Emosi Lisa masih belum stabil pasca kejadian kemarin. Jika Jennie tetap memaksa Lisa untuk pulang ke rumah daddy-nya, itu hanya akan semakin merusak suasana hati Lisa. Jennie tidak ingin itu terjadi.
"Selesaikan sarapanmu, kita akan ke kampus sebentar lagi" titah Jennie.
Lisa hanya mengangguk dan kembali fokus untuk menghabiskan nasi goreng kimchi miliknya.
"Biar aku yang membereskannya" Lisa bangkit dari posisinya dan mengambil piring dan gelas kotor bekas sarapan mereka.
"Ani, biar aku saja, sayang" tolak Jennie.
"Kau sudah memasak, sekarang giliranku yang membereskan ini semua. Tidak seberapa, baby. Lebih baik kau bersiap, aku kan tinggal berangkat saja" Lisa membawa piring dan gelas kotor ke tempat cuci piring, sekaligus mencucinya.
Sementara Jennie, menuruti perintah Lisa. Ia kembali ke dalam kamar untuk berdandan sebentar, karena tadi ia belum sempat memakai make-up. Ia memilih make-up yang tidak terlalu tebal. Yang penting masih bisa menjaga wajahnya tetap fresh dan tidak pucat. Jennie juga meraih blazer, kemudian memakainya. Rambut hitamnya dibiarkan terurai begitu saja. Ia sedang malas mengatur rambut, namun penampilannya tetap menawan.
"Kau sudah selesai, hon?" Jennie kembali menghampiri Lisa di dapur dengan sudah menenteng tas jinjing bermerk Chanel miliknya.
Lisa mengangguk, kemudian meraih tas punggung dan menggandeng tangan Jennie untuk keluar rumah.
"Kau akan mengajar di kelasku hari ini?" tanya Lisa, saat keduanya sudah masuk ke dalam mobil dengan Jennie yang berada di posisi kemudi.
Jennie mengangguk sembari memasang seatbelt-nya.
"Sesuai jadwal bukan? Aku akan mengajar di kelasmu hari ini" kata Jennie.
"Apa materinya?"
"Seperti yang sudah kusampaikan minggu lalu, sayang. Tentang lighting"
Lisa hanya mengangguk paham.
"Kau membawa kameramu?" Jennie menatap ke arah Lisa sejenak.
"Tentu. Aku selalu membawanya kemana pun. Berjaga jika ada momen yang bisa kuambil dengan kamera andalanku ini" Lisa menunjukkan kamera yang menggantung di lehernya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Healer [END]
Fanfiction"Kehadiranmu, salah satu bukti bahwa obat tidak selalu berbentuk pil" G!P 🔞